Halaqah – 26 Ditiupnya Sangkakala Yang Pertama
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-26 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Ditiupnya Sangkakala”
Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan akan ditiupnya Sangkakala.
Rasulullah ﷺ pernah ditanya apa itu sangkakala, maka beliau mengatakan, Tanduk yang ditiup (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmizi dan Nasai).
Beberapa ayat menyebutkan bahwa sangkakala akan ditiup sebanyak 2 kali. Diantaranya adalah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
“Dan ditiuplah sangkakala maka matilah siapa yang ada di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri, menunggu” (Az Zumar : 68)
Tiupan sangkakala pertama, dengannya meninggal semua yang ada di langit dan di bumi, kecuali yang Allah kehendaki. Tiupan ini terjadi di hari jum’at sebagaimana dalam Shahih Muslim.
Dan setiap hari jum’at, hewan-hewan, mereka senantiasa memasang telinga antara waktu subuh sampai terbit matahari, karena takut bila ditiup sangkakala pada hari tersebut (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai).
Bila terdengar maka semua akan mencondongkan lehernya dan mengangkatnya. Dan yang pertama kali mendengar adalah seorang laki-laki yang sedang memperbaiki penampungan air untuk minum ontanya maka diapun mati dan matilah semua manusia (HR. Muslim).
Waktu tersebut sangat singkat sehingga seseorang tidak akan sempat berwasiat dan tidak ada waktu kembali ke keluarganya. Mereka meninggal di tempatnya masing-masing. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
“Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja, yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tidak kuasa membuat satu wasiat pun dan tidak pula dapat kembali kepada keluarganya.” (Yasiin: 49-50)
Di dalam Shahih Bukhari disebutkan bahwa ada sebagian yang sudah mengangkat makanan ke mulutnya namun tidak sempat memakannya karena sudah ditiup sangkakala. Meninggallah seluruh manusia dan kerajaan hari itu adalah milik Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى semata. Ketahuilah bahwa malaikat yang akan meniup sangkakala, sekarang telah menuruh sangkakala di mulutnya, mengerutkan dahi, memasang telinganya menunggu sewaktu-waktu diperintah oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى (Hadits Shahih Riwayat Tirmizi).
Rasulullah ﷺ ketika mengabarkan para sahabat dengan kabar ini, beliau menyuruh para sahabat mengatakan:
Cukuplah Allah bagi kita, dan Dialah sebaik-baik wakil, hanya kepada Allah kita bertawakal (HR.Ahmad).
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 27 Ditiupnya Sangkakala Yang Kedua
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-27 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Tiupan Sangkakala Yang Kedua ”
Setelah tiupan yang pertama dan meninggal semua manusia, maka akan ditiup sangkakala untuk yang kedua kalinya. Dan jarak antara dua tiupan adalah 40. Allahu a’lam, apakah 40 hari atau 40 bulan atau 40 tahun. Rasulullah ﷺ bersabda di dalam hadits Abu Hurairah:
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ
Jarak antara dua tiupan, empat puluh.
Mereka bertanya kepada Abu Hurairah, sahabat yang meriwayatkan hadits ini, 40 hari atau 40 bulan atau apakah 40 tahun? Maka beliau (yaitu Abu Hurairah) enggan menjawabnya. Para ulama mengatakan karena tidak mengetahui ilmunya. Dan hadits ini Shahih riwayat Bukhari dan juga Muslim.
Dan diantara dua tiupan inilah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menurunkan hujan yang ringan, yang dengan sebabnya akan tumbuh jasad manusia di dalam kuburnya.
Sebagaimana di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.
Tulang ekor manusia yang telah dikabarkan oleh Nabi ﷺ bahwasanya dia tidak akan hancur, akan tumbuh seperti tumbuhnya tunas setelah hujan. Sehingga terbentuklah manusia kembali dengan izin Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Rasulullah ﷺ bersabda:
ثُمَّ يُنْزِلُ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً . فَيَنْبُتُونَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقْلُ لَيْسَ مِنَ الإِنْسَانِ شَىْءٌ إِلاَّ يَبْلَى إِلاَّ عَظْمًا وَاحِدًا وَهْوَ عَجْبُ الذَّنَبِ ، وَمِنْهُ يُرَكَّبُ الْخَلْقُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menurunkan hujan dari langit maka mereka pun tumbuh seperti tumbuhnya tunas, tidak ada dari badan manusia sesuatu, kecuali akan rusak. Kecuali satu tulang, yaitu tulang ekor. Dan darinyalah akan akan dibentuk manusia pada hari kiamat (Hadits Shahih diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4554 dan Muslim, no. 5253).
Saudara sekalian, Allah lah yang telah menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Dan Dialah yang akan membangkitkan manusia setelah matinya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
“Dan dialah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menciptakan manusia dari permulaan, kemudian akan mengembalikan (menghidupkan kembali). Dan menghidupkannya itu adalah lebih mudah bagi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.” (Ar Rum: 27)
Setelah terbentuknya jasad semua manusia maka malaikat akan meniup sangkakala untuk yang kedua kalinya dan akan dikembalikan ruh-ruh kepada jasadnya dan hiduplah manusia serta akan dibangkitkan dari kuburnya. Allah berfirman
ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Kemudian akan ditiup sangkakala yang kedua kalinya maka tiba-tiba mereka bangkit dalam keadaan menunggu.” (Az Zumar: 68)
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 28 Kebangkitan
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-28 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Kebangkitan ”
Yang dimaksud dengan kebangkitan adalah dikembalikannya arwah kepada jasad, sehingga manusia kembali hidup. Akan digoncangkan Bumi dengan segoncang-goncangnya dan terbuka kuburan manusia. Kemudian keluarlah semua manusia dari kuburnya dalam keadaan hidup. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ زِلۡزَالَهَا (١) وَأَخۡرَجَتِ ٱلۡأَرۡضُ أَثۡقَالَهَا (٢) وَقَالَ ٱلۡإِنسَـٰنُ مَا لَهَا
“Apabila Bumi digoncang dengan segoncang-goncangnya. Dan Bumi mengeluarkan beban-bebannya. Dan berkatalah manusia, “Mengapa Bumi menjadi begini?” (Az-Zalzalah : 1-3)
Dan orang yang pertama kali terbuka kuburannya adalah Rasulullah ﷺ (HR. Bukhari dan Muslim).
Manusia akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan dia ketika meninggal dunia. Rasulullah ﷺ bersabda,
يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ
Akan dibangkitkan setiap hamba sesuai keadaan dia ketika meninggal dunia (HR. Muslim)
Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwasanya orang yang meninggal dalam keadaan ihram, haji atau umroh, maka akan dibangkitkan dalam keadaan membaca talbiyah (HR. Bukhari dan juga Muslim).
Orang yang memakan riba akan bangkit seperti bangkitnya orang-orang yang kesurupan yaitu dalam keadaan sempoyongan. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
ٱلَّذِينَ يَأۡڪُلُونَ ٱلرِّبَوٰاْ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ مِنَ ٱلۡمَسِّۚ
“Orang-orang yang memakan riba, tidak bangkit dari kuburnya, kecuali seperti bangkitnya orang-orang yang kerasukan setan.” (Al-Baqarah : 275)
Inilah hari kebangkitan yang diingkari oleh orang-orang kafir dan dilalaikan oleh kebanyakan manusia. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
زَعَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَن لَّن يُبۡعَثُواْۚ قُلۡ بَلَىٰ وَرَبِّى لَتُبۡعَثُنَّ
“Orang-orang kafir menyangka bahwasanya mereka tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, “Bahkan demi Rabb-ku, kalian akan dibangkitkan”. (At-Taghabun : 7)
Hari yang sangat sulit dan sangat berat. Pada hari itu, manusia akan menyesal. Orang kafir akan menyesal karena tidak beriman. Dan orang beriman menyesal karena tidak maksimal di dalam beramal di Dunia. Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan kita dan orang-orang yang kita cintai, kemudahan dalam menghadapi hari yang sangat besar ini.
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 29 Kejadian Yang Dahsyat Di Hari Kiamat
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-29 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Kejadian Yang Dahsyat Di Hari Kiamat ”
Pada hari kiamat setelah bangkitnya manusia dari kubur akan terjadi kejadian-kejadian dahsyat di alam semesta yang kita lihat. Baik alam atas maupun alam bawah. Tidak ada yg mengetahui hakikat kedahsyatannya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.
Gunung yang sedemikian besar dan kokoh menancap di bumi akan dijalankan oleh Allah sehingga menjadi fatamorgana dan dihancurkan menjadi berkeping-keping seperti tumpukan pasir yang berterbangan. Atau seperti bulu yang dihamburkan. Lihat :
Surat Al-Waaqi’ah : 5-6
Surat Muzzammil : 14
Surat An-Naba’ : 20
Surat At-Takwiir : 3
Surat Al-Qaari’ah : 5
Bumi yang sebelumnya tenang akan digoncangkan dengan segoncang-goncangnya dan dibentangkan. Kemudian diganti sifatnya sehingga menjadi jelas, rata, tanpa gunung, tanpa lembah, tanpa pohon. Lihat:
Surat Thaaha : 105-107
Surat Al-Waaqi’ah : 4
Surat At-Takwir : 3
Surat Al-Zalzalah : 1
Laut-laut akan meluap sehingga menjadi lautan yang satu dan akan menjadi lautan api. Lihat :
Surat Al-Infithaar : 3
Surat At-Takwiir : 6
Langit yang tujuh yang sangat tinggi dan sangat besar, yang Allah tinggikan tanpa tiang, pada hari itu akan menjadi sangat lemah, akan bergetar dan pecah, dan akan berubah warnanya menjadi warna merah seperti mawar. Lihat :
Surat Al-Haaqqah : 16
Surat Al-Infithar : 1
Surat Al-Insyiqaq : 1
Surat Ar-Rahman : 37
Surat At-Thur : 9
Surat At-Takwiir : 11
Surat Al-Furqan : 25.
Matahari akan digulung dan lenyap cahayanya (Surat At-Takwiir : 1).
Bulan akan hilang cahayanya dan akan dikumpulkan dengan matahari (Surat Al-Qiyamah : 8-9).
Rasulullah ﷺ bersabda,
الشمس والقمر مكوران يوم القيامة
Matahari dan bulan akan digulung pada hari kiamat (HR.Bukhari)
Bintang yang sedemikian banyaknya, akan berjatuhan dan lenyap cahayanya. Lihat :
Surat Al-Infithaar : 2
Surat At-Takwiir : 2
Ada sebagian ulama kita yang mengatakan bahwasanya ini terjadi diantara dua tiupan. Allahu a’lam, Allah yang lebih mengetahui mana yang benar. Dan yang penting bagi kita semua, bahwasanya kita diperintahkan takut dan supaya kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hari tersebut.
itulah yang bisa kita sampaikan, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 30 Keadaan Manusia Ketika Melihat Kedahsyatan Hari Kiamat
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-30 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Keadaan Manusia Ketika Melihat Kedahsyatan Hari Kiamat ”
Ketika manusia bangkit dari kuburnya dan melihat kedahsyatan hari kiamat dan juga kehancuran alam semesta, mereka tercengang dan bergerak tidak tahu arah. Seperti Laron atau anai-anai yang berhamburan. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ ڪَٱلۡفَرَاشِ ٱلۡمَبۡثُوثِ
“Hari di mana manusia seperti laron. yang berhamburan” (Al-Qari’ah : 4)
Manusia sangat takut. Seandainya ada ibu yang menyusui, niscaya dia akan lupa dengan anak yang dia susui. Seandainya ada ibu yang sedang hamil, niscaya dia akan langsung melahirkan anaknya. Dan seandainya ada anak kecil, niscaya dia akan menjadi tua. Semua itu adalah karena mereka sangat takut.
Manusia sempoyongan seperti mabuk, padahal mereka tidak mabuk. Lihat:
Surat Al-Hajj : 1-2
Surat Al-Muzzammil : 17
Manusia akan lari dari orang-orang yang sangat mereka cintai di dunia. Lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan juga anak-anaknya, masing-masing memikirkan keselamatan dirinya sendiri.
Lihat Surat ‘Abasa : 34-37
Kemudian terdengar seruan, mereka pun bersegera menuju penyeru tersebut. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
يَوۡمَ يَدۡعُ ٱلدَّاعِ إِلَىٰ شَىۡءٍ۬ نُّڪُرٍ (٦) خُشَّعًا أَبۡصَـٰرُهُمۡ يَخۡرُجُونَ مِنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ كَأَنَّہُمۡ جَرَادٌ۬ مُّنتَشِرٌ۬ (٧) مُّهۡطِعِينَ إِلَى ٱلدَّاعِۖ يَقُولُ ٱلۡكَـٰفِرُونَ هَـٰذَا يَوۡمٌ عَسِرٌ۬ (٨
“Pada hari di mana penyeru akan menyeru kepada sesuatu yang mengerikan. Pandangan-pandangan mereka tertunduk hina, keluar dari kuburan seperti belalang yang bertebaran. Mereka datang dengan cepat kepada penyeru tersebut, seraya berkata orang-orang kafir, “Ini adalah hari yang sangat sulit.” (Al-Qamar : 6-8)
Adapun orang-orang yang beriman kepada hari akhir dan takut kedatangan hari tersebut, kemudian dia beramal untuknya, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan memberikan rasa aman di dalam menghadapi hari tersebut. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
“Mereka tidak ditimpa rasa takut karena kedahsyatan hari kiamat dan mereka disambut malaikat yang berkata, “Inilah hari yang dijanjikan untuk kalian.” (Al-Anbiya : 103)
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 31 Al-Hasyr (Pengumpulan) Bagian 1
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-31 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Al-Hasyr (Pengumpulan) Bagian 1”
Termasuk beriman kepada hari akhir adalah beriman bahwasanya semua manusia setelah dibangkitkan akan dikumpulkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Setelah gunung dijalankan dan Bumi dirubah oleh Allah ﷻ menjadi dataran yang luas terbentang, tidak ada yang tinggi dan tidak ada yang rendah. Tidak ada sesuatu yang merupakan penunjuk arah atau penunjuk jalan, seperti bangunan, pohon dan lain-lain. Maka manusia semuanya akan memenuhi seruan penyeru menuju padang Mahsyar dan dikumpulkan di sana.
Allahu A’lam apakah Bumi tersebut atau padang mahsyar tersebut adalah bumi kita sekarang yang diubah sifatnya saja, atau diganti dengan bumi yang lain. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
يَوۡمَ تُبَدَّلُ ٱلۡأَرۡضُ غَيۡرَ ٱلۡأَرۡضِ وَٱلسَّمَـٰوَٲتُۖ وَبَرَزُواْ لِلَّهِ ٱلۡوَٲحِدِ ٱلۡقَهَّارِ
“Yaitu pada hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain. Dan demikian pula langit dan mereka semuanya di padang mahsyar berkumpul menghadap kepada Allah, Zat Yang Maha Esa lagi Maha Menguasai segala sesuatu.” (Ibrahim : 48)
Rasulullah ﷺ bersabda,
ُحْشَرُالنَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِعَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَعَفْرَاءَكَقُرْصَةِنَقِيٍّ قَالَ سَهْلٌ أَوْغَيْرُهُ لَيْسَ فِيْهَامَعْلَمٌ لِأَحَدٍ
Akan dikumpulkan manusia pada hari kiamat di atas bumi yang berwarna putih kemerahan, seperti roti bundar pipih yang datar, yang terbuat dari gandum yang bersih, tidak ada tanda bagi seseorang (HR. Bukhari dan Muslim).
Dikumpulkan manusia semuanya dari Nabi Adam sampai manusia yang terakhir. Dan tidak ada seorangpun yang ketinggalan. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَيَوۡمَ نُسَيِّرُ ٱلۡجِبَالَ وَتَرَى ٱلۡأَرۡضَ بَارِزَةً۬ وَحَشَرۡنَـٰهُمۡ فَلَمۡ نُغَادِرۡ مِنۡہُمۡ أَحَدً۬ا
“Dan pada hari di mana Kami akan jalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat Bumi dalam keadaan nampak jelas dan Kami akan kumpulkan mereka semuanya, maka tidak ada di antara mereka yang Kami tinggalkan.” (Al-Kahfi : 47)
Dalam keadaan telanjang, tidak beralas kaki dan tidak berkhitan, manusia akan dikumpulkan. Keadaan yang mencekam, menjadikan masing-masing sibuk memikirkan keselamatan diri dan tidak memikirkan aurat orang lain. Dan orang yang pertama kali diberikan pakaian adalah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwasanya wanita yang meratapi mayat dan dia tidak bertobat sebelum matinya, maka akan memakai baju dari tembaga panas dan baju yang berkudis atau yang terbuat dari kudis. (Hadits shahih riwayat Muslim).
Bahkan di padang mahsyar ini, akan dikumpulkan semua jin dan akan dikumpulkan seluruh hewan hewan. Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman dalam Surat Al-An’am : 38 ketika menyebutkan hewan hewan yang melata di bumi dan juga menyebutkan burung-burung, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengabarkan bahwasanya mereka akan dikumpulkan kepada Allah. Allah berfirman
ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّہِمۡ يُحۡشَرُونَ
Kemudian mereka akan dikumpulkan kepada Robb mereka.” (Al-An’am : 38)
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 32 Al-Hasyr (Pengumpulan) Bagian 2
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-32 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Al-Hasyr (Pengumpulan) Bagian yang ke 2”
Di padang Mahsyar akan didekatkan Matahari sejarak satu mil, sehingga manusia mendapatkan kesusahan yang sangat. Mereka berkeringat sesuai dengan kadar amalannya, yaitu kadar dosanya. Ada yang keringatnya sampai kedua mata kaki, dan ada sampai ke dua lututnya, pinggangnya. Bahkan ada yang sampai mulutnya (Hadits Shahih Riwayat Muslim).
Salah seorang rawi Sulaim Ibnu ‘Amir mengatakan,
Demi Allah saya tidak tahu apa yang Beliau ﷺ maksud dengan satu mil di sini. Apakah jarak atau mil yang berarti alat pencelak mata. Dan Allah ‘Azza Wa Jalla adalah Dzat Yang Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu.
Di dalam waktu yang sangat lama, di Padang Mahsyar mereka menunggu hari keputusan. Satu hari di sana seperti 50.000 tahun di dunia. Namun Allah ‘Azza Wa Jalla akan meringankan hari tersebut bagi orang-orang yang beriman. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
تَعۡرُجُ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيۡهِ فِى يَوۡمٍ۬ كَانَ مِقۡدَارُهُ ۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ۬
Para Malaikat dan Jibril akan naik kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pada waktu di mana satu hari di sana seperti 50.000 tahun di dunia.” (Al-Ma’arij : 4)
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan bahwasanya orang yang tidak membayar zakat hartanya, dia akan tersiksa dengan hartanya tersebut sampai hari keputusan. Disebutkan dalam hadits tersebut bahwasanya satu hari di situ seperti 50.000 tahun di dunia. Rasulullah ﷺ bersabda,
يَوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ مِقْدَارَ نِصْفِ يَوْمٍ مِنْ خَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ فَيُهَوِّنُ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِ كَتَدَلِّي الشَّمْسِ لِلْغُرُوْبِ إِلىَ أَنْ تَغْرُبَ
Manusia akan berdiri untuk Allah Rabbul ‘Alamin pada saat itu selama setengah hari dari 50.000 tahun di dunia. Dan akan diringankan bagi orang yang beriman. setengah hari tersebut seperti waktu antara menjelang tenggelamnya matahari sampai tenggelamnya matahari (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Hibban).
Di dalam hadits yang lain Beliau ﷺ mengatakan,
Allah akan mengumpulkan orang-orang yang dahulu dan yang akhir pada waktu yang diketahui. dalam keadaan berdiri selama 40 tahun, dalam keadaan tajam pandangan mereka memandang ke langit menunggu waktu keputusan dari Allah ‘Azza Wa Jalla (Hadits Shahih Riwayat Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Kabiir).
Ada yang mengatakan bahwa perbedaan waktu tersebut, tergantung amalan seseorang di dunia. Wallahu A’lamu Bisshawwab dan saat itulah manusia menyadari bahwa kehidupan di dunia hanyalah sesaat saja. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ كَأَن لَّمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةً۬ مِّنَ ٱلنَّہَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيۡنَہُمۡۚ قَدۡ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُواْ مُهۡتَدِينَ
“Dan pada hari di mana Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan mengumpulkan mereka. Mereka merasa seakan-akan mereka tidak tinggal di dunia kecuali sekejap saja di siang hari dan pada saat itu mereka saling mengenal di antara mereka.” (Yunus : 45)
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 33 Orang-orang yang Mendapatkan Teduhan di Hari Kiamat
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-33 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Orang-orang yang Mendapatkan Teduhan di Hari Kiamat”
Ketika manusia dalam keadaan panas dan susah, Allāh ﷻ memuliakan sebagian orang-orang yang beriman dengan memberikannya teduhan yaitu berada di bawah bayangan ‘Arsy Allāh ﷻ Rasulullah ﷺ bersabda :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Tujuh golongan yang Allah ﷻ akan memberikan teduhan kepada mereka didalam teduhan-Nya pada hari dimana tidak ada teduhan kecuali teduhan Allāh ﷻ.
Kemudian Beliau ﷺ menyebutkan 7 golongan:
- Pemimpin yang adil yaitu seorang pemimpin yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya sesuai dengan syariat Allāh ﷻ.
- Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah ﷻ. Yaitu tidak menggunakan masa mudanya untuk berhura-hura atau mengikuti hawa nafsu seperti kebanyakan pemuda.
- Laki-laki yang hatinya bergantung dengan masjid, maksudnya sangat mencintai masjid, diantaranya adalah menjaga sholat 5 waktu secara berjamaah bagi laki-laki.
- Dua orang yang saling mencintai karena Allah ﷻ, bersatu karena Allāh ﷻ dan berpisah karena Allah ﷻ. Maksudnya bukan mencintai karena dunia atau karena kerabat semata tetapi karena ketaatan saudaranya kepada Allah ﷻ.
- Laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan kemudian laki-laki tersebut berkata “aku takut kepada Allah ﷻ”, maksudnya dia meninggalkan perzinahan tersebut karena takut kepada Allāh ﷻ.
- Seseorang yang bershadaqah kemudian menyembunyikan shadaqah tersebut sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya. Maksudnya dia menyembunyikan shadaqah tersebut sehingga jauh dari pandangan manusia dan pendengaran mereka.
- Seseorang yang mengingat Allāh ﷻ dalam keadaan sendiri kemudian matanya meneteskan air mata karena takut kepada Allāh ﷻ. (Hadits Shahih Riwayat Al-Bukhari no. 620 dan Muslim no. 1712).
Tujuh golongan diatas bukanlah pembatasan, di dalam hadits yang lain, Rasululllah ﷺ bersabda :
من أنظر معسرا أو وضع عنه أظله الله في ظله
Barangsiapa yang memberikan tempo kepada orang yang kesusahan, (maksudnya adalah seorang yang miskin yang kesulitan dalam membayar hutang) atau memaafkan hutangnya (maksudnya sebagian atau seluruhnya) maka Allāh ﷻ akan memberikan ia teduhan” (HR Muslim).
Di dalam hadits yang lain Beliau ﷺ bersabda:
Allāh ﷻ akan memberikan dia teduhan di bawah bayangan ‘Arsy-Nya” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu).
Di dalam hadits yang lain Beliau ﷺ bersabda :
مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang menghilangkan satu kesusahan dari orang mukmin di dunia, maka Allāh ﷻ akan menghilangkan satu kesusahan baginya di hari kiamat (HR. Muslim).
Bertaubatlah dari segala dosa, perbanyaklah istighfar, manfaatkan waktu dan potensi yang kita miliki untuk bisa mengamalkan amalan-amalan diatas dan perbanyaklah menghilangkan kesusahan orang lain. Semoga Allāh ﷻ memudahkan kita dan menghilangkan kesusahan-kesusahan kita di hari kiamat.
Itulah yang bisa kita sampaikan.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 34 Keadaan Orang-orang Yang Beriman dan Bertakwa di Hari Kiamat
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-34 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Keadaan Orang-orang Yang Beriman dan Bertakwa di Hari Kiamat”
Secara umum, orang-orang yang beriman dan bertakwa mereka di hari tersebut akan mendapatkan rasa aman, tidak takut dengan apa yang akan mereka hadapi di hari kiamat. Dan mereka tidak bersedih yaitu dengan dunia yang telah mereka tinggalkan. Rasa aman ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berikan sesuai dengan kadar keimanan dan ketakwaan mereka.
Barang siapa yang sempurna iman dan juga takwanya, maka dia akan mendapatkan rasa aman yang sempurna. Dan barang siapa yang kurang iman dan juga takwanya maka akan berkurang pula rasa aman yang akan dia dapatkan. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ (٦٢) ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَڪَانُواْ يَتَّقُونَ (٦٣)لَهُمُ ٱلۡبُشۡرَىٰ فِى ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِى ٱلۡأَخِرَةِۚ لَا تَبۡدِيلَ لِڪَلِمَـٰتِ ٱللَّهِۚ ذَٲلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ (٦٤
“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak akan bersedih. Yaitu orang-orang yang beriman dan bertakwa. Bagi merekalah kabar gembira di dunia dan juga di akhirat.” (Yunus : 62-64)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَـٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kedzaliman, yaitu dengan kesyirikan, merekalah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Al-An’am : 82)
Yang demikian itu karena mereka selama di dunia takut kepada Allah dan takut adzab di hari kiamat, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan rasa aman kepadanya di hari kiamat. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman menceritakan tentang ucapan orang-orang yang beriman
إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا يَوۡمًا عَبُوسً۬ا قَمۡطَرِيرً۬ا (١٠) فَوَقَٮٰهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٲلِكَ ٱلۡيَوۡمِ وَلَقَّٮٰهُمۡ نَضۡرَةً۬ وَسُرُورً۬ا (١١
“Sesungguhnya kami takut dari Robb kami, pada hari di mana orang bermuka masam penuh dengan kesulitan, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjaga mereka dari kesusahan pada hari tersebut dan memberikan kepada mereka kecerahan wajah dan kegembiraan hati.” (Al-Insan : 10-11)
Umat Nabi Muhammad ﷺ akan memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh umat Nabi yang lain.
Wajah, tangan dan kaki mereka akan berwarna putih bekas wudhu mereka di dunia (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang yang mengumandangkan adzan di dunia adalah orang yang paling panjang lehernya di hari kiamat (HR. Muslim).
Ada yang mengatakan bahwa hikmahnya adalah kepalanya lebih jauh dari genangan keringat dari pada yang lain.
Orang-orang yang berbuat adil ketika memberikan keputusan baik bagi dirinya, keluarganya maupun orang-orang yang di bawah kekuasaannya, maka dia akan berada di atas mimbar dari cahaya (HR. Muslim).
Semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjadikan kita termasuk orang-orang yang mewujudkan iman dan juga takwa. Beriman artinya membenarkan dan mempercayai dengan hati. Bertakwa artinya mengamalkan kepercayaan tersebut dan keyakinan tersebut.
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 35 Keadaan Orang Beriman Yang Berdosa Di Hari Kiamat
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-35 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Keadaan Orang Beriman Yang Berdosa Di Hari Kiamat”
Iman dan amal shaleh adalah sebab seseorang mendapatkan keamanan di hari kiamat. Sebaliknya dosa-dosa dan maksiat bagi seorang mukmin akan menjadi sebab kesusahan di hari kiamat. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
أَمْ حَسِبَ الَّذينَ اجْتَرَحُوا السَّيِّئاتِ أَنْ نَجْعَلَهُمْ كَالَّذينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ سَواءً مَحْياهُمْ وَ مَماتُهُمْ ساءَ ما يَحْكُمُونَ
“Apakah orang-orang yang melakukan dosa menyangka bahwasanya Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh? Yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka. Amat buruklah apa yang mereka sangka tersebut.” (Al-Jaatsiah : 21)
Orang yang tidak membayar zakat emas dan perak, maka akan diseterika dahi, lambung dan punggung mereka dengan lempengan emas dan perak yang dipanaskan di Neraka Jahanam. Orang yang memiliki Unta dan dia tidak membayar zakatnya, maka dia akan ditelentangkan di tempat yang rata kemudian unta-unta tersebut akan menginjak-injaknya dan menggigitnya. Orang yang memiliki sapi dan kambing kemudian dia tidak membayar zakatnya, maka hewan-hewan tersebut akan menginjak-injaknya dan menanduknya, demikian dilakukan terhadap mereka sampai hari keputusan (HR. Muslim).
Orang-orang yang meminta kepada orang lain bukan dengan alasan yang dibenarkan secara syariat, tapi hanya karena ingin memperbanyak hartanya maka akan datang pada hari tersebut dalam keadaan wajah tidak berdaging.
مَا زَالَ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
Senantiasa seseorang meminta kepada manusia, sampai datang kepada hari kiamat dalam keadaan tidak ada di wajahnya sepotong dagingpun (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).
Orang yang pernah melakukan ghulul yaitu mengambil sebagian harta rampasan perang secara sembunyi-sembunyi, maka dia akan membawa harta tersebut pada hari kiamat. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۚ
“Dan barang siapa yang melakukan ghulul, maka dia akan membawa harta ghulul tersebut pada hari kiamat.” (Ali-Imran : 161)
Orang yang berkhianat di dunia, maka akan diberikan bendera di hari kiamat. Kemudian dikatakan ini adalah pengkhianatan fulan bin fulan (HR. Muslim).
Sehingga manusia saat itu di Padang Mahsyar mengetahui bahwasanya dia adalah seorang pengkhianat. Dan masuk dalam makna pengkhianatan adalah pengkhianatan rakyat terhadap penguasa yang sah dan pengkhianatan penguasa terhadap rakyatnya, dan juga pengkhianatan di dalam perjanjian dan lain-lain. Semakin besar pengkhianatan seseorang, maka akan semakin tinggi benderanya.
Orang-orang yang sombong di dunia, maka akan dikumpulkan di Padang Mahsyar sebesar semut-semut kecil dalam bentuk manusia. Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya,
Akan dikumpulkan orang-orang yang sombong di hari kiamat sebesar semut-semut kecil berbentuk manusia, mereka diselimuti kehinaan dari semua arah (Hadits Hasan Riwayat Tirmidzi).
Orang yang meludah ke arah kiblat, maka ludahnya akan berada di antara dua matanya (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud).
Demikianlah keadaan sebagian orang-orang yang beriman yang berdosa di Padang Mahsyar. Dan barang siapa yang menutup aib seorang muslim di dunia, maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan menutup aibnya di hari kiamat. Rasulullah ﷺ bersabda,
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan menutup aibnya di hari kiamat (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim).
itulah yang bisa kita sampaikan, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 36 Asy-Syafa’atul Udzma (Syafaat Yang Paling Besar)
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-36 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Asy-Syafa’atul Udzma (Syafaat Yang Paling Besar)”
Asy-Syafa’atul Udzma adalah syafaat yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ untuk para penduduk Padang Mahsyar. Yang isinya adalah permintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, supaya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyegerakan hari keputusan. Dinamakan Asy-Syafa’atul Udzma atau syafaat yang paling besar karena syafaat ini diperuntukkan bagi seluruh manusia, yang mukmin maupun yang kafir.
Ketika sudah memuncak kesusahan di Padang Mahsyar, terik matahari, keringat yang menggenang, waktu yang sangat lama dalam keadaan takut yang sangat menunggu hari keputusan, maka manusia ingin disegerakan hari keputusan tersebut. Mereka mendatangi orang-orang yang memiliki kedudukan mulia. Supaya memohon kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar menyegerakan hari keputusan. Dan membebaskan mereka dari kesusahan yang berkepanjangan di Padang Mahsyar.
Pertama-tama, mereka mendatangi Nabi Adam ‘Alaihissalam bapak mereka, manusia yang pertama. Namun beliau enggan, meminta uzur dan merasa tidak berhak, karena beliau ‘Alaihissalam pernah memaksiati Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dengan memakan sesuatu yang dilarang. Kemudian Nabi Adam ‘Alaihissalam menyuruh manusia mendatangi Nabi Nuh, Rasul yang pertama yang diutus kepada manusia.
Beliau juga enggan dan merasa tidak berhak karena pernah meminta kepada Allah sesuatu yang tidak dibenarkan. Kemudian Nabi Nuh menyuruh manusia mendatangi Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, Kekasih Allah. Beliau juga enggan dan merasa tidak berhak, karena merasa pernah berdusta. Kemudian Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam menyuruh manusia mendatangi Nabi Musa ‘Alaihissalam, seorang Nabi yang pernah diajak bicara oleh Allah ﷻ.
Namun beliau enggan dan merasa tidak berhak karena pernah membunuh manusia tanpa diperintah oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Nabi Musa menyuruh manusia mendatangi Nabi Isa ‘Alaihissalam. Beliau juga enggan dan merasa tidak berhak, akhirnya Nabi ‘Isa ‘Alaihissalam menyuruh manusia mendatangi Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian mereka mengatakan,
يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ وَغَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى مَا قَدْ بَلَغَنَا
Wahai Muhammad, engkau adalah Rasulullah, penutup para Nabi, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Lakukanlah syafa’at, mintalah kepada Rabb-mu untuk kami. Bukankah kamu telah melihat bagaimana keadaan kami? Bukankah kamu melihat kesusahan kami?
Maka Beliau ﷺ menuju bawah ‘Arsy Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan bersujud kepada Allah, kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengilhamkan kepada beliau pujian-pujian kepada Allah yang belum pernah diajarkan sebelumnya kepada seorangpun. Kemudian dikatakan kepada Beliau ﷺ,
يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ سَلْ تُعْطَهْ اشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَرْفَعُ رَأْسِي
Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, mintalah maka kamu akan diberi, lakukanlah syafaat, maka kamu akan dikabulkan syafaatmu (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah yang dimaksud dengan Maqomun Mahmud, yaitu kedudukan yang dipuji. Di mana beliau ﷺ akan dipuji oleh seluruh manusia yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala janjikan untuk beliau ﷺ sebagaimana di dalam Al-Quran
عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامً۬ا مَّحۡمُودً۬ا….
“….Semoga Rabb-mu membangkitkan dirimu pada kedudukan yang dipuji. (Al-Isra : 79)
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 37 Datangnya Allah ﷻ Untuk Memberi Keputusan
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-37 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang ” Datangnya Allāh ﷻ Untuk Memberi Keputusan ”
Setelah Nabi ﷺ diizinkan untuk melakukan syafa’at dan diterima syafa’atnya oleh Allāh ﷻ, maka Allāh ﷻ akan datang untuk memberi keputusan bagi penduduk Mahsyar. Dan menghisab amalan-amalan mereka. Allāh ﷻ datang dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allāh ﷻ. Tidak mengetahui bagaimananya kecuali Allāh ﷻ. Kewajiban kita adalah Beriman bahwasanya Allāh ﷻ akan datang, tidak boleh kita ingkari, tidak boleh kita serupakan datangnya Allāh ﷻ dengan datangnya makhluk. Dan tidak boleh kita takwil dengan mengatakan bahwasanya yang datang adalah perintah-Nya atau urusan-Nya atau Adzab-Nya.
Langit akan pecah dengan awan putih, wallahu a’lam dengan hakikatnya. Akan diturunkan para Malaikat dan mereka akan datang dengan bershaf-shaf. Allāh ﷻ berfirman
وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّ۬ا صَفًّ۬ا
“Dan datanglah Rabb-Mu dan para Malaikat bershaf-shaf.” (Al-Fajr : 22)
Allah ﷻ juga berfirman
وَيَوۡمَ تَشَقَّقُ ٱلسَّمَآءُ بِٱلۡغَمَـٰمِ وَنُزِّلَ ٱلۡمَلَـٰٓٮِٕكَةُ تَنزِيلاً
“Dan hari di mana langit akan pecah dengan awan putih dan diturunkan para Malaikat.” (Al-Furqan : 25)
Ketika Allāh ﷻ datang, bersinarlah Bumi dengan cahaya Allāh ﷻ dan didatangkan para Nabi dan para Malaikat pencatat amal yang baik maupun yang jelek, yang mereka akan dijadikan saksi.
وَأَشۡرَقَتِ ٱلۡأَرۡضُ بِنُورِ رَبِّہَا وَوُضِعَ ٱلۡكِتَـٰبُ وَجِاْىٓءَ بِٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلشُّہَدَآءِ وَقُضِىَ بَيۡنَہُم بِٱلۡحَقِّ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ
“Dan Bumi akan menjadi terang dengan cahaya Rabb-Nya dan diletakkan kitab-kitab dan didatangkan para Nabi dan juga para syuhada’, yaitu para Malaikat dan akan diputuskan di antara mereka dengan haq dan mereka tidak akan didzolimi.” (Az-Zumar : 69)
Allah ﷻ akan melipat langit,
يَوۡمَ نَطۡوِى ٱلسَّمَآءَ ڪَطَىِّ ٱلسِّجِلِّ لِلۡڪُتُبِۚ
“Hari di mana kami akan menggulung langit, seperti menggulung lembaran-lembaran kertas.” (Al-Anbiya : 104)
Allah ﷻ akan menggenggam Bumi dan melipat langit dengan tangan-Nya kemudian berkata, Aku adalah Raja, di mana raja-raja Bumi? (Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan juga Muslim)
Suara Allāh ﷻ didengar penduduk Mahsyar yang jauh maupun yang dekat sebagaimana di dalam Shahih Bukhari. Dialah Allāh ﷻ
مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
Yaitu Raja yang menguasai hari pembalasan.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Bismillaah, afwan.. izin koreksi kutipan
[…] Setelah Nabi ﷺ diizinkan untuk memberikan (pada voice note: melakukan) syafa’at dan diterima syafa’atnya oleh Allah ﷻ, […]
Syukron
نعم بارك الله فيك
Halaqah – 38 Keadaan Manusia Ketika Datangnya Allah ﷻ
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-38 dari Silsilah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Keadaan Manusia Ketika Datangnya Allah ﷻ”
Kedatangan Allah تَعَالَى di hari tersebut adalah kejadian yang sangat besar bagi semua makhluk. Allah تَعَالَى yg telah menciptakan mereka supaya beribadah kepada-Nya semata, mengutus para Rasul supaya ditaati, menurunkan kitab supaya diamalkan, memberikan kenikmatan supaya digunakan dengan baik, akan datang untuk menanyakan itu semua dan menghitung amalan-amalan mereka.
Semua manusia merasa takut atas apa yang mereka lakukan di dunia, orang yang kafir akan takut atas kekafirannya kepada Allah تَعَالَى dan orang yang beriman akan takut atas kemaksiatannya kepada Allah ﷻ dan amalannya yang penuh dengan kekurangan. Dan akan didatangkan jahannam yg akan semakin menambah rasa takut manusia. Rasulullah ﷺ bersabda,
يؤتي بجهنم يومئذ لها سبعون ألف زمام مع كل زمام سبعون ألف ملك يجرونها
Akan didatangkan Jahannam pada hari tersebut. Jahannam tersebut memiliki 70.000 tali pengikat. Pada setiap tali pengikat ada 70.000 malaikat yg akan menyeretnya (HR. Muslim).
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman
كَلَّآ إِذَا دُكَّتِ ٱلۡأَرۡضُ دَكًّ۬ا دَكًّ۬ا (٢١) وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّ۬ا صَفًّ۬ا (٢٢) وَجِاْىٓءَ يَوۡمَٮِٕذِۭ بِجَهَنَّمَۚ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَتَذَڪَّرُ ٱلۡإِنسَـٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكۡرَىٰ (٢٣) يَقُولُ يَـٰلَيۡتَنِى قَدَّمۡتُ لِحَيَاتِى (٢٤) فَ
“Sekali-kali tidak, apabila bumi digoncangkan dengan segoncang-goncangnya dan datang Rabbmu dan malaikat dengan berbaris dan didatangkan pada hari tersebut jahannam. Pada hari tersebut manusia akan sadar dan apa manfaat kesadaran pada hari tersebut, dia mengatakan “Seandainya aku beramal untuk kehidupanku ini”. (Al-Fajr : 21-24)
Dan akan dipisahkan antara orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah Ta’ala berfirman
وَيَوۡمَ تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ يَتَفَرَّقُونَ
“Dan ketika datang hari kiamat pada hari tersebut mereka akan saling berpisah.” (Ar-Rum : 14)
Masing-masing umat akan duduk di atas lututnya karena rasa takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pada hari tersebut. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
وَتَرَىٰ كُلَّ أُمَّةٍ۬ جَاثِيَةً۬ۚ كُلُّ أُمَّةٍ۬ تُدۡعَىٰٓ إِلَىٰ كِتَـٰبِہَا ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
“Dan kamu akan melihat setiap umat akan duduk di atas lututnya dengan gelisah. Setiap umat akan dipanggil kepada kitab amalannya dan dikatakan kepada mereka hari ini akan dibalas amalan kalian.” (Al-Jatsiyah : 28)
Rasulullah ﷺ bersabda :
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يَنْزِلُ إِلَى الْعِبَادِ لِيَقْضِيَ بَيْنَهُمْ وَكُلُّ أُمَّةٍ جَاثِيَةٌ
Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala apabila datang hari kiamat, akan turun kepada hamba-hamba untuk memutuskan di antara mereka dan masing-masing umat akan duduk diatas lututnya dengan gelisah (HR. Tirmidzi).
itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 39 Keadilan Allah ﷻ Ketika Hisab
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-39 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Keadilan Allāh ketika Hisab”
Yang dimaksud dengan hisab adalah perhitungan Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap amalan para hamba didunia.
Hisab Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah hisab yang sangat sempurna keadilannya.
Tidak ada kezhāliman sedikitpun di dalamnya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَظۡلِمُ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ۖ
“Sesungguhnya Allāh tidak akan menzhālimi meskipun sebesar Zarrah sekalipun” (QS An-Nisā’: 40)
Zarrah artinya adalah semut, itu yang dikenal oleh orang Arab, mereka mengatakan semut kecil itu dengan Zarrah. Jangan diartikan dengan biji sawi atau yang semisalnya, Zarrah menurut orang Arab adalah semut.
Bahkan rahmat dan kelebihan karunia serta anugerah yang Allāh berikan kepada para hamba adalah sangat banyak.
Seandainya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengazab semua makhluk, maka bukanlah hal itu sebuah kezhāliman. Dan seandainya Allāh merahmati, niscaya rahmat Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih baik dari pada amalan mereka. (Hadīts Shahīh Riwayat Abū Dāwūd dan Ibnu Mājah).
Yang demikian karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Pencipta mereka, Raja yang memiliki kerajaan, semua makhluk adalah milik-NYA dan dalam kerajaan-NYA. Dan Dia melakukan apa saja yang Dia kehendaki di dalam Kerajaan-NYA.
Di antara yang menunjukkan Keadilan Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah:
⑴ Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memfitrahkan di dalam hati semua manusia bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Rabb mereka dan mereka mengakui bahkan sebelum mereka dilahirkan. (Lihat Surat Al-A’rāf: 172)
⑵ Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus para Rasūl, para Utusan kepada manusia yang telah mengingatkan mereka dengan fitrah ini dan mengajak mereka untuk berimān dengan hari akhir.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
رُّسُلاً۬ مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى ٱللَّهِ حُجَّةُۢ بَعۡدَ ٱلرُّسُلِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمً۬ا
“Para Rasūl yang datang untuk memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan supaya tidak ada hujjah bagi manusia atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelah kedatangan para Rasūl. Dan sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah dzat Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.” (QS An-Nisā’: 165)
⑶ Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menugaskan para Malāikat untuk mencatat semua amalan manusia.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَإِنَّ عَلَيۡكُمۡ لَحَـٰفِظِينَ (١٠) كِرَامً۬ا كَـٰتِبِينَ (١١)يَعۡلَمُونَ مَا تَفۡعَلُونَ (١٢)
“Dan sesungguhnya pada diri kalian ada Malāikat-malāikat yang menjaga atau mengawasi yang mereka mulia, dan menulis, mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (QS Al-Infithār: 10-12)
Di antara keadilan Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika hisab,
⑷ Bahwasanya kebaikan dan kejelekan sekecil apapun yang disembunyikan di dalam hati maupun yang dinampakkan akan didatangkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Tidak ada manusia yang dizhālimi karena kebaikan yang terlupakan atau karena kejelekan yang tidak dia lakukan.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرً۬ا يَرَهُ ۥ (٧) وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ۬ شَرًّ۬ا يَرَهُ ۥ (٨)
“Maka barang siapa yang mengamalkan kebaikan seberat Zarrah sekalipun dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang mengamalkan sebuah kejelekan seberat Zarrah sekalipun akan melihatnya.” (QS Az-Zalzalah: 7-8)
⑸ Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ۬ وِزۡرَ أُخۡرَىٰۚ
“Dan sebuah jiwa tidak akan menanggung dosa jiwa yang lain” (QS Al-An’ām: 164)
Kecuali apabila seseorang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya dalam kesesatan orang tersebut.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barang siapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa orang yang mengikutinya.Tidak berkurang dari dosa mereka sedikitpun.” (Hadīts Riwayat Muslim)
⑹ Masing-masing kita akan dipersilahkan melihat sendiri isi kitābnya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَنُخۡرِجُ لَهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ ڪِتَـٰبً۬ا يَلۡقَٮٰهُ مَنشُورًا (١٣)ٱقۡرَأۡ كِتَـٰبَكَ كَفَىٰ بِنَفۡسِكَ ٱلۡيَوۡمَ عَلَيۡكَ حَسِيبً۬ا (١٤)
“Dan Kami akan keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitāb dalam keadaan terbuka. Bacalah kitābmu, cukuplah dirimu pada hari ini yang menghisab dirimu sendiri” (QS Al-Isrā’: 13-14)
⑺ Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mendatangkan para saksi supaya tidak ada alasan bagi manusia.
Didatangkan para Rasūl yang akan bersaksi atas umatnya,bahwasanya mereka sudah menyampaikan.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِن كُلِّ أُمَّةِۭ بِشَهِيدٍ۬ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَىٰ هَـٰٓؤُلَآءِ شَہِيدً۬ا
“Maka bagaimana jika Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami akan datangkan dirimu sebagai saksi atas mereka” (QS An-Nisā’: 41)
Malāikat akan menjadi saksi.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَجَآءَتۡ كُلُّ نَفۡسٍ۬ مَّعَهَا سَآٮِٕقٌ۬ وَشَہِيدٌ۬
“Dan akan datang setiap jiwa bersamanya para malāikat yang menuntun dan malāikat yang menjadi saksi” (QS Qāf: 21)
Bahkan anggota badan manusia akan menjadi saksi di hari kiamat.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
“Pada hari ini akan Kami tutup mulut-mulut mereka dan tangan-tangan mereka akan berbicara dengan Kami. Dan kaki-kaki mereka akan menjadi saksi atas apa yang sudah mereka lakukan” (QS Yāsin: 65)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 40 Memperbanyak Al-Hasanah dan Menghilangkan As-Sayyi’ah
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-40 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Memperbanyak Al Hasanah (Kebaikan) Dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa)”
Seorang yang berimān kepada hari akhir dan berimān bahwasanya kelak akan dihisab maka hendaklah dia memohon rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian mengambil sebab supaya memiliki Al-Hasanah sebanyak mungkin dan menghilangkan dosa sebisa mungkin.
Di antara caranya adalah:
⑴ Menjaga tauhīd yang merupakan hasanah atau kebaikan yang paling besar.
Dan merupakan pondasi bagi Hasanah yang lain. Dan merupakan sebab diampuninya dosa seseorang.
⑵ Mencari amalan yang paling afdhāl.
Yang apabila dilakukan maka dia akan mendapatkan hasanah yang banyak. Yang demikian karena kita sangat butuh dengan hasanah yang banyak, sementara waktu untuk mendapatkannya adalah sangat terbatas. Amalan yang paling afdhāl setelah Rukun Islām dan kewajiban-kewajiban agama yang lain adalah tiga amalan, yaitu:
⑴ Menuntut ilmu agama
⑵ Jihād Fīsabilillāh sabilillah
⑶ Dzikrullāh yang dilakukan dengan khusyu’ di sebagian besar waktunya.
Amalan yang wajib lebih afdhāl dan lebih besar pahalanya dari pada amalan yang sunnah.
Amalan yang wajib ‘ain yaitu yang wajib atas semuanya lebih afdhāl dari pada amalan yang wajib kifayyah yang apabila dilakukan oleh sebagian maka gugur atas yang lain.
Kewajiban yang berkaitan dengan hak Allāh lebih afdhāl dari pada kewajiban yang berkaitan dengan hak mahluk.
Amalan yang lebih afdhāl adalah amalan yang dilakukan dengan lebih ikhlās dan lebih mengikuti sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Amalan sedikit yang mudah dikerjakan tanpa memberatkan diri dan dilakukan secara terus-menerus, lebih afdhāl dari pada amalan yang banyak tapi terputus.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya,
“Amalan yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah yang paling dilakukan terus-menerus meskipun sedikit” (Hadits Riwayat Bukhāri dan Muslim).
Terkadang sebuah amalan afdhāl bagi sebagian, namun belum tentu afdhal bagi yang lain.
Amalan yang manfaatnya sampai kepada orang lain lebih afdhāl dari pada amalan yang manfaatnya hanya untuk diri-sendiri.
Contohnya seperti:
√ Shadaqah dan
√ Dakwah Fīsabilillāh
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya. Tidak dikurangi dari pahala mereka sedikitpun” (Hadīts Riwayat Muslim)
Amalan yang dikerjakan di waktu yang mulia lebih afdhāl, Seperti:
√ Amalan yang dikerjakan di Bulan Ramadhān.
√ Amalan yang dikerjakan pada sepuluh hari yang pertama di Bulan Dzulhijjah.
Sebagian amalan lebih afdhāl dikerjakan di tempat mulia tertentu. Seperti:
√ Shalāt dimasjidil Harām,
√ Shalāt dimasjid Nabawī dan
√ Shalāt dimasjidil Aqsa
Di antara cara memperbanyak Al-Hasanah dan menghilangkan As-Sayyi’ah (dosa) adalah:
⑶ Memanfaat kenikmatan Allāh yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin.
Seperti kenikmatan ilmu agama, kesehatan, waktu luang, harta benda, anggota badan yang lengkap dan sehat, jabatan, kenikmatan teknologi, kecerdasan, kenikmatan berbicara dan lain-lain.
Menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan niat yang benar, yaitu untuk mencari pahala Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya ,
“Dua nikmat yang banyak manusia yang rugi di dalamnya, kesehatan dan waktu luang” (Hadīts Riwayat Bukhāri )
Dalam hadīts yang lain Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang kaya, mereka adalah orang -orang yang sedikit hasanahnya pada hari kiamat. Kecuali orang yang Allāh berikan kekayaan kemudian bershadaqah kepada yang ada di kanannya, kirinya, depan dan belakangnya dan beramal dengan kekayaan tersebut, amalan yang baik” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
⑷ Dengan memperbaiki amalan supaya diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Karena amalan bisa menjadi hasanah bagi seseorang bila diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan syarat diterimanya amalan ada dua, yaitu:
√ Ikhlās
√ Sesuai dengan sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
⑸ Bertaubat dari dosa yang diiringi dengan imān dan amal shālih.
Karena barang siapa yang melakukan yang demikian itu, maka dosanya akan diganti dengan hasanah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bahwasanya,
√ Orang yang menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla
√ Membunuh jiwa tanpa hak,
√ Berzina,
Maka mereka akan mendapatkan azab yang pedih di hari kiamat.
Kecuali,
√ Apabila dia bertaubat,
√ Berimān,
√ Mengerjakan amal shālih.
Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan. (QS Al-Furqān: 68-70)
⑹ Memperbanyak istighfār setiap melakukan dosa atau kurang bersyukur atas nikmat, atau kurang dalam melakukan kewajiban atau lalai dalam mengingat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًاكَثِيْرًا
“Tūbā bagi orang yang menemukan di dalam kitābnya istighfār yang banyak” (Hadīts Shahīh Riwayat Ibnu Mājah)
Tūbā ada yang mengatakan maknanya adalah surga, ada juga yang mengatakan maknanya adalah nama pohon di surga.
⑺ Tidak melakukan amalan yang mengurangi pahalanya
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya,
“Aku mengetahui ada sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa hasanah sebesar gunung-gunung thihamah. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan hasanah tersebut seperti debu yang beterbangan. Maka salah seorang shahābat bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang sifat mereka. Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita. Shalāt malam sebagaimana kita shalāt malam, akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharāmkan, mereka pun melanggarnya. (Hadīts Shahīh Riwayat Ibnu Mājah)
Di antara cara untuk memperbanyak Al-Hasanah dan mengurangi As-Sayyi’ah adalah,
⑻ Bersabar atas musibah dan ujian.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Senantiasa ujian menimpa seorang mu’min dan mu’minah, di dalam dirinya, anaknya dan juga hartanya sampai dia bertemu Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia tidak memiliki dosa” (Hadīts Riwayat Tirmidzi)
Di dalam hadīts yang lain, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:
“Ketika orang-orang yang terkena musibah di dunia mendapatkan pahala di hari kiamat, maka ahlul ‘afiah (orang-orang yang tidak banyak terkena musibah) akan berkeinginan seandainya kulit-kulit mereka digunting di dunia” (Hadīts Hasan Riwayat Tirmidzi)
Yang demikian karena mereka melihat besarnya pahala orang-orang yang bersabar
Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ۬
“Sesungguhnya akan disempurnakan pahala orang-orang yang bersabar tanpa batas” (QS Az-Zumar: 10)
⑼ Beramal shālih secara umum berdasarkan dalīl-dalīl yang shahīh, seperti membaca Al-Qurān, puasa dan lain-lain.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullāh (Al-Qurān), maka setiap huruf dia akan mendapatkan satu hasanah. Dan satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah.” (Hadīts Shahīh Riwayat Tirmidzi)
Di dalam sebuah hadīts disebutkan bahwasanya setiap amalan anak Ādam, satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah sampai tujuh ratus. Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Dia-lah yang akan membalasnya. (Hadīts Shahīh Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Mintalah senantiasa kepada Allāh pertolongan di dalam beramal, beramallah sebaik mungkin dan mohonlah kepada Allāh supaya diterima.
Dan ketahuilah bahwasanya amal kita hanyalah sebab dan bukan pengganti kenikmatan surga dan keselamatan dari neraka.
Seandainya seseorang beramal semaksimal mungkin, sebaik-baiknya selama hidupnya, niscaya tidak cukup untuk membalas kenikmatan Allāh di dunia.
Maka bagaimana dengan kenikmatan di akhirat?
Rahmat atau kasih sayang dan anugerah Allāh-lah yang lebih kita harapkan.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Amalan seseorang tidaklah memasukkan dia ke dalam surga.
Para shahābat berkata, “Tidak juga engkau ya Rasūlullāh?”
Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:
“Tidak juga saya”, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla melimpahkan kepadaku anugerah dan rahmatnya” (Hadīts Shahīh Riwayat Bukhāri Muslim)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 41 Pertanyaan Ketika Hisab
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-41 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang “Pertanyaan Ketika Hisāb”
Ketika hisāb, Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berbicara dengan para hamba dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allāh.
Allāh akan bertanya tentang apa yang sudah mereka lakukan di dunia.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidaklah di antara kalian kecuali Rabbnya akan berbicara kepadanya. Tidak ada antara dia dengan Allāh penerjemah. Dia akan melihat di sebelah kanannya, maka dia tidak akan melihat kecuali amalan yang sudah ia lakukan. Dan melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali amalan yang sudah dia lakukan. Dan akan melihat depannya, maka dia tidak melihat kecuali neraka berada di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma” (Hadīts Bukhāri dan Muslim)
Adapun hadīts yang berisi bahwasanya ada tiga golongan yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat.
⑴ Orang yang mengungkit-ungkit pemberian
⑵ Orang yang menjual barang dengan sumpah palsu
⑶ Orang yang musbil yaitu memanjangkan pakaian di bawah mata kaki, yaitu bagi laki-laki
(Hadīts Riwayat Muslim)
Maka yang dimaksud dalam hadīts ini seperti yang dikatakan oleh sebagian ulamā bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak akan berbicara dengan mereka dalam keadaan ridhā. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah.
Di antara hal yang ditanyakan di hari kiamat, yang pertama adalah tentang tauhīd kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
فَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرۡسِلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلۡمُرۡسَلِينَ
“Maka sungguh kami akan tanya umat yang telah diutus kepada mereka para Rasūl. Dan sungguh kami akan tanya para Rasūl” (QS Al-A’rāf: 6)
Kita akan ditanya, bagaimana kita akan menjawab ajakan Rasūl dan ajakan Rasūl yang paling besar adalah Tauhīd.
Di antara hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Allāh berikan kepada kita di dunia.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ يَوۡمَٮِٕذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ
“Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan”. (QS At-Takatsur: 8)
Di antara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan minuman bagaimanapun sederhananya di pandangan manusia.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat tentang kenikmatan adalah akan dikatakan kepadanya, “Bukankan Kami telah menyehatkan badanmu dan memberimu air yang dingin?” (Hadīts Riwayat Tirmidzi)
Di dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sampai ditanya,
√ Tentang umurnya untuk apa dia gunakan,
√ dan ditanya tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan,
√ dan akan ditanya tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan
√ dan akan ditanya tentang anggota badannya untuk apa dia gunakan”
(Hadīts shahīh Riwayat Tirmidzi)
Orang yang mensyukuri nikmat tersebut, dialah yang akan selamat. Mensyukuri dengan hati, lisan maupun perbuatan.
Hatinya mengakui kenikmatan tersebut, bahwasanya itu adalah dari Allāh.
Lisannya bersyukur dan memuji kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang diperbolehkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Di antara hal yang akan ditanyakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika hisāb adalah pendengaran, penglihatan dan hati kita.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya ilmunya. Sesungguhnya setiap manusia kelak akan ditanya tentang pendengaran, penglihatan dan hatinya.” (QS Al-Isrā’: 36)
Dengan demikian hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran, penglihatan dan hatinya dari apa yang Allāh harāmkan.
Di antara yang Allāh tanyakan adalah perjanjian.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡـُٔولاً۬
“Dan sempurnakanlah perjanjian karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan” (QS Al-Isrā’: 34)
Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Allāh dan kepada makhluk. Seorang muslim dituntut untuk menyempurnakan janjinya.
Di antara hal yang akan ditanyakan adalah tentang amanat yang telah Allāh berikan kepada kita.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang imām atau pemimpin negara adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang ibu adalah seorang penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang apa yang dia jaga. Dan seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut .” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allāh untuk menegakkan hukum-hukum Allāh atas rakyatnya dan berbuat adil.
Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada kebaikan serta memberikan hak-hak mereka.
Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami dan lain-lain.
Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan pekerjaan sebagai seorang pembantu.
Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya apapun peran kita sesuai dengan yang Allāh perintahkan.
Baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin.
Baik sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi.
Baik sebagai suami maupun seorang istri.
Baik sebagai seorang ayah atau ibu maupun anak.
Baik sebagai seorang guru maupun murid dan lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 42 Keadaan Manusia Ketika Hisab
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-42 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Keadaan Manusia Ketika Hisāb”
Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisābnya, ada yang mudah, dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisāb.
Orang-orang kāfir menurut pendapat yang lebih kuat meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia namun mereka akan dihisāb dan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Sebagai celaan kepada mereka dan untuk menunjukkan keadilan Allāh serta menegakkan hujjah atas mereka.
Hisāb terhadap orang-orang kāfir akan sangat teliti.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
وَمَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكْ
“Barang siapa yang diperiksa dengan teliti hisābnya, maka dia akan binasa” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Adapun orang-orang yang berimān maka mereka akan dihisāb dengan hisāb yang mudah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ (٧) فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابً۬ا يَسِيرً۬ا (٨)
“Adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya,maka dia akan dihisāb dengan hisāb yang mudah”. (QS Al-Insyiqaq: 7-8)
Dan yang dimaksud dengan hisāb yang mudah disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam sebuah hadīts yang artinya:
“Sesungguhnya Allāh akan mendekatkan seorang mu’min kemudian menutupinya, kemudian Allāh berkata kepadanya,
“Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?”
Maka orang mu’min tersebut akan berkata, “Iya wahai Rabbku”.
Sehingga ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla sudah membuatnya mengakui dosa-dosanya dan hamba tersebut melihat bahwasanya dirinya binasa yaitu karena dosa-dosanya tersebut, maka Allāh berkata aku telah menutupi dosa-dosamu ini di dunia dan aku mengampuninya untukmu hari ini.
Maka diapun diberi kitāb kebaikan-kebaikannya”. (Hadits Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya ada 70 ribu orang dari umatnya yang kelak tidak dihisāb sama sekali.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan bahwasannya mereka adalah:
⑴ Orang-orang yang tidak pernah minta diobati dengan besi panas
⑵ Tidak minta diruqyah oleh orang lain
⑶ Tidak bertathayyur yaitu menganggap sial dengan melihat burung ataupun semisalnya
Dan mereka hanya bertawakal kepada Allāh.
Di antara mereka adalah seorang sahabat Ukasyah Ibnu Mihshan (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 43 Orang, Amalan dan Hal Yang Pertama Kali Dihisab
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-43 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Orang yang pertama dihisāb, amal yang pertama dihisāb dan hal yang pertama dihisāb”
Orang yang pertama kali akan dihisāb pada hari kiamat ada tiga orang.
Yaitu:
⑴ Orang yang berjihad karena riyā’
Dia akan didatangkan dan akan diperlihatkan kenikmatan yang telah Allāh berikan kepadanya maka diapun mengenalnya.
Kemudian ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?
Dia berkata: “Aku gunakan untuk berperang di jalanmu sampai aku mati syahīd”
Allāh berkata kepadanya, “Kamu dusta, akan tetapi kamu berperang supaya dikatakan sebagai seorang pemberani dan manusia sudah mengatakan engkau adalah pemberani”
⑵ Orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al-Qur’ān
Akan tetapi melakukan itu semua karena riyā’.
Kemudian diperlihatkan kenikmatan yang Allāh berikan kepadanya maka diapun mengenalnya.
Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla bertanya :
Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?
Dia berkata, “Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Al-Qur’ān karenamu”
Allāh berkata, “Kamu dusta, kamu mempelajari ilmu, mengajarkannya supaya dikatakan ‘alim”
Dan membaca Al Qur’ān supaya dikatakan Qari’.
Dan manusia sudah mengatakan demikian.
⑶ Orang yang Allāh luaskan hartanya dan telah diberikan berbagai macam harta benda
Maka Allāh memperlihatkan kenikmatan yang telah Allāh berikan kepadanya, maka diapun mengenalnya.
Kemudian Allāh bertanya,
Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?
Ia pun menjawab,”Tidaklah aku tinggalkan satu jalan yang engkau cinta. Aku berinfāq di dalamnya, kecuali aku infāq di dalamnya”
Allāh berkata, “Kamu dusta, akan tetapi engkau melakukannya supaya dikatakan dermawan”
Dan sungguh manusia telah mengatakan demikian (Hadīts Riwayat Muslim)
Amal ibadah yang pertama kali akan dihisāb adalah shalāt lima waktu.
Apakah seorang hamba menyempurnakan shalātnya atau tidak.
Jika sempurna, maka akan ditulis sempurna.
Dan apabila kurang, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memerintahkan malāikat untuk melihat shalāt-shalāt sunnahnya.
Apabila dia memiliki shalāt-shalāt sunnah, maka akan digunakan untuk menambal kekurangan yang dilakukan ketika shalāt fardhu (Hadīts Shahīh Riwayat Abū Dāwūd dan Ibnu Mājah)
Adapun hal pertama yang berkaitan dengan hak antar manusia yang akan dihisāb adalah tentang darah.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ
“Hal yang pertama kali akan dihisāb yang berkaitan dengan hak antar manusia pada hari kiamat adalah tentang darah”. (Hadīts Riwayat Muslim)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام-عليكم-ورحمة-اللّه-وبركاته
Halaqah – 44 Pemberian Kitab
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-44 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Pemberian Kitāb”
Setelah Allāh Subhānahu wa Ta’āla menghisāb seorang hamba, maka hamba tersebut akan diberi kitāb.
Orang yang berimān dengan hisāb dan hari perhitungan dan dia beramal maka dia akan menerima kitāb yang berisi hasanah dengan tangan kanannya.
Dan kelak akan kembali kepada keluarganya di dalam surga dalam keadaan yang sangat bahagia.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ (٧) فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابً۬ا يَسِيرً۬ا (٨) وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورً۬ا (٩)
“Maka adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya, maka dia akan dihisāb dengan hisāb yang mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia”.
(QS Al-Insyiqāq: 7-9)
Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman:
فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَـٰبِيَهۡ (١٩) إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَـٰقٍ حِسَابِيَهۡ (٢٠) فَهُوَ فِى عِيشَةٍ۬ رَّاضِيَةٍ۬ (٢١) فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ۬ (٢٢) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ۬ (٢٣) كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـَٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ (٢٤)
“Maka adapun orang yang diberi kitāb dengan tangan kanannya dia akan berkata kepada orang lain,
“Silahkan bacalah kitābku ini, Sesungguhnya aku dahulu di dunia yakin bahwa aku akan menemui hisāb”.
Maka dia akan berada di dalam kehidupan yang diridhai di surga yang tinggi yang buah-buahannya rendah (maksudnya mudah dipetik), dikatakan kepada mereka:
“Makanlah kalian dan minumlah dengan nikmat karena amal-amal yang kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”
(QS Al-Hāqqah: 19-24)
Adapun orang kāfir dan munāfiq maka dia akan menerima kitāb dengan tangan kiri dari arah belakang.
Pertanda bahwasanya mereka akan masuk ke dalam neraka.
Dia pun berteriak dengan kecelakaan.
Tidak bermanfaat bagi mereka, harta mereka yang melimpah dan jabatan mereka yang tinggi di dunia.
Mereka menyesal dan berangan-angan seandainya tidak diberi kitāb.
Dan berangan-angan seandainya tidak dibangkitkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ (١٠) فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورً۬ا (١١) وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا (١٢) إِنَّهُ ۥ كَانَ فِىٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا (١٣) إِنَّهُ ۥ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ (٤١)َ
“Dan adapun orang yang diberikan kitābnya dari belakangnya, maka dia akan berteriak dengan kecelakaan. Dan akan masuk kelak di dalam neraka. Sesungguhnya dahulu dia bergembira ria bersama keluarganya. Dan sesungguhnya dahulu dia menyangka bahwa dia tidak akan kembali kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla”
(QS Al-Insyiqāq: 10-14)
Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ (٢٦) يَـٰلَيۡتَہَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ (٢٧)مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّى مَالِيَهۡۜ (٢٨) هَلَكَ عَنِّى سُلۡطَـٰنِيَهۡ (٢٩)خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (٣٠) ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ (٣١) ثُمَّ فِى سِلۡسِلَةٍ۬ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعً۬ا فَٱسۡلُكُوهُ (٣٢)
“Adapun orang-orang yang diberi kitāb dari sebelah kiri, maka dia akan berkata, “Seandainya aku tidak diberi kitābku ini dan seandainya aku tidak mengetahui hisābku. Seandainya kematian yang menyudahi segalanya. Hartaku tidak memberikan manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku”. Maka Allāh berkata, “Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala, kemudian ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya 70 hasta”
(QS Al-Hāqqah: 25-32)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام-عليكم-ورحمة-اللّه-وبركاته
Halaqah – 45 Penegakan Qishos atau Hukuman Bagi Orang-orang Yang Zhalim
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-45 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Penegakan Qishas atau Hukuman Bagi Orang-orang Yang Zhālim”
Termasuk keadilan Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah menegakkan qishas di antara makhluk di hari kiamat.
Tidak ada makhluk yang dizhālimi di dunia oleh yang lain kecuali akan Allāh kembalikan haknya di hari kiamat, bahkan diantara hewan.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
لتؤدن الحقوق إلى أهلها يوم القيامة حتى يقاد للشاة الجلحاء من الشاة القرناء
“Sungguh akan diberikan hak-hak ini kepada pemiliknya di hari kiamat sampai akan di qishas seekor kambing yang bertanduk karena kezhāliman yang dia lakukan terhadap kambing yang tidak bertanduk.”
(Hadīts Riwayat Muslim)
Akan didatangkan orang yang dzalim dan di zhālimi sekecil apapun kezhāliman tersebut.
Baik kezhāliman berupa harta seperti:
√ Pencurian
√ Perampokan
√ Penipuan
√ Hutang
Atau kezhāliman kehormatan seperti:
√ Umpatan
√ Ghibāh yaitu membicarakan kejelekan orang lain, tuduhan palsu
Atau kezhāliman fisik seperti:
√ Pemukulan
√ Pembunuhan, dan lain-lain.
Penegakan keadilan saat itu adalah dengan hasanah dan sayyiah.
Orang yang zhālim akan diambil hasanahnya dan diberikan kepada orang yang dizhālimi.
Apabila orang yang zhālim tersebut tidak memiliki hasanah, maka sayyiah orang yang dizhālimi akan diberikan kepada orang yang zhālim tersebut.
Orang yang bangkrut di hari tersebut adalah orang-orang yang terlalu banyak kezhālimannya di dunia.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan ummatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalāt, pahala puasa dan pahala zakāt. Dia datang pada hari tersebut dan dahulu di dunia dia telah mencela si Fulān, menuduh si Fulān berzinah, memakan harta si Fulān, menumpahkan darah si Fulān dan memukul si Fulān. Maka hasanah atau pahala kebaikan orang tersebut akan diberikan kepada si Fulān, lalu si Fulān. Sehingga apabila habis hasanah orang tersebut sebelum dia melunasi hak orang lain maka akan diambil dosa-dosa orang yang pernah dia zhālimi tersebut dan dipikulkan kepadanya, kemudian akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka.”
(Hadīts Riwayat Muslim)
Oleh karena itu seorang muslim di dunia apabila berbuat zhālim maka hendaknya bersegera untuk minta maaf dan mengembalikan hak orang yang pernah dia zhālimi.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang memiliki kezhāliman kepada orang lain baik berupa kehormatan atau sesuatu yang lain maka hendaklah dia meminta dihalalkan darinya pada hari ini. Sebelum datangnya hari yang di situ tidak ada lagi dinar maupun dirham.”
(Hadīts Riwayat Bukhari)
Orang yang dizhālimi di dunia boleh membalas dengan balasan yang setimpal. Akan tetapi tidak boleh dia membalas dengan berlebihan, karena dengan demikian justru dia menjadi orang yang zhālim yang akan diambil kebaikannya.
Dan apabila dia memaafkan maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memberikan pahala yang besar.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَجَزَٲٓؤُاْ سَيِّئَةٍ۬ سَيِّئَةٌ۬ مِّثۡلُهَاۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُ ۥ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّهُ ۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ
“Dan balasan sebuah kejelekan adalah kejelekan yang setimpal. Dan barang siapa yang memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak mencintai orang-orang yang zhālim.” (QS Asy Syūrā: 40)
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام-عليكم-ورحمة-اللّه-وبركاته
Halaqah – 46 Mizan (Timbangan) dan Penimbangan Amal
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-46 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Mizān (timbangan) dan penimbangan amal
Di antara berimān kepada hari akhir adalah berimān dengan adanya mizān dan penimbangan amal.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئ
“Dan Kami akan meletakkan timbangan-timbangan yang adil pada hari kiamat, maka tidak ada seorangpun yang akan dizhālimi sedikitpun.”
(QS Al Anbiyā: 47)
Sebagian ulamā berpendapat bahwasanya penimbangan amal dilakukan setelah hisāb.
Karena:
√ Hisāb adalah untuk menghitung amalan.
√ Penimbangan adalah untuk menampakkan hasil dari perhitungan tersebut dan menunjukkan keadilan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Akan ditimbang hasanah dan sayyiah dengan timbangan yang hakiki.
Memiliki dua kiffah yaitu piringan timbangan.
Memiliki sifat berat dan ringan dan bisa miring karena amalan.
Allāhu a’lam tentang tentang hakikatnya dan bagaimananya.
Allāh berfirman:
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُون.
“Dan barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri, di dalam Jahannam mereka akan kekal.”
(QS Al Mu’minun: 102-103)
Dalam hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Mājah disebutkan bahwasanya catatan dosa-dosa akan ditaruh di kiffah dan bitaqah (kartu yang bertuliskan ‘Lā ilāha illallāh) akan ditaruh di kiffah yang lain.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِيْ،
“Akan diletakkan mizān pada hari kiamat, seandainya langit dan bumi di timbang didalamnya niscaya akan cukup,
Bertanyalah para Malāikat wahai Rabb untuk siapakah timbangan ini?
Maka Allāh berfirman, “untuk orang yang aku kehendaki dari para makhluk ku.”
(Hadīts shahīh diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam Al mustadrak)
Para ulamā berbeda pendapat tentang berapakah jumlah mizān di hari kiamat.
Apakah satu timbangan atau banyak, karena masing-masing manusia memiliki timbangan atau masing-masing amalan ada timbangan khusus. Allāhu a’lam.
Amalan yang paling berat di dalam timbangan pada hari kiamat adalah dua kalimat syahadah.
Dari Abdullāh ibnu ‘Amr ibnul Ash Radhiyallāhu ‘anhuma, beliau berkata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allāh akan memilih seseorang dari umatku di hadapan makhluk-makhluk yang lain pada hari kiamat.”
Maka dibukalah di hadapannya 99 sijil.
⇒Makna sijil adalah kitāb besar
Dan maksud beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah kitāb yang berisi dosa-dosa hamba tersebut.
Kemudian beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
“Setiap sijil besarnya sejauh mata memandang.”
Kemudian Allāh bertanya kepada hamba tersebut, “Apakah ada di antara isi kitāb tersebut yang engkau ingkari?”
Apakah para malāikat penulis telah menzhālimimu ?
Hamba tersebut menjawab, “Tidak wahai Rabb-ku”
Allāh bertanya, Apakah kamu memiliki alasan? Dia kembali menjawab, “Tidak wahai Rabb-ku”
Maka Allāh pun berkata, “Sesungguhnya engkau memiliki hasanah di sisi kami”
Dan sesungguhnya engkau tidak akan dizhālimi pada hari ini.
Maka dikeluarkanlah sebuah kartu bertuliskan “Asyhaduallā ilā ha illallāh wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasūluh”.
Allāh pun berkata, Lihatlah timbanganmu,
Hamba tersebut mengatakan,
Wahai Rabb-ku apa arti sebuah kartu ini dibandingkan dengan sijjil yang begitu banyak?
Maka Allāh berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan dizhālimi.
Diletakkanlah sijjil yang banyak tersebut, di satu piringan timbangan dan diletakan kartu di satu piringan timbangan yang lain.
Maka ringanlah sijjil yang banyak dan beratlah kartu tersebut.
Kemudian beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
Tidak ada sesuatu yang mengalahkan beratnya nama Allāh
(Hadīts Shahīh Riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Mājah).
Di antara amalan yang sangat memberatkan timbangan pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam timbangan dari pada akhlak yang baik.”
(Hadīts Shahīh Riwayat Abū Dāwūd dan Tirmidzi).
Di antara akhlak yang baik adalah
• Menyambung orang yang memutus kita
• Memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepada kita
• Memaafkan orang yang menzhālimi kita.
Di antara amalan yang berat adalah ucapan “Subhanallāhi wa bihamdih subhanallāhil ‘azhīm”.
Sebagaimana didalam hadīts yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim.
Di antara amalan yang memenuhi timbangan adalah ucapan “Alhamdulillah”
Sebagaimana dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Muslim.
Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim senantiasa memperbaiki dua kalimat syahadat yang dia ucapkan.
Berusaha untuk memahami maknanya dan mengamalkan isinya dan istiqamah di atas keduanya sampai meninggal dunia.
Di samping itu hendaknya dia memperbaiki ibadahnya kepada Allāh dan akhlaknya kepada manusia.
Melakukan itu semua karena Allāh dan untuk memperberat timbangannya di hari kiamat.
Orang yang berbahagia adalah orang yang lebih berat timbangan kebaikannya dari pada kejelekannya.
Dan orang yang celaka adalah orang yang lebih ringan timbangan kebaikannya dari pada kejelekannya.
Sebagaimana disebutkan oleh Allāh di dalam Surat Al-Qariah.
Orang kāfir tidak memiliki sesuatu yang memberatkan timbangan mereka, Karena amalan mereka batal dengan kesyirikan dan kekufuran
(Lihat Surat Al-Kāhfi : 103-106)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya akan datang seseorang yang besar lagi gemuk pada hari kiamat akan tetapi beratnya di sisi Allāh tidak lebih berat dari satu sayap dari seekor nyamuk.”
(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Dalīl-dalīl di atas menunjukkan bahwasanya nya ada tiga perkara yang akan ditimbang pada hari kiamat.
⑴ Amalan
⑵ Orang yang mengamalkan
⑶ Kitāb catatan amalan
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 47 Telaga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-47 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang ” Telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam”
Diantara berimān kepada hari akhir adalah Berimān tentang Adanya Telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada Hari Kiamat.
Hadīts -hadīts yang datang di dalam masalah ini mencapai derajat mutawwatir.
Diantaranya adalah sabda beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً
“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga dan sesungguhnya mereka akan saling berbangga siapa di antara mereka yang telaganya paling banyak didatangi. Dan aku berharap akulah yang telaganya akan paling banyak didatangi.”
(Hadīts ini dishahīhkan oleh Tirmidzi)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:
حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ، مَا ؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ، وَرِيْحُهُ أَطْيَبُ مِنَ اْلمِسْكِ وَكِيْزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَ فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا
“Telagaku sepanjang 1 bulan perjalanan, airnya lebih putih dari pada susu dan baunya lebih wangi dari minyak kesturi dan kiizān-nya yaitu sejenis teko sebanyak bintang di langit. Barangsiapa meminum darinya maka dia tidak akan haus selama-lamanya.”
(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Sebagian ulamā mengatakan bahwasanya seandainya dia masuk ke dalam neraka setelah itu karena dosa yang dia lakukan maka dia tidak akan diazab dengan rasa haus.
Umat beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan mendatangi telaga beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan meminum darinya.
Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:
• Dan aku akan menolak manusia dari telagaku sebagaimana seseorang menolak unta orang lain dari telaganya
Maka para shahābat bertanya kepada beliau:
“Wahai Rasūlullāh , apakah engkau mengenal kami pada hari tersebut?”
Beliau menjawab:
“Iya….Kalian memiliki tanda yang tidak dimiliki umat-umat yang lain. Kalian akan mendatangi telagaku dalam keadaan putih wajah, tangan dan kaki kalian dari bekas berwudhu”.
(Hadīts Riwayat Muslim)
Orang yang berimān ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam masih hidup kemudian dia murtad sepeninggal beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka akan dijauhkan dari telaga beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Dalam sebuah hadīts, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:
“Aku akan mendahului kalian diatas telaga dan akan dinampakkan beberapa orang diantara kalian kemudian tiba-tiba dijauhkan dariku.
Akupun bertanya, “Wahai Rabb-ku, Bukankah mereka adalah para sahabatku?” Maka dikatakan kepada beliau, Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan setelah dirimu.”
(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim, dari ‘Abdullāh bin Mas’ud Radhiyallāhu ‘anhu)
Di dalam hadīts yang lain dikatakan kepada beliau:
“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka rubah setelahmu.”
(Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)
Sebagian ulamā mengatakan bahwasanya membuat bid’ah di dalam agama termasuk merubah yang dimaksud di dalam hadīts ini.
Dikhawatirkan dia tidak bisa meminum dari telaga Nabi Shallallāhu ‘alayhi wa sallam Namun, bukan berarti apabila dia masuk ke dalam neraka dia kekal di dalamnya.
Karena yang kekal di neraka hanyalah orang-orang kāfir.
Dua hadīts terakhir menunjukkan bahwa setelah meninggal dunia, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mengetahui apa yang dilakukan umatnya.
Semoga Allāh menjadikan kita termasuk orang-orang yang bisa meminum dari telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada hari dimana kita sangat membutuhkannya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 48 Beberapa Kejadian di Padang Mahsyar Bagian 1
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-48 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar Bagian pertama”
Di antara kejadian di Padang Mahsyar adalah percekcokan antara para pembesar orang-orang kāfir dan para pengikutnya.
Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā’ 31-33 Bahwasanya orang-orang kāfir akan dihadapkan kepada Allāh.
Berkatalah orang-orang yang dianggap lemah kepada pembesar-pembesar mereka, “Kalau bukan karena kalian tentulah kami dahulu menjadi orang-orang yang berimān”
Pembesar-pembesar tersebut membantah dan mengatakan:
Apakah kami yang telah menghalangi kalian dari petunjuk, sesudah petunjuk itu datang kepada kalian?
Tidak!
Sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa (maksudnya kalian sendirilah yang menginginkan kesesatan dan kami hanya mengajak).
Orang-orang yang dianggap lemah balik membantah dan mengatakan:
Tidak! Sebenarnya tipu daya kalian malam dan siang itulah yang menghalangi kami, ketika kalian menyuruh kami untuk kāfir kepada Allāh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.
Akhirnya semuanya menyesal tatkala melihat adzab.
Demikianlah keadaan para pembesar dan tokoh masyarakat yang mengajak kepada kesyirikan dan menghalangi manusia dari tauhīd.
Mereka berlepas diri dari para pengikut mereka dan tidak bisa menolong mereka sedikitpun.
Para pengikut akan celaka sebagaimana para tokoh tersebut dan para pembesar juga celaka.
Oleh karena itu seorang muslim hendaknya menyelamatkan dirinya dari neraka.
Jadilah seorang tokoh masyarakat yang mengajak kepada tauhīd.
Dan apabila dia orang yang lemah maka janganlah dia mengikuti kemauan para pembesar ataupun orang banyak apabila dia menghalangi manusia dari tauhīd dan mengajak kepada kesyirikan.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah kepada kita dan juga mereka.
Menghilangkan rasa cinta dunia yang berlebihan dalam diri kita dan menghilangkan kesombongan dari dalam diri kita dan menjadikan rasa takut kita hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dan di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada orang-orang musyrikin tentang sesembahan selain Allāh yang mereka sembah di dunia.
Dimanakah mereka pada hari tersebut.
Dan Allāh akan bertanya kepada mereka tentang bagaimana sikap mereka terhadap ajakan para rasūl ‘alayhissalām.
Di dalam Surat Al-Qashash 62-66
Allāh akan memanggil orang-orang musyrikin dan menghina mereka dengan bertanya, “Di manakah sekutu-sekutu Ku yang dulu kalian sangka mereka adalah sekutu-sekutu Ku?
Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berkata kepada orang-orang musyrikin:
Berdo’alah kalian kepada sekutu-sekutu kalian.
Maka merekapun berdo’a kepada sesembahan-sesembahan mereka di dunia.
Meminta pertolongan kepada mereka dalam keadaan genting tersebut sebagaimana mereka dahulu meminta di dunia.
Maka sesembahan-sesembahan tersebut tidak bisa berbuat apapun dan tidak menjawab seruan mereka.
Barulah mereka mengetahui bahwasanya sesembahan-sesembahan tersebut tidak bisa menolong mereka sedikitpun.
Allāh juga akan bertanya kepada mereka, Apakah jawaban kalian terhadap ajakan para rasūl? (Yaitu) apakah kalian membenarkan mereka? Dan mengikuti ajakan mereka untuk bertauhīd?
Demikianlah keadaan orang-orang musyrikin sesembahan-sesembahan mereka di dunia tidak bisa mengabulkan do’a mereka ketika sangat dibutuhkan.
Tidak bisa menolong mereka di hadapan Allāh, bahkan mereka berlepas diri.
Allāh berfirman:
وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُ ۥۤ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَـٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآٮِٕهِمۡ غَـٰفِلُونَ (٥)وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءً۬ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِہِمۡ كَـٰفِرِينَ (٦)
“Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang-orang yang berdo’a kepada selain Allāh yang tidak bisa mengabulkan sampai hari kiamat. Dan mereka lalai dari do’a orang yang berdo’a kepada mereka. Dan apabila manusia dikumpulkan, mereka akan menjadi musuh bagi orang-orang yang menyembah mereka. Dan mereka akan mengingkari ibadah yang dilakukan orang-orang musyrikin terhadap mereka.”
(QS. Al-Ahqāf : 5-6)
Adapun orang yang bertauhīd, maka Allāh akan menolong mereka di dunia maupun di akhirat.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 49 Beberapa Kejadian di Padang Mahsyar Bagian 2
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-49 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar Bagian kedua”
Di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada para malāikat dan Nabi ‘Īsā. ‘alayhissalām.
Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā’ 40-42 Bahwasanya di Padang Mahsyar Allāh akan bertanya kepada para malāikat yang disembah oleh sebagian manusia.
Sebagai penghinaan terhadap orang-orang musyrikin yang dahulu menyembah mereka.
Apakah mereka ini dahulu menyembah kalian?
Para malāikat menjawab:
“Maha Suci Engkau, Engkau-lah pelindung kami, bukan mereka. Akan tetapi sebenarnya mereka dahulu telah menyembah jinn. Kebanyakan mereka berimān kepada jin tersebut”
Maksudnya bahwasanya orang-orang musyrikin ketika menyembah selain Allāh, baik orang shālih, benda mati dan lain-lain, maka pada hakikatnya mereka menyembah jinn, karena yang menyuruh mereka untuk menyekutukan Allāh adalah jinn.
⇒Apabila mereka menaati, berarti mereka telah menyembah jin tersebut.
Para malāikatpun tidak berkuasa untuk memberikan manfaat, dan tidak pula mudharat kepada orang-orang yang telah menyembah mereka.
Para penyembah malāikat itu pun akan diadzab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Di dalam Surat Al-Māidah : 116-117
Allāh menyebutkan bahwasanya Allāh akan bertanya kepada Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām sebagai penghinaan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap orang-orang nashrāni yang menjadikan beliau dan ibu-ibu beliau sebagai Tuhan.
Wahai ‘Īsā putra Maryam, Apakah engkau dahulu pernah mengatakan kepada manusia, “Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allāh ?
‘Īsā ‘alayhissalām menjawab:
“Maha Suci Engkau tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku untuk mengatakannya”.
Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahuinya.
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada dirimu.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib.
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu “Sembahlah Allāh Rabb-ku dan Rabb kalian”.
Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku hidup, maka setelah Engkau wafatkan atau angkat aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.
Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Demikianlah keadaan para malāikat dan Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām.
Mereka adalah mahluk yang taat beribadah kepada Allāh.
Senang apabila manusia hanya menyembah kepada Allāh dan mereka tidak pernah menyuruh manusia menyembah diri mereka.
Demikian pula orang-orang yang shālih dan wali-wali Allāh.
Manusia yang terlalu berlebih-lebihan terhadap mereka,
√ Mereka membuat patung mereka,
√ Mereka memajang gambar mereka,
√ Mereka membangun dan menghias kuburan mereka,
√ Mereka meyakini bahwasanya mereka mengetahui sesuatu yang ghaib,
√ Mereka berdo’a kepada mereka,
√ Mereka bepergian jauh untuk berziarah ke makam mereka,
√ Mereka beri’tikāf di kuburan mereka,
√ Mereka menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka,
√ Mereka membangun masjid di atas kuburan mereka, atau
√ Mereka memasukkan kuburan mereka di dalam masjid,
√ Mereka bertawassul dengan do’a mereka setelah mereka meninggal dunia atau menganggap orang-orang shālih tersebut bisa mendekatkan diri mereka kepada Allāh, ini semua termasuk berlebihan.
Jangan sampai keadaan seseorang seperti keadaan kaum Nabi Nūh ”alayhissalām yang berlebihan terhadap lima orang shālih yang disebutkan dalam Surat Nūh : 23
Atau seperti keadaan sebagian orang yang mengaku mencintai Ali bin Abi Thalib, Fātimah, Hasan, Husain dan sebagian keturunan beliau Radhiyallāhu ‘anhum, kemudian berlebih-lebihan terhadap mereka.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 50 Dikumpulkannya Orang-orang Kafir di Dalam Neraka
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Beriman Kepada Hari Akhir
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-50 dari Silsilah ‘Ilmiyah Berimān kepada hari akhir adalah tentang “Dikumpulkannya Orang-orang Kāfir ke dalam Neraka”
Setelah hisāb di Padang Mahsyar selesai, maka mulailah dipisah antara penduduk Surga dan penduduk Neraka secara bertahap.
Al-Imām Bukhāri dan Muslim meriwayatkan dalam shahīhnya dari Abū Said Al-Khudry Radhiyallāhu ‘anhu dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Bahwasanya kelak di hari kiamat akan ada yang memanggil dan memerintahkan setiap umat untuk mengikuti Tuhan yang dia sembah di dunia.
Maka tidaklah ada manusia yang menyembah selain Allāh seperti patung dan batu, kecuali dia akan berjatuhan ke dalam neraka.
Sehingga tidak tersisa kecuali orang-orang yang berimān baik yang shālih maupun yang fasik dan sebagian kecil atau sisa ahlul kitāb yaitu orang Yahūdi dan Nasrani.
Dikatakan kepada orang Yahūdi:
Apakah yang kalian sembah? Mereka berkata, ” Kami dahulu menyembah Uzair, anak Allāh”. Dikatakan kepada mereka, “Kalian telah berdusta. Allāh tidak memiliki istri dan anak.”
Lalu apakah yang kalian inginkan?
Mereka berkata, “Kami haus”. Maka berilah kami air minum, Karena saat itu Allāh memperlihatkan kepada mereka Jahannam yang dari jauh seperti air.
Maka ditunjukkanlah Jahannam yang dari jauh seperti air tersebut, dan dikatakan kepada mereka,
Apakah kalian tidak mau mendatanginya?
Maka mereka pun dikumpulkan ke Jahannam dan berjatuhan di dalamnya.
Kemudian dikatakan kepada orang-orang Nasrani:
Apakah yang kalian sembah? Mereka berkata, “Kami dahulu menyembah ‘Īsā anak Allāh” Dikatakan kepada mereka,” Kalian telah berdusta” Allāh tidak memiliki istri dan anak. Lalu apakah yang kalian inginkan?
Mereka berkata, “Kami haus, maka berilah kami air minum” Maka ditunjukkanlah Jahannam yang dari jauh seperti air dan dikatakan kepada mereka,
Apakah kalian tidak mendatanginya? Akhirnya mereka pun juga dikumpulkan ke Jahannam dan berjatuhan di dalamnya.
Dan di dalam hadīts Abū Hurairah Radhiyallāhu ‘anhu yang juga dikeluarkan oleh Al-Bukhāri dan Muslim disebutkan bahwasanya Allāh akan berkata kepada manusia:
“Barang siapa yang menyembah sesuatu maka hendaklah mengikutinya”.
Maka penyembah matahari akan mengikuti matahari, penyembah bulan akan mengikuti bulan, penyembah thaghut akan mengikuti thāghut.
Dan thāghut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allāh.
Kemudian tersisalah umat Islām dan bersama mereka orang-orang munāfiq.
Di dalam hadīts ‘Abdullāh Ibnu Mas’ud Radhiyallāhu ‘anhu disebutkan bahwasanya orang-orang yang dahulu menyembah Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām , maka akan mengikuti syaithān Nabi ‘Īsā yang diserupakan dengan beliau.
Dan yang dahulu menyembah Uzair, maka akan mengikuti syaithān Uzair yang diserupakan dengan beliau
(Hadīts Shahīh Riwayat Ath-Thabrani di dalam Al-Mu’jamul Kabir).
Demikianlah keadaan orang-orang yang menyembah kepada selain Allāh baik orang-orang musyrikin maupun ahlul kitāb, orang Yahūdi dan Nasrani.
Mereka akan dipisahkan dari orang-orang yang menyembah Allāh saja.
Yang mencakup orang-orang yang benar-benar menyembah Allāh , mereka lah orang-orang yang berimān maupun orang-orang yang pura-pura menyembah Allāh.
Dan mereka lah orang-orang munāfiq.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Bismillah. Ijin koreksi …di voice note Dengan tangan kanan-Nya