Halaqah 01 – Mengapa Kita Harus Belajar Tauhid
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang pertama dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang “Mengapa Harus Mempelajari Tauhid?”
Mempelajari Tauhid merupakan kewajiban setiap Muslim, baik laki-laki maupun wanita, karena Allāh ﷻ menciptakan manusia dan jin adalah hanya untuk bertauhid, yaitu mengesakan ibadah kepada Allāh ﷻ. Allāh ﷻ berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
(Surah Adz-Dzāriyāt: 56)
Oleh karena itu, Allāh ﷻ mengutus para Rasul kepada setiap umat dengan tujuan untuk mengajak mereka kepada Tauhid. Allāh ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ
Dan sungguh-sungguh, telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang berkata kepada kaumnya “Sembahlah Allāh dan jauhilah thāghūt.”
(Surah An-Naḥl: 36)
Makna thāghūt adalah segala sesembahan selain Allāh ﷻ.
Oleh karena itu, seorang Muslim yang tidak memahami Tauhid yang merupakan inti ajaran Islam maka sebenarnya dia tidak memahami agamanya meskipun telah mengaku mempelajari ilmu-ilmu yang banyak.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 02 – Syarat Mutlak Masuk Surga
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-2 dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang Tauhid Syarat Mutlak Masuk Surga
Saudaraku, orang yang menginginkan kebahagiaan di Surga maka dia harus memiliki modal yang satu ini, yaitu Tauhid. Tidak akan masuk ke dalam Surga kecuali orang-orang yang bertauhid, orang yang bertauhid pasti akan masuk Surga meskipun mungkin sebelumnya dia diadzab terlebih dahulu di dalam Neraka karena dosa-dosa yang pernah dia lakukan di dunia. Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ الله وَرَسُولُهُ، وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّة حَقٌّوَالنَّار حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ
“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allāh, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, dan bahwasanya ʿĪsā adalah hamba Allāh dan Rasul-Nya, dan kalimat-Nya yang Dia tiupkan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan dia bersaksi bahwa Surga benar adanya dan Neraka benar adanya, maka Allāh ﷻ akan memasukkan dia ke dalam Surga sesuai dengan apa yang telah diamalkan.”
(HR. Bukhāri dan Muslim)
Dalam hadits yang lain, Nabi ﷺ bersabda:
فَإِنَّ الله قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا الله يُبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ الله
“Maka sesungguhnya Allāh ﷻ telah mengharamkan Neraka bagi orang-orang yang mengatakan ‘Lā ilāha illā Allāh’ (tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allāh), yang dia mengharap dengan kalimat tersebut Wajah Allāh ﷻ.”
(HR. Bukhāri dan Muslim)
Oleh karena itu tidak heran jika prioritas dakwah para Rasul dan orang-orang yang mengikuti mereka adalah Tauhid. Ini menunjukkan kepada kita bahwasanya modal utama untuk mendapatkan Surga Allāh ﷻ adalah dengan bertauhid.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 03 – Bahaya Kesyirikan
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-3 dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang Bahaya Kesyirikan
Akhil karīm, Tauhid adalah amalan yang paling Allāh ﷻ cintai, sebaliknya syirik (menyekutukan Allāh ﷻ dalam beribadah) adalah amalan yang sangat Allāh ﷻ murkai. Allāh ﷻ memang Maha Pengampun, akan tetapi apabila seseorang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik besar kepada Allāh ﷻ, maka Allāh ﷻ tidak akan mengampuni dosa syirik tersebut.
Akibatnya dia kekal di dalam Neraka selama-lamanya dan tidak ada harapan baginya untuk masuk ke dalam Surga Allāh ﷻ. Sungguh, ini adalah kerugian yang tidak ada kerugian yang lebih besar daripada kerugian ini.
Allāh ﷻ berfirman:
إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ
“Sesungguhnya Allāh tidak mengampuni dosa syirik, dan masih mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki.”
(Surah An-Nisā’: 48)
Allāh ﷻ juga berfirman:
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya, barang siapa yang menyekutukan Allāh, maka Allāh mengharamkan baginya Surga, dan tempat kembalinya adalah Neraka, dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang zhalim.”
(Surah Al-Mā’idah: 72)
Oleh karena itu, hati-hatilah saudaraku terhadap dosa yang satu ini. Terkadang seseorang terjerumus ke dalamnya sedangkan dia tidak menyadarinya. Bentengilah dirimu dengan perisai ilmu agama. Belajarlah dan berdo’alah kepada Allāh ﷻ dengan sejujur-jujurnya. Semoga Allāh ﷻ melindungi kita dan keluarga kita dari perbuatan syirik.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 04 – Syirik Membatalkan Amal
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-4 dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang Syirik Membatalkan Amal
Pernahkah Anda kehilangan file data berharga, hasil kerja keras Anda selama berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun? Bagaimanakah perasaan Anda saat itu? Sedih bukan! Terkadang seseorang berani membayar jutaan rupiah asal file tersebut kembali.
Saudaraku, syirik adalah dosa besar yang bisa membatalkan amalan seseorang. Allāh ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ
“Dan sungguh-sungguh telah diwahyukan kepadamu Wahai Muhammad dan orang-orang sebelummu bahwa ‘Apabila kamu berbuat syirik maka sungguh akan batal amalanmu dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’ Maka sembahlah Allāh saja dan jadilah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Az-Zumar: 65-66)
Di dalam ayat ini disebutkan, seorang Nabi pun akan batal amalannya apabila dia berbuat syirik. Oleh karena itu, jagalah amalan yang sudah Anda tabung bertahun-tahun. Jangan biarkan amalan tersebut hilang begitu saja hanya karena kejahilan Anda terhadap Tauhid dan juga syirik. Terkadang sebuah perbuatan yang kita anggap biasa bisa menghancurkan amalan sebesar gunung, dan belum tentu ada waktu lagi untuk menabung kembali.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 05 – Taubat Dari Kesyirikan
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-5 dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang Taubat Dari Kesyirikan
Orang yang berbuat syirik dan dia meninggal dunia tanpa bertaubat kepada Allah ﷻ, maka dosa syiriknya tidak akan diampuni. Namun, apabila dia bertaubat sebelum meninggal, maka Allah ﷻ akan mengampuni dosanya bagaimanapun besar dosa tersebut. Taubat Nasuha adalah taubat yang terpenuhi di dalamnya tiga syarat:
- Menyesal,
- Meninggalkan perbuatan tersebut,
- Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi.
Allah ﷻ berfirman:
قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri sendiri (dengan berbuat dosa), janganlah berputus asa dari rahmat Allāh. Sesungguhnya Allāh mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Az-Zumar: 53)
Rasulullāh ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allāh menerima taubat seorang hamba selama ruh belum sampai ke tenggorokan.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Mājah, dari Abdullah ibn Umar raḍiyallāhu ʿanhumā dan dihasankan oleh Syaikh al-Albānī raḥimahullāh)
Para sahabat Nabi ﷺ tidak semua lahir dalam keadaan Islam, bahkan banyak di antara mereka yang masuk Islam ketika sudah besar dan sebelumnya bergelimang dengan kesyirikan. Supaya tidak terjerumus kembali ke dalam kesyirikan maka seseorang harus mempelajari Tauhid dan memahaminya dengan baik, serta mengetahui jenis-jenis kesyirikan sehingga bisa menjauhinya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 06 – Apa Itu Tauhid
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-6 dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang Apa Itu Tauhid
Saudara sekalian, semoga Allah ﷻ memberikan pemahaman kepada kita semua. Sebelum jauh melangkah dalam silsilah ini, tentunya kita harus benar-benar memahami apa makna Tauhid yang wajib kita pelajari dan kita amalkan.
Tauhid secara bahasa adalah mengesakan. Secara istilah, Tauhid adalah mengesakan Allah ﷻ dalam beribadah. Seseorang tidak dinamakan bertauhid sehingga dia meninggalkan peribadatan kepada selain Allah ﷻ, seperti:
- Berdoa kepada selain Allah ﷻ
- Bernadzar untuk selain Allah ﷻ
- Menyembelih untuk selain Allah ﷻ, dan lain-lain.
Apabila seseorang beribadah kepada Allah ﷻ dan menyerahkan sebagian ibadah kepada selain Allah ﷻ, siapapun dia, baik kepada seorang Nabi, Malaikat, atau selainnya, maka inilah yang dinamakan dengan syirik (menyekutukan Allah ﷻdalam beribadah). Allah ﷻ berfirman:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِى بَرَآءٌ مِّمَّأ تَعْبُدُونَ إِلاَّ الَّذِي فَطَرَنِي
“Dan ingatlah ketika Ibrāhīm berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ‘Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah kecuali Dzat yang telah menciptakanku.’” (QS. Az-Zukhruf: 26-27)
Rasulullāh ﷺ bersabda:
ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﻛَﻔَﺮَ ﺑِﻤَﺎ ﻳُﻌْﺒَﺪُ ﻣِﻦْ ﺩُﻭْﻥِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺣَﺮُﻡَ ﻣَﺎﻟُﻪُ ﻭَﺩَﻣُﻪُ ﻭَﺣِﺴَﺎﺑُﻪُ ﻋَﻠﻰَ ﺍﻟﻠﻪِ
“Barang siapa yang mengatakan ‘لا اله الا الله’ dan mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah ﷻ, maka haram harta dan darahnya (tidak boleh diganggu) dan perhitungannya (hisabnya) atas Allah ﷻ.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, rukun kalimat Tauhid ‘لا اله الا الله’ ada dua:
- Nafi (pengingkaran) pada kalimat ‘لا اله’ artinya: tidak ada tuhan yang berhak disembah. Ini adalah kalimat pengingkaran yakni mengingkari tuhan-tuhan selain Allah ﷻ.
- Itsbat (penetapan) pada kalimat ‘الا لله’ artinya (kecuali Allah ﷻ). Ini adalah kalimat penetapan yakni menetapkan Allah ﷻ sebagai satu-satunya sesembahan.
Wallahul muwaffiq
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 07 – Termasuk Syirik Memakai Jimat
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-7 dari silsilah ilmiyyah belajar Tauhid adalah tentang Termasuk Syirik Memakai Jimat
Saudaraku, Allāh ﷻ adalah Dzat yang memberikan manfaat dan mudharat. Kalau Allāh ﷻ menghendaki untuk memberikan manfaat kepada seseorang, maka tidak akan ada yang bisa mencegahnya.
Demikian pula sebaliknya, ketika Allāh ﷻ menghendaki untuk menimpakan musibah kepada seseorang, maka tidak akan ada yang bisa menolaknya.
Keyakinan tersebut melazimkan kita sebagai seorang Muslim untuk hanya bergantung kepada Allāh ﷻ semata dan merasa cukup dengan Allāh ﷻ di dalam usaha mendapatkan manfaat dan menghindari mudharat. Seperti dalam mencari rezeki, mencari keselamatan, kesembuhan dari penyakit, dan lain-lain.
Serta tidak bergantung sekali-kali kepada benda-benda yang dikeramatkan, seperti: jimat, wafaq, susuk, dan yang sejenisnya. Rasulullāh ﷺ bersabda:
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barang siapa yang menggantungkan tamimah (jimat dan semisalnya) maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani raḥimahullāh)
Apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut adalah sebab saja, maka hal itu termasuk syirik kecil. Karena dia telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab, padahal yang berhak menentukan sesuatu sebagai sebab atau tidak adalah Dzat yang menciptakannya, yaitu Allāh ﷻ.
Perlu diketahui bahwa dosa syirik kecil tidak bisa disepelekan karena dosa syirik kecil tetap lebih besar daripada dosa-dosa besar seperti dosa zina, dosa membunuh, dan lain-lain.
Kemudian apabila seseorang meyakini bahwa barang tersebut dengan sendirinya memberikan manfaat dan memberikan mudharat, maka hal itu termasuk syirik besar yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.
Semoga Allāh ﷻ memudahkan kita dan juga saudara-saudara kita untuk meninggalkan perbuatan syirik yang sudah tersebar ini dan menjadikan ketergantungan hati kita dan mereka hanya kepada Allāh ﷻ.
حسبنا لله ونعم الوكيل
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 08 – Bertabarruk (Mencari Barokah)
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-8 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang Bertabarruk (mencari barokah)
Barokah adalah banyaknya kebaikan dan langgengnya. Allāh ﷻ adalah Dzat yang berbarokah artinya Dzat yang banyak kebaikan-Nya. Allāh ﷻ berfirman:
تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
”Dialah Allāh yang banyak barokahnya, Rabb semesta alam.” (Surah Al-A’raf: 54)
Allāh ﷻ jugalah Dzat yang memberikan keberkahan atau kebaikan kepada sebagian makhluk-Nya sehingga makhluk tersebut menjadi makhluk yang berbarokah dan banyak kebaikannya.
Allāh ﷻ berfirman:
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya rumah yang pertama yang diletakkan bagi manusia untuk beribadah adalah rumah yang ada di Makkah yang berbarokah dan petunjuk bagi seluruh alam.” (Surah Āli ʿImrān: 96)
Ka’bah diberikan barokah oleh Allāh ﷻ dan cara mendapatkan barokahnya adalah dengan melakukan ibadah di sana.
Allāh ﷻ juga berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’ān) pada malam yang berbarokah, sesungguhnya Kami memberi peringatan.” (Surah Ad-Dukhān: 3)
Malam Lailatul Qadr adalah malam yang berbarokah, dan cara mendapatkan barokah dan kebaikannya adalah dengan melakukan ibadah di malam tersebut. Seorang ulama berbarokah dengan ilmunya dan dakwahnya, dan cara mendapatkan keberkahannya dan juga kebaikannya adalah dengan menimba ilmu darinya.
Disana ada barokah yang sifatnya dzātiyah, yaitu dzatnya yang berbarokah, di mana barokah seperti ini bisa berpindah. Barokah jenis ini hanya Allāh ﷻ berikan kepada para Nabi dan Rasul. Oleh karena itu, dahulu para sahabat Nabi ﷺbertabarruk dengan bekas air wudhu Beliau ﷺ, rambut Beliau ﷺ, keringat Beliau ﷺ, dan lain-lain.
Sepeninggal Beliau ﷺ, mereka tidak melakukan hal ini kepada Abu Bakar dan Umar serta para sahabat mulia yang lain, hal itu menunjukkan bahwa ini adalah kekhususan para Nabi dan Rasul.
Meminta barokah hanya kepada Allāh ﷻ dengan cara yang disyariatkan, adapun meminta barokah dari Allāh ﷻ dengan sebab yang tidak disyariatkan, seperti mengusap dinding masjid tertentu, atau mengambil tanah kuburan tertentu, dan lain-lain, maka ini termasuk syirik kecil. Semoga Allāh ﷻ memberkahi kita dan keluarga kita.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 09 – Termasuk Syirik Besar Menyembelih Untuk Selain Allâh ﷻ
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-9 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang Menyembelih Untuk Selain Allāh ﷻ Termasuk Syirik Besar.
Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam, di dalamnya ada pengagungan terhadap Allāh ﷻ Rabb semesta alam. Diantara wujud cinta kepada Allāh ﷻ adalah dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk-Nya, seperti ibadah qurban di hari raya Idul Adha, aqiqah, dan hadyu bagi sebagian jama’ah haji.
Allāh ﷻ telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah yang mulia ini hanya untuk-Nya semata, sebagaimana Firman Allāh ﷻ:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka shalatlah dan menyembelihlah untuk Tuhanmu” (Surah Al-Kautsar: 2).
Barang siapa yang menyerahkan ibadah menyembelih ini untuk selain Allāh ﷻ dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allāh ﷻ baik kepada Nabi, wali, jin atau selainnya maka dia telah terjatuh di dalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam, membatalkan amalannya, dan terkena ancaman laknat dari Allāh ﷻ, sebagaimana sabda Nabi ﷺ
لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ
“Allāh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh” (HR. Muslim).
Makna laknat adalah dijauhkan dari Rahmat Allāh ﷻ. Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang Muslim berkorban dan menyembelih untuk selain Allāh ﷻ sedikitpun, meskipun dengan seekor lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudharat. Kita harus yakin sebagai seorang Muslim bahwa manfaat dan juga mudharat di tangan Allāh ﷻ semata. Dan hanya kepada-Nya lah seorang Muslim bertawakkal.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 10 – Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allâh ﷻ
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-10 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang Termasuk Syirik Bernadzar Untuk Selain Allāh ﷻ.
Bernadzar untuk Allāh ﷻ adalah seseorang mengatakan, wajib bagi saya melakukan ibadah ini dan itu untuk Allāh ﷻ, atau dengan mengatakan misalnya saya bernadzar untuk Allāh ﷻ bila terlaksana hajat saya.
Bernadzar adalah ibadah dan sebuah bentuk pengagungan, karenanya bernadzar tidak diperkenankan kecuali untuk Allāh ﷻ semata, seperti orang yang bernadzar untuk berpuasa satu hari jika lulus ujian, atau bernadzar untuk Allāh ﷻ akan mengadakan umrah jika sembuh dari penyakitnya dan lain-lain. Allāh ﷻ berfirman:
ُوَمَآأَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Dan apa yang kalian infaqkan atau yang kalian nadzarkan, maka sesungguhnya Allāh ﷻ mengetahuinya dan tidak ada penolong bagi orang-orang yang dzhalim” (Surah Al-Baqarah: 270).
Di dalam ayat ini Allāh ﷻ mengabarkan bahwa Allāh ﷻ mengetahui nadzar para hamba-Nya dan akan membalas dengan balasan yang baik. Ini menunjukkan bahwasanya nadzar adalah ibadah yang seorang Muslim akan diberikan pahala atas nadzar tersebut. Menunaikan nadzar apabila dalam ketaatan hukumnya adalah wajib. Berdasarkan firman Allāh ﷻ:
وَلْيُوفُوا نُذُورَهُم
“Dan supaya mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka”. (Surah Al-Ḥajj: 29)
Dan sabda Nabi ﷺ:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلَا يَعْصِهِ
“Barang siapa yang bernadzar untuk menaati Allāh maka hendaknya menaatinya, dan barang siapa yang bernadzar untuk memaksiati Allāh maka janganlah dia memaksiati-Nya.” (HR. Bukhari).
Bernadzar untuk selain Allāh ﷻ termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam, seperti seseorang bernadzar apabila sembuh dari penyakit maka akan menyembelih untuk wali fulan, atau berpuasa untuk syeikh fulan dan lain-lain. Semoga Allāh ﷻ melindungi kita dan keturunan kita dari perbuatan syirik.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 11 Ar Ruqyah (Jampi-jampi)
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-11 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Ar-Ruqyah (Jampi-jampi)”
Ruqyah yaitu bacaan yang dibacakan kepada orang yang sakit supaya sembuh. Bacaan ini diperbolehkan selama tidak ada kesyirikan.
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ ﻛُﻨَّﺎ ﻧَﺮْﻗِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﻓَﻘُﻠْﻨَﺎ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﻴْﻒَ ﺗَﺮَﻯ ﻓِﻲ ﺫَﻟِﻚَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻋْﺮِﺿُﻮﺍ ﻋَﻠَﻲَّ ﺭُﻗَﺎﻛُﻢْ ﻟَﺎ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟﺮُّﻗَﻰ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻓِﻴﻪِﺷِﺮْﻙٌ
Dari ‘Auf bin Mālik radiyallāhu ‘anhu berkata; Kami dahulu meruqyah di zaman Jahiliyyah, maka kami bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Yā Rasūlullāh, apa pendapatmu tentang ruqyah ini?” Rasūlullāh ﷺ bersabda : “Perlihatkanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, sesungguhnya ruqyah tidak mengapa selama tidak ada kesyirikan”. (HR. Muslim).
Ruqyah yang tidak ada kesyirikan seperti ruqyah dari:
• Ayat-ayat AlQur’an
• Do’a-do’a yang diajarkan Nabi ﷺ dan ini lebih utama.
• Do’a-do’a yang lain yang diketahui kebenaran maknanya baik dengan bahasa Arab maupun dengan selain bahasa Arab.
Kemudian hendaknya orang yang meruqyah ataupun yang diruqyah meyakini bahwasanya ruqyah hanyalah SEBAB semata, tidak berpengaruh dengan sendirinya dan tidak boleh seseorang bertawakal kepada sebab tersebut.
Seorang Muslim mengambil sebab dan bertawakkal kepada Dzat yang menciptakan sebab tersebut yaitu Allāh سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. Ruqyah yang mengandung kesyirikan adalah jampi-jampi atau bacaan yang mengandung permohonan kepada selain Allāh, entah kepada seorang jin ataupun seorang wali sekalipun, biasanya disebutkan disitu nama-nama mereka.
Tidak jarang jampi-jampi seperti ini dicampur dengan ayat-ayat Al-Qurān atau dengan nama-nama Allāh atau dengan kalimat yang berasal dari bahasa Arab, tujuannya adalah satu yaitu untuk mengelabui orang-orang yang jahil dan tidak tahu. ruqyah yang mengandung kesyirikan telah dijelaskan oleh Rasūlullāh ﷺ dalam sabda Beliau :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺮُّﻗَﻰ ﻭَﺍﻟﺘَّﻤَﺎﺋِﻢَ ﻭَﺍﻟﺘِّﻮَﻟَﺔَ ﺷِﺮْﻙٌ
’’Sesungguhnya jampi-jampi dan jimat-jimat dan juga pelet adalah syirik’’. (HR. Abū Dāwūd, Ibnu Mājah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh)
Itulah halaqah yang ke-11 dan sampai bertemu kembali pada dihalaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 12 Berdo’a Kepada selain Allâh ﷻ adalah Syirik Besar
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-12 “Berdo’a Kepada Selain Allāh ﷻ Adalah Syirik Besar”.
Berdo’a kepada Allāh ﷻ adalah seseorang menghadap Allāh ﷻ dengan maksud supaya Allāh ﷻ mewujudkan keinginannya, baik dengan meminta atau dengan merendahkan diri, mengharap dan takut kepada Allāh ﷻ. Berdo’a dengan makna di atas adalah ibadah.
Berkata An-Nu’mān Ibnu Basyīrin radhiyallāhu ‘anhu, “Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda : ‘Do’a adalah ibadah, ’Kemudian Beliau ﷺ membaca ayat:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺭَﺑُّﻜُﻢُ ﺍﺩْﻋُﻮﻧِﻲ ﺃَﺳْﺘَﺠِﺐْ ﻟَﻜُﻢْ ۚ ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳَﺴْﺘَﻜْﺒِﺮُﻭﻥَ ﻋَﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗِﻲ ﺳَﻴَﺪْﺧُﻠُﻮﻥَ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺩَﺍﺧِﺮِﻳﻦَ
“Dan Rabb kalian berkata, ‘Berdo’alah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengabulkan kalian. Sesungguhnya orang- orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk ke dalam neraka jahanam dalam keadaan terhina’.” (Ghāfir:60) (HR. Abū Dāwūd, Tirmidzi, Nasāi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh).
Dan makna “beribadah kepadaKu” adalah “berdoa kepadaKu”.
Apabila do’a adalah ibadah yang merupakan hak Allāh ﷻ semata, maka berdo’a kepada selain Allāh ﷻ dengan merendahkan diri di hadapannya, mengharap dan juga takut kepadanya, sebagaimana ketika dia mengharap dan takut kepada Allāh ﷻ adalah termasuk syirik besar.
Dan termasuk jenis do’a adalah:
⑴ Istighātsah (meminta dilepaskan dari kesusahan)
⑵ Isti’ādzah (meminta perlindungan)
⑶ Isti’ānah (meminta pertolongan)
Apabila di dalamnya ada perendahan diri, pengharapan dan takut, maka ini adalah ibadah, hanya diserahkan kepada Allāh ﷻ semata. Dan perlu kita ketahui bahwasanya boleh seseorang beristighātsah, beristi’ādzah, beristi’ānah kepada seorang makhluk dengan 4 syarat:
⑴ Makhluk tersebut masih hidup.
⑵ Dia berada di depan kita atau bisa mendengar ucapan kita.
⑶ Dia mampu sebagai makhluq untuk melakukannya.
⑷ Tidak boleh seseorang bertawakkal kepada sebab tersebut, akan tetapi bertawakkal kepada Allāh ﷻ yang menciptakan sebab.
Orang yang beristighātsah, beristi’ādzah atau beristi’ānah kepada orang yang sudah mati atau kepada orang yang masih hidup akan tetapi tidak berada di depan kita atau tidak mendengar ucapan kita atau meminta makhluk perkara yang tidak mungkin melakukan kecuali Allāh ﷻ, maka ini termasuk syirik besar.
Itulah halaqah ke-12 dan sampai bertemu di halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 13 Syafa’at
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqoh yang ke-13 dari silsilah kita kali ini adalah tentang Syafā’at.
Syafā’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allâh ﷻ dan Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafā’at pada hari kiamat. Diantara bentuknya adalah bahwasanya Allāh ﷻ mengampuni seorang muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allāh ﷻ izinkan untuk memberikan syafa’at.
Syafa’at akhirat ini harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Dan modal utama untuk mendapatkan syafā’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan. Rasūlullāh ﷺ bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafā’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:
فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ الله مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لا يُشْرِكُ بِالله شَيْئًا
“Syafa’at itu akan didapatkan insyā’ Allāh oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan Allāh sedikitpun.” (Hadits Shahih Riwayat Muslim)
Merekalah orang-orang yang Allāh ﷻ ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki. Allâh ﷻ berfirman:
…وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ…
“…Dan mereka (yaitu para nabi para malaikat & juga yang lain) tidak memberikan syafā’at kecuali bagi orang-orang yang Allāh ridhai…”. (Al-Anbiyaa’ 28)
Syafā’at di akhirat ini berbeda dengan syafā’at di dunia. Karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafā’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allāh ﷻ, sampai meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allāh ﷻ :
ﻣَﻦ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳَﺸْﻔَﻊُ ﻋِﻨﺪَﻩُۥٓ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺈِﺫْﻧِﻪِۦ ٓ
“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allāh تَعَالَى kecuali dengan izin-Nya.” (Al-Baqarah 255)
Oleh karena itu permintaan syafā’at hanya ditujukan kepada Allāh ﷻ, Zat yang memilikinya. Seperti seseorang mengatakan dalam yang do’anya, “Ya Allāh, aku meminta syafa’at Nabi-Mu.” Ini adalah cara meminta syafā’at yang diperbolehkan.
Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ seperti mengatakan, “Yaa Rasūlullāh, berilah aku syafā’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafā’atnya. Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.
Allāh ﷻ berfirman:
ﻭَﻳَﻌْﺒُﺪُﻭﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻀُﺮُّﻫُﻢْ ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻨْﻔَﻌُﻬُﻢْ ﻭَﻳَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ ﻫَٰﺆُﻟَﺎﺀِ ﺷُﻔَﻌَﺎﺅُﻧَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ۚ ﻗُﻞْ ﺃَﺗُﻨَﺒِّﺌُﻮﻥَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﻟَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽِ ۚﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻪُ ﻭَﺗَﻌَﺎﻟَﻰٰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﻥ
“Dan mereka menyembah kepada selain Allāh, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula memberikan manfaat & mereka berkata: “Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami disisi Allāh”. Katakanlah: “Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui di langit maupun di bumi?”. Maha Suci Allāh dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (Yunus 18)
Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqoh selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 14 Berlebihan Terhadap Orang Shalih Pintu Kesyirikan
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Orang yang sholih adalah orang yang baik karena mengikuti syariat Allâh ﷻ baik dalam hal Aqidah, Ibadah maupun Muamalah. Mereka memiliki derajat yang berbeda-beda di sisi Allâh ﷻ. Kita sebagai seorang muslim diperintahkan untuk mencintai mereka, kita juga diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka dalam kebaikan.
Berteman dan bermajelis dengan mereka adalah sebuah keberuntungan, membaca perjalanan hidup mereka bisa menambah keimanan dan meneguhkan hati kita, Menghormati mereka adalah diperintahkan selama masih dalam batas-batas yang diizinkan agama.
Namun, berlebih-lebihan terhadap orang yang sholih seperti mendudukan mereka diatas kedudukannya sebagai manusia, atau menyifati mereka dengan sifat-sifat yg tidak pantas kecuali untuk Allâh ﷻ, maka ini hukumnya haram, tidak diperbolehkan menurut agama.
Karena menjadi pintu terjadinya kesyirikan dan penyerahan sebagian ibadah kepada selain Allâh ﷻ. Mencintai Rasulullâh ﷺ melebihi cinta kita kepada orang tua, anak dan semua manusia adalah sebuah kewajiban agama.
Sebagaimana dalam hadits. Namun beliau melarang kita berlebih-lebihan terhadap beliau dengan mendudukkan beliau diatas kedudukan beliau sebenarnya yaitu sebagai seorang Hamba Allâh ﷻ dan Rasul. Beliau ﷺ bersabda:
لا تطروني كما اطرت النصارى عيسى ابن مريم فإنما انا عبده فقولوا عبد لله ورسوله
Janganlah kalian berlebih-lebihan terhadapku, sebagaimana orang-orang nasrani berlebih-lebihan terhadap ‘Isa ibnu Maryam. Sesungguhnya aku adalah hambaNya, maka katakanlah hamba Allâh dan RasulNya (HR. Al-Bukhori)
Beliau adalah seorang hamba maka tidak boleh disembah dan Beliau adalah seorang Rasul maka tidak boleh dicela dan diselisihi, Apabila berlebih-lebihan terhadap sebaik-baik manusia yaitu Rasulullâh ﷺ tidak diperbolehkan, maka bagaimana dengan yang lain?
Dan diantara bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap orang orang sholih adalah meyakini bahwasanya mereka mengetahui ilmu ghoib, atau membangun di atas kuburan mereka, atau beribadah kepada Allâh ﷻ disamping kuburan mereka dan lain-lain.
Dan yang paling parah adalah menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka. Semoga Allâh ﷻ melapangkan hati kita untuk menerima kebenaran.
Itulah halaqah yang ke 14 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 15 Sihir
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Ayyuhal Ikhwah.. Sihir bermacam-macam jenisnya dan sihir yang merupakan kesyirikan adalah sihir yang terjadi dengan meminta pertolongan kepada syetan, dan syetan tidak akan menolong seseorang kecuali setelah melakukan perkara yg dia ridhoi yaitu:
-Kufur kepada Allâh ﷻ,
-Kafir kepada Allâh ﷻ
Dengan cara menyerahkan sebagaian ibadah kepada syetan tersebut atau dengan menghina Al-Qur’an atau dengan mencela agama dan lain-lain. Allâh ﷻ berfirman :
وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Dan bukanlah sulaiman yang kafir akan tetapi syetan-syetanlah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia” (QS. Al-Baqarah :102)
Rasulullâh ﷺ bersabda yang artinya:
“Jauhilah 7 perkara yang membinasakan, para sahabat bertanya “Ya Rasulullâh apa 7 perkara tersebut? Maka beliau Shalallâhu ‘alaihi Wasallam mengatakan : “Syirik kepada Allâh,Sihir,dan seterusnya”.(Muttafaqun Alaih)
Hukuman bagi seorang tukang sihir jenis ini adalah hukuman mati, bila dia tidak bertobat sebagaimana telah dicontohkan oleh para sahabat Nabi ﷺ dan yang berhak melakukan hukuman tersebut adalah pemerintah yang sah dan bukan individu.
Mempelajari sihir termasuk perkara yang diharamkan bahkan sebagian ulama menghukumi pelakunya keluar dari islam. Demikian pula, meminta supaya disihirkan juga perbuatan yang haram. Karena Rasulullâh ﷺ mengabarkan bukan termasuk pengikut beliau orang yang menyihir dan orang minta disihirkan. Sebagaimana dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam musnadnya dan dishohihkan oleh syeikh Albani rahimahullâh.
Seorang muslim hendaknya mengambil sebab untuk membentengi diri dari sihir, diantaranya adalah dengan menjaga dzikir-dzikir yang disyariatkan seperti :
-Dzikir pagi dan petang
-Dzikir setelah sholat 5 waktu
-Dzikir akan tidur
-Dzikir mau makan
-Dzikir masuk rumah dan keluar rumah
-Dzikir masuk kamar kecil dan keluar kamar kecil dan lain-lain.
Dan membersihkan diri dan juga rumah dari perkara-perkara yang membuat ridho syetan, seperti :
-Jimat- jimat,
-Musik – musik,
-Gambar-gambar makhluk bernyawa dan lain-lain.
Dan apabila qadarullâh terkena sihir maka hendaknya dia bersabar, merendahkan diri kepada Allâh ﷻ memohon dari-Nya kesembuhan, dan berpegang dengan ruqyah-ruqyah yang disyariatkan. Dan jangan sekali-kali dia berusaha untuk menghilangkan sihir dengan cara meminta bantuan jin, baik secara langsung, maupun lewat dukun, paranormal dan semisal mereka.
Semoga Allâh ﷻ melindungi kita dan keluarga kita dari semua kejelekan di dunia dan juga di akhirat. Aamiin..
Itulah halaqah yang ke 15 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 16 Perdukunan
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui sesuatu yang ghoib. Yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia seperti:
-Mengetahui barang yang hilang,
-Pencurinya,
-Mengetahui ramalan nasib dan lain-lain.
Dia mengaku mengetahui hal² tersebut dengan cara-cara tertentu seperti :
-Melihat bintang,
-Menggaris di tanah,
-Melihat air di mangkuk dan lain-lain.
Dengan cara ini para dukun memakan harta manusia.
Saudaraku sekalian.. Ketahuilah, perdukunan dengan namanya yang bermacam² adalah perkara yang diharamkan dalam agama islam. Ilmu ghoib yang mereka akui pada hakikatnya adalah kabar dari jin yang mereka mintai bantuan. sedangkan, cara-cara tersebut hanyalah untuk menutupi kedoknya sebagai seorang yang meminta bantuan jin dan juga syaithan.
Kita sudah mengetahui bersama bahwa iblis sudah berjanji akan menyesatkan manusia dan menyeret mereka bersamanya ke dalam neraka. Iblis dan juga keturunannya tidak akan membantu sang dukun kecuali apabila dukun tersebut kafir kepada Allâh ﷻ.
Para ulama menghukumi dukun sebagai orang yang kafir dengan sebab ini, dan harta yang dia dapatkan dari pekerjaan ini adalah harta yang haram.
Berkaitan dengan ramalan yang kadang benar, maka sebagai yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ dalam hadits yang shohih bahwa para jin bekerjasama untuk mencuri kabar dari langit. Apabila mendengar sesuatu maka jin yang di atas akan mengabarkan kepada yang dibawahnya dan seterusnya sehingga sampai ke telinga dukun, terkadang dia terkena lemparan bintang sebelum menyampaikan kabar tersebut, dan terkadang pula sempat menyampaikan sebelum akhirnya terkena lemparan bintang.
Kabar sedikit ini atau kabar sedikit yang sampai ini akan ditambah²i oleh dukun tersebut dengan kedustaan yang banyak. Apa yang benar terjadi sesuai dengan yang dia kabarkan akan dijadikan alat mencari pembenaran dan kepercayaan dari manusia. Orang islam dilarang sekali-kali datang ke dukun dengan maksud meminta bantuan bagaimanapun susahnya keadaan dia.
Rasulullâh ﷺ bersabda yang artinya :
Barang siapa yang mendatangi seorang dukun kemudian membenarkan apa yang dia ucapkan, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (HR.Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani Rahimahullâh )
Rasulullâh ﷺ bersabda :
من اتى عرافا فسأ له عن شيء لم تقبل له صلا ة اربعين ليلة
Barang siapa yang mendatangi dukun, kemudian bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima darinya sholat selama 40 hari (HR. Muslim)
Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa mendatangi dukun tidak sampai mengeluarkan seseorang dari islam. Namun kedua hadits diatas cukup menunjukkan besarnya dosa orang yang mendatangi dukun. Semoga Allâh ﷻmenjadikan kita merasa cukup dengan yang halal dan menjauhkan kita dari yang haram.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah ke 16. Dan sampai bertemu kembali pada halaqah berikutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 17 – At-Tathayyur (Merasa Sial Dengan Sesuatu)
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-17 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang “Tathayyur”, yaitu merasa sial dengan sesuatu.
At-Tathayyur adalah merasa akan mengalami nasib sial karena melihat atau mendengar kejadian tertentu, seperti melihat tabrakan, orang yang berkelahi, atau yang semisalnya kemudian hal tersebut menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya, seperti bepergian, berdagang dan lain-lain. At-Tathayyur termasuk syirik kecil apabila perasaan tersebut diikuti.
Rasūlullāh ﷺ bersabda:
مَنْ رَدَّتْهُ الطِّيَرَةُ مِنْ حَاجَةٍ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang ath-thiyarah menyebabkan dia tidak jadi melaksanakan hajatnya maka dia telah berbuat syirik.”
(HR. Ahmad dan dishahīhkan oleh Syaikh Al-Albānī raḥimahullāh)
Perasaan ini sebenarnya tidak akan mempengaruhi takdir, sebagaimana hal ini dinafikan dan diingkari oleh Rasūlullāh ﷺ. Beliau bersabda:
وَلاَ الطِّيَارَة
“Dan tidak ada thiyārah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, thiyārah ini adalah hanya sebuah perasaan saja yang tidak akan berpengaruh terhadap takdir Allāh ﷻ. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mengikuti was-was syaithān ini dan hendaknya dia memiliki keyakinan yang kuat bahwa semua yang terjadi di permukaan bumi, berupa kebaikan dan keburukan adalah dengan takdir Allāh ﷻ semata. Seorang Mukmin hendaknya yakin bahwa tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allāh ﷻ, dan tidak ada yang melindungi dari keburukan kecuali Allāh ﷻ. Hanya bertawakkal kepada Allāh ﷻ semata dan berbaik sangka hanya kepada Allāh ﷻ.
Apabila datang perasaan was-was tersebut maka hendaknya segera dihilangkan dengan tawakkal kepada Allāh ﷻ dan tetap melaksanakan hajatnya. Apa yang terjadi setelah itu adalah takdir Allāh ﷻ semata.
Adapun at-tafā’ul, yaitu berbaik sangka kepada Allāh ﷻ karena melihat atau mendengar sesuatu, diperbolehkan dalam agama kita. Dahulu Nabi ﷺ sering bertafā’ul, seperti ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah. Utusan Quraisy saat itu bernama Suhail, yang merupakan bentuk tashghir (pengecilan) dari kata “sahl,” yang artinya “mudah”. Maka Beliau ﷺ pun berbaik sangka kepada Allāh ﷻ bahwa perjanjian ini akan membawa kemudahan dan kebaikan bagi umat Islam. Maka benarlah persangkaan Beliau ﷺ, karena setelah perjanjian tersebut, Allāh ﷻ membuka pintu-pintu kemudahan bagi umat Islam.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 18 Meramal Nasib Dengan Bintang
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-18 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Meramal Nasib Dengan Bintang”.
Bintang adalah makhluq yang menunjukkan kebesaran Allāh dan kebesaran Penciptanya, Allāh ﷻ, telah mengabarkan di dalam Al-Qurān bahwa bintang ini memiliki 3 faidah:
⑴ Sebagai perhiasan langit.
⑵ Sebagai pelempar syaithān.
⑶ Sebagai petunjuk manusia, seperti :
-Mengetahui arah utara atau selatan
-Mengetahui arah daerah, arah kiblat
-Mengetahui kapan datangnya musim menanam, musim hujan dan lain-lain.
Allāh ﷻ tidak menciptakan bintang untuk perkara yang lain selain 3 perkara di atas. Seorang salaf, Qatādah Ibn Di’āmah As-Sadūsi, seorang ulama yang meninggal kurang lebih pada tahun 110 H. Beliau menjelaskan bahwa,
“Barangsiapa yg meyakini bahwasanya bintang memiliki faidah yang lain, selain 3 hal di atas maka dia telah bersalah dan berbicara tanpa ilmu.” (Ucapan ini dikeluarkan Al-Imām Al-Bukhāri di dalam Shahih beliau)
Contohnya adalah meyakini bahwasanya terbit dan tenggelamnya bintang atau berkumpul dan berpisahnya beberapa bintang berpengaruh kepada keberuntungan seseorang di masa yang akan datang, dalam masalah rejeki, jodoh dan lain-lain.
Seperti kolom yang ditemukan di beberapa koran dan juga majalah. Membacanya dan mempercayainya adalah perbuatan yang haram dan termasuk dosa besar. Sebagian ulama mengatakan hukumnya seperti orang yang mendatangi dukun dan bertanya kepadanya. Ancamannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.
Hendaknya kita semua takut kepada Allāh ﷻ. Dan janganlah sekali-kali mencoba membaca kolom-kolom tersebut. Dan jangan juga memasukkannya ke dalam rumah kita. Kita tutup segala pintu yang bisa merusak ‘aqidah kita dan juga keluarga kita. Karena ‘aqidah merupakan modal kita memasuki surganya Allāh ﷻ, dengan selamat.
Inilah halaqah yang ke-18 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 19 – Bersumpah Dengan Selain Nama Allâh ﷻ
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-19 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang “Bersumpah Dengan Selain Nama Allāh ﷻ”.
Sumpah adalah menguatkan perkataan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan, baik oleh orang yang berbicara maupun yang diajak bicara. Dalam bahasa Arab maka menggunakan:
- Huruf wawu (وَ)
- Huruf ba (بَ)
- Huruf ta (تَ)
Adapun dalam Bahasa Indonesia, menggunakan kata “Demi.”
Bersumpah hanya diperbolehkan dengan nama Allāh semata, misalnya mengatakan:
✓ Wallāhi
✓ Demi Rabb yang menciptakan langit dan bumi
✓ Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya
✓ Dan lain-lain.
Adapun makhluk, bagaimanapun agungnya di mata manusia, maka tidak boleh kita bersumpah dengan namanya, misalnya dengan mengatakan:
✘ Demi Rasūlullāh
✘ Demi Ka’bah
✘ Demi Jibrīl
✘ Demi langit dan bumi
✘ Demi bulan dan bintang
✘ Dan lain-lain.
Ini semua termasuk jenis pengagungan terhadap makhluk yang terlarang. Rasūlullāh ﷺ bersabda:
مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللَّهِ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allāh maka sungguh dia telah berbuat syirik.” (HR Abū Dāwūd, Tirmidzī dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albānī raḥimahullāh)
Syirik dalam hadits ini pada asalnya adalah syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam. Namun bisa sampai kepada syirik besar bila dia mengucapkan sumpah dengan makhluk disertai pengagungan seperti kalau dia mengagungkan Allāh ﷻ, seperti sumpah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dengan mengatakan, demi dewa fulan, demi lāta dan lain-lain.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 20 Riya’
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Alhamdulillâh wa-sholatu wasalamu ‘alâ rosulillâh..
Halaqah yang ke 20, Riya’
Ayyuhal Ikhwah adalah seorang mengamalkan sebuah ibadah bukan karena ingin pahala dari Allâh ﷻ akan tetapi ingin di lihat manusia dan di puji. Riya’ hukumnya haram dan dia termasuk syirik kecil yang samar yang tidak mengeluarkan seseorang dari islam.
Riya’ adalah diantara sebab tidak di terimanya amal ibadah seseorang bgaimanapun besar amalan tersebut. Rasulullâh ﷺbersabda:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى يْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allah berfirman: “Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh dengan syirik, barang siapa yang mengamalkan sebuah amalan, dia menyekutukan Aku bersama yang lain didalam amalan tersebut maka Aku akan meninggalkannya dan juga kesyrikannya” (HR Muslim No 2985)
Sebagian Ulama berpendapat bahwa syirik yang kecil tidak ada harapan untuk di ampuni oleh Allâh ﷻ. Artinya dia harus di adzab supaya bersih dari dosa riya’ tersebut. Berbeda dengan dosa besar yang ada di bawah kehendak Allâh ﷻ yang kalau Allâh ﷻ menghendaki maka akan di ampuni langsung dan kalau Allâh ﷻ menghendaki maka mereka akan di adzab.
Mereka berdalil dengan keumuman ayat
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lain bagi siapa yang dikehendaki” (An-Nisa :48)
Tahukah kita, siapa orang yang pertama kali nanti akan dinyalakan api neraka dengan mereka?, mereka bukanlah preman-preman di jalan atau pembunuh yang kejam, tapi mereka justru adalah orang orang yang beramal sholeh.
Mereka adalah orang yang mengajarkan al-Qur’an supaya dikatakan sebagai seorang qari’,seorang yang suka membaca,seorang yang mahir membaca, dan juga orang yang berinfaq supaya dikatakan dermawan, dan berjihad supaya dikatakan sebagai pemberani beramal bukan karena Allâh ﷻ, sebagaimana hal ini telah dikabarkan oleh Nabi ﷺ di dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
Oleh karena itu saudara sekalian..
Ikhlaslah di dalam beramal dan ikhlas adalah barang yang sangat berharga, para salaf kita merekapun merasa atau merasakan beratnya memperbaiki hati mereka. Dan hanya kepada Allâh ﷻ kita meminta keikhlasan di dalam beramal. Menjauhkan kita dari riya’, sum’ah, ujub dan berbagai penyakit hati. Dan marilah kita biasakan untuk menyembunyikan amal kita kecuali kalau memang ada maslahat yang lebih kuat.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke 20 ini. Dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
Wabillâhi taufiq wal hidayah
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 21 Cinta Kepada Allāh ﷻ
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-21 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang Cinta Kepada Allāh ﷻ”.
Mencintai Allāh ﷻ merupakan ibadah yang agung. Cinta yang merupakan ibadah ini mengharuskan seorang Muslim merendahkan dirinya di hadapan Allāh ﷻ, mengagungkan Allāh ﷻ, yang akhirnya akan membawa seseorang untuk melaksanakan perintah Allāh ﷻ dan juga menjauhi apa yang Allāh ﷻ larang, Inilah cinta yang merupakan ibadah. Barangsiapa yang menyerahkan cinta seperti ini kepada selain Allāh ﷻ maka dia telah berbuat syirik besar. Allāh ﷻberfirman :
ﻭَﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﺨِﺬُ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻧْﺪَﺍﺩًﺍ ﻳُﺤِﺒُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﻛَﺤُﺐِّ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁَﻣَﻨُﻮﺍ ﺃَﺷَﺪُّ ﺣُﺒًّﺎ ﻟِﻠَّﻪِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sekutu-sekutu Allāh. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allāh. Adapun orang-orang yang beriman maka cinta mereka kepada Allāh jauh lebih besar”. (QS Al Baqarah: 165)
Adapun cinta yang merupakan tabi’at manusia, seperti cinta keluarga, harta, pekerjaan dan lain-lain, maka hal ini diperbolehkan selama tidak melebihi cinta kita kepada Allah ﷻ. Apabila seseorang mencintai perkara-perkara tersebut melebihi cintanya kepada Allāh ﷻ maka dia telah melakukan dosa besar. Allāh ﷻ berfirman yang artinya:
“Katakanlah; ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan juga rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, itu semua lebih kalian cintai dari pada Allāh dan Rasul-Nya dan juga berjihad di jalan Allāh, maka tunggulah sampai Allāh سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allāh tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang fasik”. (QS At Taubah: 24)
Ketika terjadi pertentangan antara dua kecintaan maka disini akan nampak siapa yang lebih dia cintai. Dan akan nampak siapa yang cintanya benar dan siapa yang cintanya hanya sebatas ucapan saja.
Diantara cara untuk memupuk rasa cinta kita kepada Allāh ﷻ adalah dengan:
1. Mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayat Al Qurān.
2. Memikirkan tanda tanda kekuasaan Allāh ﷻ di alam semesta.
3. Mengingat-ingat berbagai kenikmatan yang Allāh berikan.
Itulah halaqah yang ke-21 dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 22 Takut kepada Allah ﷻ
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-22 dari Silsilah Belajar Tauhid adalah tentang “Takut Kepada Allāh ﷻ”.
Ayyuhal ikhwah, Di antara keyakinan seorang muslim adalah bahwasanya manfaat dan mudharat adalah di tangan Allāh ﷻsemata. Seorang Muslim tidak takut kecuali kepada Allāh ﷻ dan tidak bertawakal kecuali kepada Allāh ﷻ.
✓ Takut kepada Allāh ﷻ yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk:
⑴ Merendahkan diri di hadapan Allāh ﷻ.
⑵ MengagungkanNya.
⑶ Membawanya untuk menjauhi larangan Allāh ﷻ
⑷ Melaksanakan perintahNya.
✘ Bukan takut :
⑴ Yang berlebihan yang membawa kepada keputus-asaan terhadap rahmat Allāh ﷻ.
⑵ Yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada keta’atan kepada Allāh ﷻ.
Takut seperti ini adalah ibadah. Tidak boleh sekali-kali seorang Muslim menyerahkan takut seperti ini kepada selain Allāh ﷻ.
Dan barangsiapa menyerahkannya kepada selain Allāh ﷻ, maka dia telah terjerumus ke dalam syirik besar, yang mengeluarkan seseorang dari Islam. Seperti orang yang takut (terkena) mudharat (dengan) wali fulan yang sudah meninggal kemudian takut tersebut menjadikan dia merendahkan diri di hadapan kuburannya dan juga mengagungkannya. Hendaknya seorang Muslim meneladani Nabi Ibrāhīm ‘Alaihissalām ketika beliau berkata yang artinya:
“Dan aku tidak takut dengan sesembahan kalian, mereka tidak memudharati aku kecuali apabila Rabbku menghendakinya.” (QS Al An’ām: 80)
Di antara takut yang diharamkan adalah takutnya seseorang kepada makhluq yang melebihi takutnya kepada Allāh ﷻ, sehingga takut tersebut membuat dia meninggalkan perintah Allāh ﷻ atau melanggar larangan Allāh ﷻ, Seperti Orang yang meninggalkan jihad yang wajib atasnya karena takut kepada orang-orang kafir Atau, tidak melarang kemungkaran karena takut celaan manusia padahal dia mampu.
Allāh ﷻ berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya itu hanyalah syaithān yang menakut-nakuti kalian, wahai orang-orang yang beriman, dengan wali-walinya (penolong-penolongnya). Karena itu janganlah kalian takut kepada mereka tetapi takutlah kalian kepadaKu jika kalian benar-benar orang yang beriman” (QS Āli ‘Imrān: 175 )
Di antara cara menghilangkan rasa takut kepada makhluq yang diharamkan adalah:
⑴ Berlindung kepada Allāh ﷻ dari bisikan syaithan.
⑵ Mengingat sabda Nabi ﷺ yang artinya:
“Ketahuilah bahwa seandainya umat semuanya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis, dan seandainya mereka berkumpul untuk memberikan mudharat kepadamu niscaya mereka tidak bisa memberikan mudharat kecuali dengan apa yang sudah Allāh tulis.” (HR Tirmidzi dan dishahihkan Syaikh Al Albani Rahimahullāh)
Diperbolehkan takut yang merupakan tabiat manusia, seperti:
⑴ Takut kepada panasnya api.
⑵ Takut kepada binatang buas.
Dan takut seperti ini bukanlah takut yang merupakan ibadah dan juga bukan takut yang membawa seseorang meninggalkan perintah atau melanggar larangan Allāh ﷻ. Ini adalah takut yang tabiat, yang para Nabi pun tidak terlepas darinya.
Itulah halaqah yang ke-22 dan sampai bertemu kembali pada halaqah yang selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 23 Ta’at Ulama Dalam Kebenaran
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-23 dari Silsilah kita adalah tentang “Ta’at Ulama Dalam Kebenaran”.
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allāh ﷻ dan juga agamanya, Ilmu yang membawa dirinya untuk bertaqwa kepada Allāh ﷻ, Mereka adalah pewaris para nabi dan kedudukan mereka di dalam agama Islam adalah sangat tinggi, Allāh ﷻ telah mengangkat derajat para ulama dan memerintahkan kita untuk ta’at kepada mereka selama mereka menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan juga kebaikan. Allāh ﷻ berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ
“Wahai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allāh dan ta’atlah kepada Rasul dan ulil amri kalian.” (QS An Nisā: 59)
Dan ulil amri disini mencakup ulama dan juga umarā (pemerintah), menghormati mereka (yaitu para ulama) bukan berarti menta’ati mereka dalam segala hal sampai kepada kemaksiatan,
‘ulama, ayyuhal ikhwah, seperti manusia yang lain. Ijtihad mereka terkadang salah dan terkadang benar.
* Kalau benar, mereka mendapatkan 2 pahala.
* Kalau salah, mereka mendapatkan 1 pahala.
Apabila jika telah jelas kebenaran bagi seorang Muslim dan jelas bahwasanya seorang ulama menyelisihi tersebut dalam sebuah permasalahan, maka tidak boleh seseorang mena’ati ulama tersebut kemudian dia meninggalkan kebenaran, Rasūlullāh ﷺ bersabda:
“Tidak ada keta’atan dalam kemaksiatan. Sesungguhnya keta’atan hanya didalam kebenaran” (Muttafaqun ‘alaih)
Apabila seseorang menta’ati ulama dalam kemaksiatan kepada Allāh ﷻ, maka dia telah menjadikan ulama tersebut sebagai pembuat syariat dan bukan penyampai syariat, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani. Allāh ﷻ berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ الله…
“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) menjadikan ulama dan ahli ibadah mereka sebagai sesembahan selain Allāh.” (QS At Taubat: 31)
Rasūlullāh ﷺ menjelaskan ayat ini, Beliau mengatakan:
“Ketahuilah bahwa mereka bukan beribadah kepada para ulama dan ahli ibadah tersebut, akan tetapi mereka, apabila menghalalkan apa yang Allāh haramkan, maka mereka ikut menghalalkan. Dan apabila ulama dan ahli ibadah tersebut mengharamkan apa yang Allāh halalkan maka mereka pun ikut mengharamkan.” (Hadits riwayat At-Tirmidzi dari Adi bin Hatim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah)
Itulah halaqah yang ke-23 sampai bertemu pada halaqah yang selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah 24 – Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh ﷻ
Silsilah: Belajar Tauhid
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Transkrip: ilmiyyah.com
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-24 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang “Menyandarkan Nikmat Kepada Allāh ﷻ”.
Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap Muslim bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allāh ﷻ. Allāh ﷻ berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya dari Allāh.”
(QS. An-Nahl: 53)
Adalah termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allāh ﷻ kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allāh ﷻ. Misalnya seperti ungkapan
• “Kalau pilot tidak mahir, niscaya kita sudah celaka.”
• “Kalau tidak ada angsa, niscaya uang kita sudah dicuri.”
• “Kalau bukan karena dokter, niscaya saya tidak sembuh.”
Ini semua adalah contoh bentuk menyandarkan kenikmatan kepada sebab. Allāh ﷻ berfirman
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا
“Mereka mengenal nikmat Allāh kemudian mereka mengingkarinya.”
(QS. An-Nahl: 83)
Seharusnya, kenikmatan tersebut disandarkan kepada Allāh ﷻ, Dzat yang menciptakan sebab-sebab tersebut. Misalnya dengan mengatakan:
• “Kalau bukan karena Allāh ﷻ, niscaya kita sudah celaka.”
• “Kalau bukan karena Allāh ﷻ, niscaya uang kita sudah hilang.”
• “Kalau bukan karena Allāh ﷻ, niscaya saya tidak akan sembuh.”
Yang demikian karena Allāh ﷻ lah yang sebenarnya memberikan nikmat keselamatan, keamanan, kesembuhan dan sebagainya. Sedangkan makhluk hanyalah sebagai alat sampainya kenikmatan tersebut kepada kita.
Kalau Allāh ﷻ menghendaki niscaya Allāh ﷻ tidak akan menggerakkan makhluk-makhluk tersebut untuk menolong kita. Ini semua, bukan berarti seorang Muslim tidak boleh berterima kasih kepada orang lain.
Seorang Muslim diperintah untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada seseorang yang berbuat baik kepadanya karena mereka telah menjadi sebab kenikmatan tersebut. Bahkan diperintahkan pula untuk membalas kebaikan tersebut dengan kebaikan atau dengan do’a yang baik.
Namun pujian dan penyandaran kenikmatan tetap hanya kepada Allāh ﷻ semata. والله تعالى أعلم
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqah – 25 Ridha Dengan Hukum Allāh ﷻ
Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
Belajar Tauhid
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Halaqah yang ke-25 dari Silsilah Belajar Tauhid kali ini adalah tentang “Ridha Dengan Hukum Allāh ﷻ”.
Allāh ﷻ sebagai pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah Ar-Rahmān Ar-Rahīm. Dan di antara bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari’at supaya manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar kesusahan didunia maupun akhirat.
Dia-lah Yang Maha Mengetahui dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana, hukumnya penuh dengan keadilan, hikmah dan juga kebaikan, meskipun hal ini terkadang samar atas sebagian manusia.
Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang Muslim dan juga Muslimah untuk, Ridha dengan hukum Allāh ﷻ, dan yakin bahwasanya kebaikan semuanya di dalam hukum Allāh ﷻ.
Di dalam segala bidang kehidupan (meliputi) :
• ‘Aqidah
• Akhlaq
• Adab
• Mu’āmalah
• Ekonomi
• Kenegaraan
• Dan lain-lain.
Meng-Esakan Allāh ﷻ di dalam hukum-hukum-Nya adalah termasuk konsekuensi tauhid, Allāh ﷻ berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi seorang laki-laki yang mu’min dan wanita yang mu’minah apabila Allāh dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain di dalam urusan mereka.Dan barangsiapa yang mendurhakai Allāh dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS Al-Ahzab: 36)
Saudaraku, Alhamdulillāh dengan izin dan karunia-Nya sampailah kita pada bagian yang terakhir dari Silsilah Tauhid, yaitu bagian ke-25.
Dan dengan ini saya akhiri silsilah ini. Dan bukan berarti kita sudah merasa cukup. Apa yang disampaikan hanyalah sebagian kecil dari ilmu tauhid itu sendiri. Belajar tauhid dan mengamalkannya tidak akan berhenti sampai ajal menjemput kita.
Ikutilah majelis-majelis ilmu yang membahas tentang tauhid ini.
Bacalah buku-buku yang berkaitan dengan tauhid yang telah ditulis oleh para ulama yang terpercaya. Semoga Allāh ﷻmerahmati kita semua, menghidupkan dan juga mematikan kita di atas tauhid.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar