Rabu, 31 Mei 2017

#NHW3 Membangun Peradaban dari Dalam Rumah

Pekan ke-3 di Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch-4 ini. Semakin menantang dengan pembahasan yang semakin dalam, berat dan melibatkan rasa yang semakin luas dan menguras perasaan. Karena semakin filosofis dan pribadi sekali. Ga bisa tanya sana sini untuk menjawab dan membahasnya selain melibatkan keluarga inti, suami dan anak. Dan saya? Insya Alloh semakin tertantang untuk mengupgrade diri hihi

Ada hal menarik yang jauh lebih menantang saat saya baca perintah NHW kali ini. Apa aja? Mangga dilihat.
.
๐Ÿ‘จ‍๐Ÿ‘ฉ‍๐Ÿ‘ฆ‍๐Ÿ‘ฆ PAPA BEN

Jatuh cinta lagi kepada suami? Buatlah surat cinta!

Alhamdulillah, saya telah berkeluarga dan dikaruniai satu tim yang utuh dan solid. Syukur alhamdulillah hari ini usia pernikahan kami (saya dan suami) akan memasuki tahun ke dua. Nano-nano rasa telah (dan sedang) kami lalui. Ke-semua hal itu membuat saya semakin cinta sama dia (halahh mulai lebay). Eh serius, saya mengagumi setiap sisi kelembutan dibalik perawakan aben yang garang.

Kali ini saya 'ditantang' oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional untuk mengutarakan cinta pada suami melalui sepucuk surat cinta yang menjadikan saya memiliki 'alasan kuat' bahwa aben lah yang layak menjadi suami saya dan ayah bagi anak-anak saya.

Beberapa hari yang lalu (dimulai dari hari dimana NHW#3 ini terbit) saya mulai memutar dan memeras otak untuk menjelma menjadi pujangga. Tapi ga nemu gubahan bahasa sastra nan indah biar si ayang klepek-klepek. Halahh.. Walhasil saya 'muntahkan' seluruh isi kepala dengan segenap jiwa raga pake improvisasi sedikit pake bahasa saayana we lah. Bener-bener menguras hati bok.. (^,^)v

Hari Kamis kemaren tanggal di kalender merah karna hari libur nasional. Dan alhamdulillah Aben libuuurrr.. ga kayak minggu kemaren ga bisa libur pas hari kejepit karena masih berkutat di Riau. Kebetulan Aben saat ini lagi menyelesaikan maintenance project di PLTMG Duri Riau. Jadi kemaren tuh selepas ifthar dan solat tarawih, saya sengaja simpan surat cintrong tersebut beserta teman-temannya (terlampir di foto) di atas sofa depan TV, spot favoritnya, supaya gampang beliau raih. Harap-harap cemas bangeeet nunggu responnya.

Semenit, dua menit ditungguin masih dengan pose yang sama. Beberapa saat kemudian, dhuaarrr.. Pipinya bersemu dengan senyum renyah khas beliau yang familiar dan saaaangat saya suka. Lalu dia menghampiri saya, mencium kening sambil berbisik, "papa tau, tanpa mama ungkapin juga."

"Papa bales ya suratnya," lanjutnya, seraya ambil pulpen dan kertas. Dia ga butuh waktu lama selama saya untuk merangkai kata. Kemudian, surat cinta (balasan) dari suami udah saya pegang. Didekap erat. Deg-degan, saya maknai kata per kata nya, aaah indah. Rasanya kayak kembali ke zaman alay dulu waktu awal-awal jatuh cinta sama dia. Awal mengiyakan permintaannya untuk jadi pacarnya hahahha.. flashback masa lalu emang ga ada dua. Makanya saya suka banget cerita Dilan-nya Ayah Pidi Baiq yang pernah saya tulis ulang di halaman ini.. Mengingatkan zaman sekolah dulu.. ecieeee..

Kami pernah surat menyurat, waktu Aben pendidikan di militer waktu mau masuk kerja dulu, tanpa alat komunikasi sama sekali. Saya tulis semua agenda harian saya selama ga bersama dia yang saya tuangkan di berlembar-lembar kertas, beliau pun sama, bedanya cuma media nya, beliau tulis di buku yang dilipat-lipat di perutnya, takut ketahuan senior katanya. Saat kami bertemu, surat-surat tersebut kami tukar, dan baca di tempat terpisah dengan linangan air mata. Betapa kami saling membutuhkan dan rindu teramat hahaha..

Semaleman saya mesam-mesem sendiri. Alhamdulillah dikaruniai suami sesuai pesanan, sesuai permintaan, sesuai harapan, sesuai doa. Terima kasih, my only hope, penguasa hatiku, Alloh, telah menghadirkan makhluk indah seperti beliau.

Aben si suamiku, terpaut usia beberapa bulan saja diatas saya, namun sikapnya sangat dewasa, mengayomi (ngemong) si manja ini, dan romantis <3

Satu hal utama yang saya minta darinya adalah waktu. Sangat sulit untuk saat ini seatap setiap hari bersamanya. Saya masih terikat pekerjaan dan stay di kota kelahiran, sedangkan suamiku belum bisa jauh dari per-pembangkit-an. Jabatan dan job desc nya seolah menjadi ujung tombak perusahaannya, sebuah BUMN yang mengurusi listrik negara. Suamiku petarung ulung, pekerja keras tangguh, tegas dan berwibawa. Dalam hal-hal krusial mengenai dirinya pribadi dan orang banyak ia selalu melibatkan saya dalam mengambil keputusan.

Kalo membahas tentang suami, sama seperti mayoritas wanita pada umumnya: bangga! Ya, saya merasa menjadi perempuan paling beruntung yang ada di jagad ini, karena mengambil keputusan paling tepat yaitu saat menerimanya menjadi partner in life, in sharing everything. Saya merasa ini keputusan paling benar sekaligus yang saya sesalkan: kenapa ga dari duluuuu? Hahaha.. Dulu saya nerima Pak Beni ini karena bosan, ditembak berulang kali. Serius, mungkin ada ratusan kali, karena beliau ini orangnya keukeuhan, teguh pendirian, pantang menyerah. Melibas semua batu sandungan. Boleh tanya deh sama Aben mengenai awal kita jumpa (tahun 2004 saat kita berada dalam 1 kelas waktu ujian kenaikan kelas di SMP. Saya kelas 1D dan beliau kelas 2D). Saya sebel sama dia, jail abbeezzz. Eeeh.. ternyata kita ketemu lagi di STM. Sikapnya masih sama aja cuek dan pecicilan, dan termasuk musuh kesiswaan karena sering cuti sekolah. Hahahaha.. maaf papaaa ini bukan aib kaaaan? *kedib-kedib manja ^,^v

Jodoh mah jorok yah? Dulu sebel, eh malah jadi suami. Pake cinta banget lagi hahaha.. Gaada abisnya kalo ngebahas suami. Yang jelas dari dasar hati sampai pangkalnya, saya bener-bener cinta sama aben. Pengagum berat lah.

Kami menikah 2015 di tanggal yang dirayakan semua Muslim supaya memorable dan berkah. Dan saya menerima 'tembakan' ke ratusannya di Bulan Januari 2011, dan tanggal nya menjadi nomor rumah yang ia berikan kepada kami, saya dan Alin bidadari kami. Romantis sekali ia, segalanya dibuat memorable supaya saya tafakur dan makin bersyukur atas keluarga indah ini. Alhamdulillah yaa Robbi.

Saya yakin bahwa Alloh menciptakan manusia berpasang-pasangan dan saling melengkapi satu sama lain. Termasuk dalam hubungan suami dan istri. Saya yakin bahwa Alloh menetapkan jodoh seseorang sesuai dengan kebutuhannya. Sering kali saya dengar seseorang berkata "untung suami saya tidak seperti itu", atau "suami saya kok ga gitu ya?". Dalam hal ini saya percaya bahwa sebaik-baik pasangan yang dimiliki seseorang, belum tentu menjadi baik jika kita yang dipasangankan dengan orang tersebut. Ya ibarat kunci, masing-masing memiliki pasangan yang pas. Begitu pula dengan kami.


๐Ÿ‘ง ASHALINA QUEENARA JALASENA
Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing!

Bidadari sholehah kami lahir 26 Agustus 2016. Di usianya yang baru menginjak 9 bulan, masih terasa sulit untuk menentukan ia termasuk type anak dengan dominasi apa. Bagi kami, sepertinya Alin ini type bayi akselerasi, dimana kemampuannya melebihi kemampuan bayi pada umumnya di usia yang sama yang umumnya bisa dicapai di tingkat usia setelahnya. Alin sudah dapat berdiri sendiri dengan merambat dan bergeser beberapa langkah ke samping, memiliki banyak kosakata saat berceloteh (bubbling), koordinasi tangan dan mata cukup bagus, mulai aktif, mengeksplor lingkungan (terutama dengan memasukkan segala hal ke dalam mulut alias masih di fase oral). Lalu ia mulai bisa makan snack sendiri tanpa harus disuapi. Motorik kasar juga berkembang dengan baik dan terlihat dominan. Buku dan boneka termasuk benda-benda favoritnya terutama yang didominasi warna cerah. Ia pun mulai memahami keselarasan antara irama dan gerak, dari usia 6 bulan yang ia tunjukkan dengan joget yaitu menggerakan tangan dengan memutar telapak tangannya. Dari aspek sosialnya pun kami dibuat takjub karena ia termasuk bayi ramah dengan tak henti menebar senyum kepada siapa saja (kecuali saat ia mengantuk), dalam Bahasa Sunda dikenal dengan amis budi. Lebih lanjut, saat menyuapi snack ke dirinya sendiri, sebelum memasukkan ke dalam mulutnya, ia selalu menawari saya (atau siapapun yang ada di dekatnya) dengan mengasong-asongkan tangannya ke arah mulut kami.

Alin, hamba Alloh yang alasan terkuat saya untuk menjalani skenario Nya ini. Semoga mama bisa menjadi ibu yang selalu ade banggakan ya nak.


๐Ÿ‘ง POTENSI PRIBADI DAN PERANAN DALAM RUMAH TANGGA 
Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.

Semenjak berkenalan dan mulai serius dengan Aben, saya terpaut jarak yang cukup jauh. Saya masih kerja di Bandung. Sedangkan Aben kerja di jantung kota Jakarta, namun selalu menyambangi lokasi proyek. Di setiap minggu pasti ada minimal 1-2 hari kerja di luar pulau. Seringnya sih seminggu full. Dan setelah menikah wajib diagendakan pulang seminggu sekali setiap wiken. Kalo ngga? Saya manyun hahaha. Sempat berpikiran untuk resign dan ikut kemana pun Aben kerja. Tapi pertimbangan kami masih belum cukup kuat, karena kerjanya beliau masih nomaden. Kalo saya ikut ke Jakarta, Aben nya jarang stay.

Saya mencoba menangkap maksud Alloh dengan kondisi rumah tangga kami berjauhan ini, supaya saya yang masih agak labil ini bisa lebih bijak dalam menapaki kehidupan rumah tangga. Lebih memahami suami, lebih mengerti anak. Untuk menjadi ibu terbaik dengan titel ibu profesional. Bismillah. Saya merangkap peran sebagai ayah bagi Alin di saat papa ga lagi bersama kami.

Kami masih bertahan dengan dua (eh tiga) dapur yang harus selalu ngebul setiap harinya dengan jarak yang terbentang. Terutama sekarang semenjak punya bayi. Awalnya saya tinggal di rumah bersama ibu saya yang menemani saya merawat si cantik buah hati kami. Namun tepat di awal tahun ini, 2 Januari 2017, ibu saya terkena musibah saat kami merayakan liburan tahun baru di salah satu hotel legenda di Bandung ini. Ibu terpeleset di kolam renang dan menyebabkan luka serius, osteophorosis, padahal usianya masih jauh di bawah setengah abad. Paniknya kami hingga membawa beliau ke ahli patah tulang yang masih saudara di Cianjur. 2 bulan berlalu dan ibu masih saja belum bisa jalan dengan sempurna. Akhirnya kami bawa ibu ke rumah sakit untuk ditangani secara medis, namun ternyata tempurung lututnya semakin bermasalah hingga bantalan sendi terlepas. Cukup serius hingga ibu harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit ini dengan fisioterapi.

Hal tersebut memutar alur kehidupan saya. Mengajukan resign di 3 bulan sebelum hari - H tidak lantas membuat surat saya di acc. Kondisi ibu yang membuat saya harus merawat bidadari nampaknya belum bisa meyakinkan perusahaan. Saya diminta mempertimbangkan adakah alternatif lain untuk solusi daripada saya harus meninggalkan pekerjaan ini dalam waktu dekat. Setelah kami merenung dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya (dengan izin suami dan keluarga besar) menerima tawaran bapak bos untuk melanjutkan profesi ini dengan catatan saya harus optimal dalam mengurus rumah dan tetap konsisten melakukan terbaik dalam mendidik si bidadari (checklistnya saya lampirkan di tugas #nhw3 disini). Bismillahirrohmanirrohim, semoga Alloh selalu ridho.
Saya bolak balik rumah ibu di bilangan Cimahi ke tempat kerja di Bypass Batununggal sekitar 40-45 km setiap harinya dengan menggunakan sepeda motor. Awalnya suami kurang sreg, namun lama-lama memaklumi. 

Saya mewajibkan diri saya untuk pumping (memompa ASI-P) 2x-3x sehari selama jam kerja di kantor. Idealisnya saya dengan harapan si bidadari bisa ASI Exclusive 6 bulan, lanjut ASI plus MPASI hingga Alin berusia 2 tahun, minimal. Mungkin ini salah satu sifat keukeuhan saya.
Saya sering dijadikan teman sharing oleh teman-teman saya terutama yang baru melahirkan dalam berbagi pengalaman tentang Manajemen ASI Perah dan seluk beluk parenting. Saya memotivasi mereka untuk mengupayakan dengan optimal jika tidak ada indikasi medis, ayo kita wajib menyusui bayi kita. Bagaimana caranya? Saya sering demokan bagaimana mudahnya memerah, menyimpan dan deserving ASI ke bayi kita. Walaupun kita adalah working mom.

Saya merasa potensi saya yang senang menulis (dengan hanya memuntahkan isi pikiran melalui kata-kata), membaca, berinteraksi dengan teman-teman bisa menjadi kekuatan saya untuk membuat perubahan baik di sekitar saya. Kemudian dengan potensi suami yang hampir mirip dengan saya mampu menambah kekuatan saya.


๐Ÿ‘ง TANTANGAN LINGKUNGAN DAN MANFAAT KEBERADAAN SAYA & KELUARGA
Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
.

Keberadaan keluarga kecil kami di muka bumi ini, sebagai salah satu komponen penting dalam masyarakat. Bukankah tak akan ada masyarakat tanpa kumpulan dari keluarga-keluarga kecil? Sebagai salah satu komponen penting, maka tentu saja akan turut memberi pengaruh dalam lingkungan masyarakat.

Tantangan yang ditawarkan oleh lingkungan saya sudah saya paparkan di atas. Dan saya mencoba menangkap maksud Allah yang mengirimkan saya untuk hidup berkeluarga disini ya salah satunya menjadi agen yang membawa perubahan paling gak saya bisa menjadi breastfeeding supporter. Karena banyak juga tetangga di lingkungan rumah ibu yang menyangsikan saya bisa memberi ASI kepada putri saya.

Pun dengan ibu saya, beliau bisa menjadi duta bagi saudara-saudara dan tetangga kami yang masih berpikiran kolot dan belum tersentuh sosialisasi betapa hebatnya ASI sebagai hadiah terbaik untuk dede bayi. Ibu juga suka mendemokan betapa mudahnya cara mencairkan ASI saya dalam botol kaca. Sehingga semakin banyaknya ibu-ibu yang akhirnya menyadari imun bayi ASI jauh lebih kuat dibanding bayi dengan sufor.


Lebih lanjut, saya pulang ke rumah setiap akhir pekan saat suami menjemput ke rumah orang tua. Saya merasa kurang menyumbang kontribusi positif dan menebar manfaat terhadap lingkungan rumah karena jarang bersosialisasi kepada tetangga, malah sibuk mengurusi urusan domestik (suami, anak dan rumah). Saat saya keluar rumah hanya untuk menjemur baju atau menyetop tukang dagang yang lewat (misal tukang sayur, tukang tahu, dll), hanya bisa say hi saja, ga bisa berlama-lama bersosialisasi di luar rumah, karena masih banyak pekerjaan rumah yang menanti untuk diselesaikan. Namun saya yakin menguatkan di dalam itu seperti tahapan bunda sayang dan bunda cekatan yang harus bisa saya atur dengan baik terlebih dahulu, baru bisa berproduktif dan menebar manfaat ke luar.
.



Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novi.ardiani/membangun-peradaban-dari-dalam-rumah_57d2b2b29593738e4aaadaa6
Setelah menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut di atas, sekarang belajarlah memahami apa sebenarnya "peran spesifik keluarga" anda di muka bumi ini.
.
Ga mudah sungguh ga mudah bagi saya untuk memahami peran spesifik keluarga, butuh perenungan mendalam, namun saya yakin bahwa peran itu dapat kami bangun melalui pendidikan anak, berkarya dan bekerja. Perlahan tapi pasti, saya (dan kami) sedang dalam proses itu dan akan menuju ke arah sana.
.
Selamat membaca hati dan menuliskannya dengan nurani. Sehingga kata demi kata di nice homework #3 kali ini akan punya ruh, dan menggerakkan hati yang membacanya.
.
Ciyaaa.. Selesai sudah #NHW3 ini. Ngos-ngosan maaaakk.. Setiap buka dashboard blog bingung mau nulis apa dan mulai dari mana hihi. Semoga secepatnya saya semakin memahami peran spesifik dan misi keluarga kami. Bismillahirrohmaanirrohiim.. salah satu upaya nya dengan mengikuti matrikulasi IIP ini. Se-ma-ngaaattt..


Salam (Calon) Ibu Profesional,

Annisa Fitriany Ramadhan

#Matrikulasi3

Materi #3 PERADABAN DARI DALAM RUMAH
KELAS MATRIKULASI BATCH 4
INSTITUT IBU PROFESIONAL

☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

Resume Materi Sesi #3
PERADABAN DARI DALAM RUMAH


Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional



๐Ÿ‘จ๐Ÿ‘ฉMEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH๐Ÿ‘จ๐Ÿ‘ฉ
“ Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya ”
Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.
Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.
Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “ misi spesifiknya ”, tugas kita memahami kehendakNya.
Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “ peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.
Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?

๐Ÿ™‹ PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
b. Adakah yang membuat anda bahagia?
c. Adakah yang membuat anda “sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.
Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA , AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK

๐Ÿ‘จ๐Ÿ‘ฉ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ง NIKAH
Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:
๐Ÿ€Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?
๐Ÿ€Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?
๐Ÿ€Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?

๐Ÿ€Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?
Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki “ misi pernikahan” sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.

๐Ÿ‘ฉ๐Ÿ‘ง๐Ÿ‘ง ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
a. Apakah proses berpisahnya anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b. Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
c. Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.
Karena,
IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak
Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya.
Karena
Orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang
Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan
Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/

SUMBER BACAAN
Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun Peradaban, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober 2016

#ReviewNHW2

Review Nice Home Work #2

✅๐Ÿ“CHECKLIST PEREMPUAN PROFESIONAL๐Ÿ“✅

Pertama yang akan kami katakan adalah SALUT untuk para bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional yang berhasil mengalahkan "rasa" berat untuk mengerjakan nice homework#2 ini. Kalau di Jawa ada pepatah  yang mengatakan "Ojo kalah karo wegah" (Jangan mau kalah dengan rasa malas).  Karena sebenarnya kalau urusan membuat checklist profesionalisme ini bukan MAMPU atau TIDAK MAMPU melainkan MAU atau TIDAK MAU. Terbukti teman-teman bisa melakukannya di tengah kesibukan yang luar biasa.


Kami sangat menghargai proses teman-teman membuat checklist profesionalisme ini. Mulai dari menanti-nanti jawaban dari suami dan anak bagi yang sudah berkeluarga, maupun melakukan kesungguhan bermain “andaikata aku menjadi istri dan ibu” bagi yang sedang dalam proses memantaskan diri membangun keluarga. Ada yang terkaget-kaget dengan banyaknya list jawaban dari suami dan anak-anak, ada juga yang bingung dengan jawaban dari para suami dan anak, karena terlalu sederhananya keinginan mereka terhadap kita, demi sebuah kebahagiaan.


KOMITMEN DAN KONSISTEN


Dua kata itulah yang akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam membuat checklist profesionalisme ini. Buatlah komitmen setahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan kita, kemudian belajar istiqomah, konsisten menjalankannya.


Konsistensi kita terhadap sebuah komitmen yang indikatornya kita susun sendiri, akan menjadi pondasi kita dalam menyusun “DEEP HABIT” yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dibangun secara terus menerus untuk mendukung aktivitas yang membutuhkan fokus, ketajaman berpikir dan benar-benar krusial untuk hidup kita.
Selama ini disadari atau tidak banyak diantara kita memaknai aktivitas sehari-hari mendidik anak dan mengelola keluarga sebagai aktivitas  “Shallow Work”, yaitu aktivitas yang dangkal, tidak fokus, penuh distraksi (gangguan-gangguan) sehingga tidak memunculkan perubahan besar dalam hidup kita, bahkan banyak yang cenderung bosan dengan kesehariannya.

Selama ini status-status dangkal yang terus mengalir di sosial media seperti Facebook (FB) ditambah puluhan notifikasi whatsapp (WA) sering membuat kita terjebak dalam “shallow activities”, kelihatan sibuk menghabiskan waktu, tetapi sebenarnya tidak memberikan hasil nyata bagi perubahan hidup kita.

Harapan kami dengan adanya Checklist Profesionalisme Perempuan ini, teman-teman akan lebih fokus dalam proses “peningkatan kualitas diri” kita sebagai perempuan, istri dan ibu, meski kita menggunakan media WA dan FB sebagai kendaraan belajar kita, Sehinga bisa mengubah aktivitas yang dulunya masuk kategori “SHALLOW WORK” menjadi “DEEP WORK” (aktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita).


Untuk itu mari kita lihat kembali Checklist kita :

๐Ÿ€1.Apakah kalimat-kalimat di checklist itu sudah spesifik? misal kalimat "akan mengurangi aktivitas gadget selama di rumah" akan lebih baik anda ganti dengan, setiap hari akan menentukan Gadget hours selama 2 jam.


๐Ÿ€2.Apakah kalimat-kalimat di checklist  sudah terukur? misal "Menyelenggarakan aktivitas ngobrol di keluarga", akan lebih baik kalau diganti dengan " Sehari minimal menyelenggarakan 1 x family forum (ngobrol) di rumah bersama keluarga"


๐Ÿ€3.Apakah checklist yang kita tulis mudah dikerjakan dengan tambahan sedikit usaha? Misal sehari akan membaca 2 buah buku tentang pendidikan? ukur diri kita apakah mungkin? karena selama ini sehari-harinya kita hanya bisa membaca paling banyak 10 halaman. Maka akan lebih baik kalau anda ganti. Membaca 15 lembar buku parenting setiap harinya.

Sesuatu yang terlalu susah diraih itu akan membuat kita stress dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa, tetapi sesuatu yang sangat mudah diraih itu akan membuat kita menyepelekan.

Kembali ke istilah jawa ini namanya "gayuk...gayuk tuna" (contoh kasus, kita mau ambil mangga di pohon yang posisinya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berusaha dengan satu lompatan, mangga itu akan bisa teraih. Tidak juga terlalu pendek, sambil jalan aja kita bisa memetik mangga tersebut. Biasanya jadi tidak menghargai proses)


๐Ÿ€4. Apakah tantangan yang kita tulis di checklist ini merupakan tantangan-tantangan yang kita hadapi sehari-hari? misal anda adalah orang yang susah disiplin selama ini. maka sangat pas kalau di checklist anda tulis, akan berusaha tepat waktu di setiap mendatangi acara IIP baik offline maupun online. Jadi jelas memang akan menyelesaikan tantangan yang ada selama ini.


๐Ÿ€5. Berikan batas waktu pada proses latihan ini di checklist. Misal akan membaca satu buku satu minggu selama bulan Juni. Akan belajar tepat waktu selama 1 bulan pertama mulai Juni 2017.
Kelima hal tersebut di atas akan memudahkan kita pada proses evaluasi nantinya.
Silakan teman-teman  lihat  kembali checklist masing-masing. Kita akan mulai melihat seberapa bekerjanya checklist itu untuk perkembangan diri kita.

Silakan di print out, dan ditempel di tempat yang kita lihat setiap hari.
Ijinkan suami dan anak-anak memberikan penilaian sesuai dengan yang kita tentukan. Andaikata tidak ada yang mau menilai, maka diri andalah yang paling berhak menilai perkembangan kita.

Berusaha JUJUR kepada diri sendiri.

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber Bacaan :
Deep Work, Cal Newport, E book, akses 30 Oktober 2016.
Materi “MENJADI IBU PROFESIONAL” program Matrikulasi IIP, batch #4, 2017
Hasil Nice Home Work #2, peserta program Matrikulasi IIP batch #4, 2017

#Matrikulasi2

Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #2

๐Ÿ™‹MENJADI IBU PROFESIONAL, KEBANGGAAN KELUARGA๐Ÿ™‹

Apa kabar bunda dan calon bunda peserta matrikulasi IIP batch #4? Pekan ini kita akan belajar bersama
a. Apa Itu Ibu Profesional?
b. Apa itu Komunitas Ibu Profesional?
c. Bagaimana tahapan-tahapan untuk menjadi Ibu Profesional?
d. Apa saja indikator keberhasilan seorang Ibu Profesional?

๐Ÿ€APA ITU IBU PROFESIONAL?

Kita mulai dulu dengan mengenal kata IBU ya. Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia Ibu itu memiliki makna 1 perempuan yang telah melahirkan seseorang; 2 sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami;3 panggilan yang takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum; 4 bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): -- jari; 5 yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting: -- negeri; -- kota;

Sedangkan kata PROFESIONAL, memiliki makna 1 bersangkutan dengan profesi; 2 memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya: ia seorang juru masak --;
Berdasarkan dua makna tersebut di atas, maka IBU PROFESIONAL adalah seorang perempuan yang :

a. Bangga akan profesinya sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.
b.Senantiasa memantaskan diri dengan berbagai ilmu, agar bisa bersungguh –sungguh mengelola keluarga dan mendidik anaknya dengan kualitas yang sangat baik.

๐Ÿ€APA ITU KOMUNITAS IBU PROFESIONAL?

Adalah forum belajar bagi para perempuan yang senantiasa ingin meningkatkan kualitas dirinya sebagai seorang ibu, istri dan sebagai individu.

๐Ÿ€MISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL

1.Meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi
guru utama dan pertama bagi anaknya.
2. Meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya
sehingga menjadi keluarga yang unggul.
3. .Meningkatkan rasa percaya diri  ibu dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga  ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya
4. Meningkatkan peran ibu menjadi "change agent" (agen pembawa perubahan), sehingga keberadaannya akan bermanfaat bagi banyak orang.


๐Ÿ€VISI KOMUNITAS IBU PROFESIONAL

Menjadi komunitas pendidikan perempuan Indonesia yang unggul dan profesional sehingga bisa berkontribusi kepada negara ini dengan cara membangun peradaban bangsa dari dalam internal keluarga.


๐Ÿ€BAGAIMANA TAHAPAN-TAHAPAN MENJADI IBU PROFESIONAL?

Ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh seorang Ibu Profesional yaitu :
a. Bunda Sayang
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mendidik anak-anaknya, sehingga bisa menjadi guru utama dan pertama bagi anak-anaknya

b. Bunda Cekatan
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan kualitas ibu dalam mengelola rumah tangga dan keluarganya sehingga menjadi keluarga yang unggul.

c. Bunda Produktif
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan rasa percaya diri  ibu, dengan cara senantiasa berproses menemukan misi spesifik hidupnya di muka bumi ini. Sehingga  ibu bisa produktif dengan bahagia, tanpa harus meninggalkan anak dan keluarganya

d. Bunda Shaleha
Ilmu-ilmu untuk meningkatkan peran ibu sebagai agen pembawa perubahan di masyarakat, sehingga keberadaannya bermanfaat bagi banyak orang.

๐Ÿ€APA INDIKATOR KEBERHASILAN IBU PROFESIONAL?

“Menjadi KEBANGGAAN KELUARGA”

Kalimat di atas adalah satu indikator utama keberhasilan seorang Ibu Profesional. Karena  anak-anak dan suami kitalah yang paling berhak pertama kali mendapatkan ibu dan istri yang terbaik di mata mereka.

Maka yang perlu ditanyakan adalah sbb :

BUNDA SAYANG
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?

BUNDA CEKATAN
a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?
b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.
c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?
d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga

BUNDA PRODUKTIF
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?
c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?

BUNDA SHALEHA
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus menerus?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut?

Selamat berproses menjadi Ibu Profesional, dan nikmatilah tahapan-tahapan belajar yang bunda dan calon bunda rasakan selama mengikuti program pendidikan di Ibu Profesional ini dengan segenap kesungguhan

Seperti pesan pak Dodik kepada Ibu Septi untuk meyakinkan beliau tentang pentingnya kesungguhan menjadi seorang Ibu sbb:
“Bersungguh-sungguhlah kamu di dalam, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan itu, tidak ada hukum terbalik” -Dodik Mariyanto

Salam Ibu Profesional


/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/

๐Ÿ“šSUMBER BACAAN:
Kamus Besar Bahas Indonesia, Edisi keempat, Balai Pustaka, Jakarta, 2008
Hei, Ini Aku Ibu Profesional, Leutikaprio, cetakan 1, 2012
Bunda Sayang, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2013
Bunda Cekatan, Seri Ibu Profesional, Gaza Media, cetakan 1, 2014
Bunda Produktif, Catatan Ikhtiar Menjemput Rizki, Seri Ibu Profesional, J&J Publishing, cetakan 1, 2015

#NHW2 : Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan - Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Sepekan sudah berlalu sejak resmi terdaftarnya saya di perkuliahan online ini. Setiap materi menantang kami untuk semakin meresapi tujuan hidup terutama di jabatan mulia ini, sebagai ibu. Nice Home Work (NHW) kali ini menampar saya cukup lama karena butuh kerjasama dan penggalian diri lebih dalam lagi dibanding NHW #1 di pekan lalu. Kali ini saya 'dipaksa' untuk berkenalan kembali dengan suami. Wawancara eksklusif by WhatsApp, karena beliau masih dinas dan pulang nya saat deadline pengumpulan NHW lusa. Walaupun saya ga bisa lihat mata kejujuran beliau saat 'mengoreksi' istrinya dan mengutarakan keinginannya ingin seperti apa sih si saya ini di mata beliau sebagai makmumnya, setidaknya ada kerjasama yang baik yang beliau bangun untuk sebuah kata bahagia dalam rumah tangga kami. Sederhana. Sehingga saya harus banyak improvisasi untuk menyusunnya.

Berikut Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan versi saya saat ini :

A. Sebagai Individu
- Spiritual
  1. Indikator: Tepat Waktu
      Sasaran:
      a. Bangun tidur untuk sholat subuh maksimal pukul 04.45 WIB - Setiap hari (7 hari seminggu)
      b. Melaksanakan sholat wajib tepat waktu - Setiap hari (7 hari seminggu)
      c.
  2. Indikator: Komitmen
      Sasaran:
      a. Membaca Al-Qur'an minimal 2 kaca - Setiap hari (7 hari seminggu)
      b. Sholat Dhuha antara pukul 8.30 sampai 10.30 - Setiap hari (7 hari seminggu)
      c. Sholat Tahajjud - Minimal 5x dalam seminggu
      d. Sholat Witir - Minimal 5x seminggu
      e. Sholat Rawatib - Minimal 2 rokaat qobla' subuh setiap hari (7 hari seminggu) 
      f. Dzikir selepas sholat - Setiap hari (7 hari seminggu @5 kali)
      g. Mengatur waktu dalam penggunaan gadget -  


B. Sebagai Istri

C. Sebagai Ibu

Senin, 29 Mei 2017

Checklist Perempuan Profesional - Institut Ibu Profesional

Review Nice Home Work #2

✅๐Ÿ“CHECKLIST PEREMPUAN PROFESIONAL๐Ÿ“✅

Pertama yang akan kami katakan adalah SALUT untuk para bunda dan calon bunda peserta matrikulasi Ibu Profesional yang berhasil mengalahkan "rasa" berat untuk mengerjakan nice homework#2 ini. Kalau di Jawa ada pepatah  yang mengatakan "Ojo kalah karo wegah" (Jangan mau kalah dengan rasa malas).  Karena sebenarnya kalau urusan membuat checklist profesionalisme ini bukan MAMPU atau TIDAK MAMPU melainkan MAU atau TIDAK MAU. Terbukti teman-teman bisa melakukannya di tengah kesibukan yang luar biasa.


Kami sangat menghargai proses teman-teman membuat checklist profesionalisme ini. Mulai dari menanti-nanti jawaban dari suami dan anak bagi yang sudah berkeluarga, maupun melakukan kesungguhan bermain “andaikata aku menjadi istri dan ibu” bagi yang sedang dalam proses memantaskan diri membangun keluarga. Ada yang terkaget-kaget dengan banyaknya list jawaban dari suami dan anak-anak, ada juga yang bingung dengan jawaban dari para suami dan anak, karena terlalu sederhananya keinginan mereka terhadap kita, demi sebuah kebahagiaan.


KOMITMEN DAN KONSISTEN


Dua kata itulah yang akan menjadi kunci keberhasilan kita dalam membuat checklist profesionalisme ini. Buatlah komitmen setahap demi setahap, sesuai dengan kemampuan kita, kemudian belajar istiqomah, konsisten menjalankannya. 


Konsistensi kita terhadap sebuah komitmen yang indikatornya kita susun sendiri, akan menjadi pondasi kita dalam menyusun “DEEP HABIT” yaitu kebiasaan-kebiasaan yang dibangun secara terus menerus untuk mendukung aktivitas yang membutuhkan fokus, ketajaman berpikir dan benar-benar krusial untuk hidup kita. 
Selama ini disadari atau tidak banyak diantara kita memaknai aktivitas sehari-hari mendidik anak dan mengelola keluarga sebagai aktivitas  “Shallow Work”, yaitu aktivitas yang dangkal, tidak fokus, penuh distraksi (gangguan-gangguan) sehingga tidak memunculkan perubahan besar dalam hidup kita, bahkan banyak yang cenderung bosan dengan kesehariannya.

Selama ini status-status dangkal yang terus mengalir di sosial media seperti Facebook (FB) ditambah puluhan notifikasi whatsapp (WA) sering membuat kita terjebak dalam “shallow activities”, kelihatan sibuk menghabiskan waktu, tetapi sebenarnya tidak memberikan hasil nyata bagi perubahan hidup kita.

Harapan kami dengan adanya Checklist Profesionalisme Perempuan ini, teman-teman akan lebih fokus dalam proses “peningkatan kualitas diri” kita sebagai perempuan, istri dan ibu, meski kita menggunakan media WA dan FB sebagai kendaraan belajar kita, Sehinga bisa mengubah aktivitas yang dulunya masuk kategori “SHALLOW WORK” menjadi “DEEP WORK” (aktivitas yang memerlukan fokus, ketajaman berpikir sehingga membawa perubahan besar dalam hidup kita). 


Untuk itu mari kita lihat kembali Checklist kita :

๐Ÿ€1.Apakah kalimat-kalimat di checklist itu sudah spesifik? misal kalimat "akan mengurangi aktivitas gadget selama di rumah" akan lebih baik anda ganti dengan, setiap hari akan menentukan Gadget hours selama 2 jam.


๐Ÿ€2.Apakah kalimat-kalimat di checklist  sudah terukur? misal "Menyelenggarakan aktivitas ngobrol di keluarga", akan lebih baik kalau diganti dengan " Sehari minimal menyelenggarakan 1 x family forum (ngobrol) di rumah bersama keluarga"


๐Ÿ€3.Apakah checklist yang kita tulis mudah dikerjakan dengan tambahan sedikit usaha? Misal sehari akan membaca 2 buah buku tentang pendidikan? ukur diri kita apakah mungkin? karena selama ini sehari-harinya kita hanya bisa membaca paling banyak 10 halaman. Maka akan lebih baik kalau anda ganti. Membaca 15 lembar buku parenting setiap harinya. 

Sesuatu yang terlalu susah diraih itu akan membuat kita stress dan akhirnya tidak mengerjakan apa-apa, tetapi sesuatu yang sangat mudah diraih itu akan membuat kita menyepelekan. 

Kembali ke istilah jawa ini namanya "gayuk...gayuk tuna" (contoh kasus, kita mau ambil mangga di pohon yang posisinya tidak terlalu tinggi, tetapi cukup berusaha dengan satu lompatan, mangga itu akan bisa teraih. Tidak juga terlalu pendek, sambil jalan aja kita bisa memetik mangga tersebut. Biasanya jadi tidak menghargai proses)


๐Ÿ€4. Apakah tantangan yang kita tulis di checklist ini merupakan tantangan-tantangan yang kita hadapi sehari-hari? misal anda adalah orang yang susah disiplin selama ini. maka sangat pas kalau di checklist anda tulis, akan berusaha tepat waktu di setiap mendatangi acara IIP baik offline maupun online. Jadi jelas memang akan menyelesaikan tantangan yang ada selama ini.


๐Ÿ€5. Berikan batas waktu pada proses latihan ini di checklist. Misal akan membaca satu buku satu minggu selama bulan Juni. Akan belajar tepat waktu selama 1 bulan pertama mulai Juni 2017.
Kelima hal tersebut di atas akan memudahkan kita pada proses evaluasi nantinya. 
Silakan teman-teman  lihat  kembali checklist masing-masing. Kita akan mulai melihat seberapa bekerjanya checklist itu untuk perkembangan diri kita. 

Silakan di print out, dan ditempel di tempat yang kita lihat setiap hari. 
Ijinkan suami dan anak-anak memberikan penilaian sesuai dengan yang kita tentukan. Andaikata tidak ada yang mau menilai, maka diri andalah yang paling berhak menilai perkembangan kita. 

Berusaha JUJUR kepada diri sendiri. 

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber Bacaan :
Deep Work, Cal Newport, E book, akses 30 Oktober 2016.
Materi “MENJADI IBU PROFESIONAL” program Matrikulasi IIP, batch #4, 2017
Hasil Nice Home Work #2, peserta program Matrikulasi IIP batch #4, 2017

*disadur dari grup WhatsApp Bandung 4 IIP Batch 4 - tanpa gubahan apapun*

Minggu, 21 Mei 2017

#ReviewNHW1 : Adab Sebelum Ilmu - Institut Ibu Profesional

Aliran Rasa Singkat atas Review NHW #1

Betul teh saat mengerjakan NHW dengan pertanyaan2 awal yang cukup membuat saya termenung beberapa saat. krn merasa diingatkan kembali tentang apa sih tujuan hidup saya apalagi di jabatan sekarang yg tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri saja namun sudah punya tanggung jawab berlebih pd keluarga kecil juga orang tua. Jadi betul banget teh awalnya saya mencari2 jurusan ilmu yg saya inginkan sesuai passion saya namun pada akhirnya mengerucut pada satu prioritas jurusan ilmu yg benar2 saya butuhkan. Tsunami informasi juga membuat pro kontra dalam menunjang pekerjaan kita. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Terimakasih banyak sudah selalu diingatkan. Alhamdulillah bersyukur sekali dipertemukan dalam wadah yg berisi teteh2 yg luar biasa ini dengan semangat yg masih meletup-letup. Terimakasih karena saya jadi 'digiring' ke arah yg jauh lebih positif lagi. Jazakumullohu khoyron ๐Ÿ˜˜๐Ÿ˜˜

☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘

dibagikan dari Grup WhatsApp Bandung 4 IIP Batch#4 tanpa gubahan apapun

๐Ÿ“šADAB SEBELUM ILMU๐Ÿ“š

Disusun oleh  Tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional

Apa kabar bunda dan calon bunda peserta Matrikulasi IIP Batch #4?

Tidak terasa sudah 1 pekan kita bersama dalam forum belajar ini. Terima kasih untuk seluruh peserta yang sudah “berjibaku” dengan berbagai cara agar dapat memenuhi “Nice Homework” kita. Mulai dari yang bingung mau ditulis dimana, belum tahu caranya posting  sampai dengan hebohnya dikejar deadline:).

 Insya Allah kehebohan di tahap awal ini, akan membuat kita semua banyak belajar hal baru, dan terus semangat sampai akhir program.

Di NHW#1 ini, tidak ada jawaban yang benar dan salah, karena kita hanya diminta untuk fokus pada ilmu-ilmu yang memang akan kita tekuni di Universitas Kehidupan ini. Yang diperlukan hanya dua yaitu FOKUS dan PERCAYA DIRI. Jangan sampai saat kuliah dulu kita salah jurusan, bekerja salah profesi, sekarang mengulang cara yang sama saat menapaki kuliah di universitas  kehidupan, tapi mengaharapkan hasil yang berbeda. Kalau pak Einstein menamakan hal ini sebagai “INSANITY”

INSANITY : DOING THE SAME THINGS OVER AND OVER AGAIN,AND EXPECTING DIFFERENT RESULT - Albert Einstein

Setelah kami cermati , ada beberapa peserta yang langsung menemukan jawabannya karena memang sehari-hari sudah menggeluti hal tersebut. Ada juga yang masih mencari-cari, karena menganggap semua ilmu itu penting.

Banyak diantara kita menganggap semua ilmu itu penting tapi lupa menentukan prioritas. Hal inilah yang menyebabkan hidup kita tidak fokus, semua ilmu ingin dipelajari, dan berhenti pada sebuah “kegalauan” karena terkena “tsunami informasi”. Yang lebih parah lagi adalah munculnya penyakit “FOMO” (Fear of Missing Out), yaitu penyakit ketakutan ketinggalan informasi. Penyakit ini juga membuat penderitanya merasa ingin terus mengetahui apa yang dilakukan orang lain di media sosial. FOMO ini  biasanya menimbulkan penyakit berikutnya yaitu”NOMOFOBIA”, rasa takut berlebihan apabila kehilangan atau hidup tanpa telepon seluler pintar kita.

Matrikulasi IIP batch#4 ini akan mengajak para bunda untuk kembali sehat menanggapi sebuah informasi online. Karena sebenarnya sebagai peserta kita hanya perlu komitmen waktu 2-4 jam per minggu saja, yaitu saat diskusi materi dan pembahasan review,  setelah itu segera kerjakan NHW anda, posting dan selesai, cepatlah beralih ke kegiatan offline lagi tanpa ponsel atau kembali ke kegiatan online dimana kita fokus pada informasi seputar jurusan ilmu yang kita ambil. Hal tersebut harus diniatkan sebagai investasi waktu dan ilmu dalam rangka menambah jam terbang kita.

Katakan pada godaan ilmu/informasi yang lain yang tidak selaras dengan jurusan yang kita ambil, dengan kalimat sakti ini :

MENARIK, TAPI TIDAK TERTARIK

Apa pentingnya menentukan jurusan ilmu dalam universitas kehidupan ini?

JURUSAN ILMU YANG KITA TENTUKAN DENGAN SEBUAH KESADARAN TINGGI DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN INI, AKAN MENDORONG KITA UNTUK MENEMUKAN PERAN HIDUP DI MUKA BUMI INI.

Sebuah alasan kuat yang sudah kita tuliskan  kepada pilihan ilmu tersebut, jadikanlah sebagai bahan bakar semangat kita dalam menyelesaikan proses pembelajaran kita di kehidupan ini.

Sedangkan strategi yang sudah kita susun untuk mencapai ilmu tersebut adalah cara/kendaraan yang akan kita gunakan untuk mempermudah kita sampai pada tujuan pencapaian hidup dengan ilmu tersebut.

Sejatinya,

SEMAKIN KITA GIAT MENUNTUT ILMU, SEMAKIN DEKAT KITA KEPADA SUMBER DARI SEGALA SUMBER ILMU, YAITU “DIA” YANG MAHA MEMILIKI ILMU

Indikator orang yang menuntut ilmu dengan benar adalah terjadi perubahan dalam dirinya menuju ke arah yang lebih baik.

Tetapi di  Institut Ibu Profesional ini, kita bisa memulai perubahan justru sebelum proses menuntut ilmu. Kita yang dulu sekedar menuntut ilmu, bahkan menggunakan berbagai cara kurang tepat, maka sekarang berubah ke Adab menuntut ilmu yang baik dan benar, agar keberkahan ilmu tersebut mewarnai perjalanan hidup kita.

MENUNTUT ILMU ADALAH PROSES KITA UNTUK MENINGKATKAN KEMULIAAN HIDUP, MAKA CARILAH DENGAN CARA-CARA YANG MULIA

Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/

Sumber Bacaan :
Hasil Penelitian “the stress and wellbeing” secure Envoy, Kompas, Jakarta, 2015
Materi “ADAB MENUNTUT ILMU” program Matrikulasi IIP, batch #4, 2017
Hasil Nice Home Work #1, peserta program Matrikulasi IIP batch #4, 2017

Jumat, 19 Mei 2017

#Matrikulasi1 #AliranRasa : Adab Menuntut Ilmu - Institut Ibu Profesional

Ini jawaban aliran rasa yang saya posting disini.



Aliran Rasa
Adab Menuntut Ilmu
NHW #1


Ilmu laksana harta karun, membaca adalah kuncinya, begitu pesan pepatah bijak. Ditimpali oleh seorang filsuf Arab, ilmu laksana binatang buruan, ikatlah ia dengan menulisnya. Kurang lebih isinya seperti itu. Pepatah tersebut bersemayam di kepala saya saat membaca prolog materi mengenai adab menuntut ilmu yang dibagikan oleh Mbak Tyas, fasilitator kelas IIP Bandung 4 Batch 4 yang saya ikuti kini.

Lalu apa yang saya pikirkan setelah membaca artikel tersebut? Tertampar. Ya, entah kenapa ilmu yang pernah saya pelajari semasa sekolah dulu menguap begitu saja. Saya lupa bagaimana sejarah Tuanku Imam Bonjol melawan penjajahan Belanda dahulu, bagaimana mencari x dalam aljabar, bagaimana proses membelah katak ketika mempelajari anatominya di pelajaran sains di bangku SMP, juga bagaimana merakit sebuah robot dengan sistem elektronika dasar yang sederhana. Argh, ternyata ada yang saya lupakan. Ketika menimba ilmu, tentunya kita tidak boleh mengesampingkan adab. Ya, adab yang harus ditularkan menjadi kebiasaan. Adab gabisa diperjualbelikan di pasar semodern manapun. Adab merupakan harga mahal dalam ilmu apapun. Tanpa adab jatuhnya akan menjadi kesombongan, takabbur karena merasa bisa, mampu, tahu dan menguasai atas satu ilmu tertentu. Naudzubillahi mindzalik. Saya lupa karena ilmu-ilmu yang pernah saya pelajari tersebut tidak pernah saya amalkan. Tidak pernah saya pelajari lagi. Bahkan untuk sekilas mendengar istilahnya saja saya merasa asing.

Ilmu merupakan prasyarat sebuah amal. Jadi ingat istilah ilmu amaliah dan amal ilmiah. Ilmu dan amal saling berkaitan erat. Ilmu wajib diamalkan dan amal wajib berdasar dari ilmu. Supaya segalanya lebih berkah. Semakin belajar banyak semakin merasa tidak berartinya diri kita, semakin menyadari ilmu yang kita punya ga ada apa-apanya. Jadi hati yang bersih sangat diperlukan seorang penuntut ilmu. Bismillฤhirrohmฤnirrohฤซm.. robbi zidnฤซ ‘ilman warzuqnฤซ fahman, semoga Alloh selalu mudahkan jalan kami dalam usaha menuntut ilmu ฤmฤซn yฤ robbal ‘alamฤซn.

Berikut resume materi yang disampaikan ibu fasilitator sebagai pembukaan kelas IIP Batch #4 untuk kelas Bandung 4:

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

PROLOG 1

KELAS MATRIKULASI BATCH #4
INSTITUT IBU PROFESIONAL

☘☘☘☘
ADAB MENUNTUT ILMU
Senin, 15 Mei 2017

Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional

Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mengubah perilaku dan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Karena pada dasarnya ilmu menunjukkan kepada kebenaran dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Banyak diantara kita terlalu buru-buru fokus pada suatu ilmu terlebih dahulu, sebelum paham mengenai adab-adab dalam menuntut ilmu. Padahal barang siapa orang yang menimba ilmu karena semata-mata hanya ingin mendapatkan ilmu tersebut, maka ilmu tersebut tidak akan bermanfaat baginya, namun barangsiapa yang menuntut ilmu karena ingin mengamalkan ilmu tersebut, niscaya ilmu yang sedikitpun akan sangat bermanfaat baginya.
Karena ILMU itu adalah prasyarat untuk sebuah AMAL, maka ADAB adalah hal yang paling didahulukan sebelum ILMU

ADAB adalah pembuka pintu ilmu bagi yang ingin mencarinya
Adab menuntut ilmu adalah tata krama (etika) yang dipegang oleh para penuntut ilmu, sehingga terjadi pola harmonis baik secara vertikal, antara dirinya sendiri dengan Sang Maha Pemilik Ilmu, maupun secara horisontal, antara dirinya sendiri dengan para guru yang menyampaikan ilmu, maupun dengan ilmu dan sumber ilmu itu sendiri.
Mengapa para Ibu Profesional di kelas matrikulasi ini perlu memahami Adab menuntut ilmu terlebih dahulu sebelum masuk ke ilmu-ilmu yang lain?

Karena ADAB tidak bisa diajarkan, ADAB hanya bisa ditularkan
Para ibulah nanti yang harus mengamalkan ADAB menuntut ilmu ini dengan baik, sehingga anak-anak yang menjadi amanah para ibu bisa mencontoh ADAB baik dari Ibunya

☘ADAB PADA DIRI SENDIRI

a. Ikhlas dan mau membersihkan jiwa dari hal-hal yang buruk.
Selama batin tidak bersih dari hal-hal buruk, maka ilmu akan terhalang masuk ke dalam hati.Karena ilmu itu bukan rentetan kalimat dan tulisan saja, melainkan ilmu itu adalah “cahaya” yang dimasukkan ke dalam hati.

b. Selalu bergegas, mengutamakan waktu-waktu dalam menuntut ilmu, Hadir paling awal dan duduk paling depan di setiap majelis ilmu baik online maupun offline.

c.Menghindari sikap yang “merasa’ sudah lebih tahu dan lebih paham, ketika suatu ilmu sedang disampaikan.

d.Menuntaskan sebuah ilmu yang sedang dipelajarinya dengan cara mengulang-ulang, membuat catatan penting, menuliskannya kembali dan bersabar sampai semua runtutan ilmu tersebut selesai disampaikan sesuai tahapan yang disepakati bersama.

e. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugas yang diberikan setelah ilmu disampaikan. Karena sejatinya tugas itu adalah untuk mengikat sebuah ilmu agar mudah untuk diamalkan.


☘ADAB TERHADAP GURU (PENYAMPAI SEBUAH ILMU)

a. Penuntut ilmu harus berusaha mencari ridha gurunya dan dengan sepenuh hati, menaruh rasa hormat kepadanya, disertai mendekatkan diri kepada DIA yang Maha Memiliki Ilmu dalam berkhidmat kepada guru.

b. Hendaknya penuntut ilmu mendahului guru untuk menjelaskan sesuatu atau menjawab pertanyaan, jangan pula membarengi guru dalam berkata, jangan memotong pembicaraan guru dan jangan berbicara dengan orang lain pada saat guru berbicara. Hendaknya penuntut ilmu penuh perhatian terhadap penjelasan guru mengenai suatu hal atau perintah yang diberikan guru. Sehingga guru tidak perlu mengulangi penjelasan untuk kedua kalinya.

c. Penuntut ilmu meminta keridhaan guru, ketika ingin menyebarkan ilmu yang disampaikan baik secara tertulis maupun lisan ke orang lain, dengan cara meminta ijin. Apabila dari awal guru sudah menyampaikan bahwa ilmu tersebut boleh disebarluaskan, maka cantumkan/ sebut nama guru sebagai bentuk penghormatan kita.

☘ADAB TERHADAP SUMBER ILMU

a. Tidak meletakkan sembarangan atau memperlakukan sumber ilmu dalam bentuk buku ketika sedang kita pelajari.

b. Tidak melakukan penggandaan, membeli dan mendistribusikan untuk kepentingan komersiil, sebuah sumber ilmu tanpa ijin dari penulisnya.

c. Tidak mendukung perbuatan para plagiator, produsen barang bajakan, dengan cara tidak membeli barang mereka untuk keperluan menuntut ilmu diri kita dan keluarga.
d. Dalam dunia online, tidak menyebarkan sumber ilmu yang diawali kalimat "copas dari grup sebelah" tanpa mencantumkan sumber ilmunya dari mana.
e. Dalam dunia online, harus menerapkan "sceptical thinking" dalam menerima sebuah informasi. jangan mudah percaya sebelum kita paham sumber ilmunya, meski berita itu baik.
Adab menuntut ilmu ini akan erat berkaitan dengan keberkahan sebuah ilmu, shg mendatangkan manfaat bagi hidup kita dan umat

Referensi :
Turnomo Raharjo,
Literasi Media & Kearifan Lokal: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, 2012.

Bukhari Umar, Hadis Tarbawi (pendidikan dalam perspekitf hadis), Jakarta: Amzah,
2014, hlm. 5

Muhammad bin sholeh, Panduan lengkap Menuntut Ilmu, Jakarta, 2015

#NHW1 : Universitas Kehidupan & Adab Menuntut Ilmu - Institut Ibu Profesional


Menjadi seorang ibu adalah sebuah profesi penting dalam hidup saya yang menjadikan saya berubah dalam banyak hal. Sangat berubah ketika kemarin saya masih single ataupun saat sedang hamil dimana tidak ada yang saya pikirkan melebihi apapun. Saat dimana saya masih takut, galau, cemas apa yang harus saya siapkan dalam menyambut bidadari kecil ini nanti. Saya harus terus belajar. Bagaimana tidak, sejatinya belajar adalah life-time learning process dalam berbagai hal. Belajar dari yang asalnya tidak tau menjadi tau. Belajar lebih baik dari yang semula bisa menjadi lebih bisa. Proses yang continuously dijalani dan dipahami agar selalu menjadi lebih baik lagi. Hal itu yang secara materi sedang saya usahakan, supaya tidak lagi sekedar materi tetapi bisa saya aplikasikan dalam universitas kehidupan ini.

Bagaikan gayung bersambut, seorang kawan mengenalkan saya dengan sebuah perkuliahan online bernama Institut Ibu Profesional (IIP). Visi, misi dan latar belakang terbentuknya IIP kurang lebih sejalan dengan jawaban atas kegalauan yang sedang saya alami sebagai ibu muda yang ingin menuntut diri untuk menjadi lebih baik, khususnya buat si kecil dan suami saya, lebih lanjut bisa untuk khalayak yang lebih luas dari keluarga pada umumnya.

IIP baru berlangsung kurang dari satu pekan. Pembahasan pertama di kelas matrikulasi ini adalah mengenai ‘Adab Menuntut Ilmu’. Pembahasan berupa pemaparan materi di group WhatsApp yang dilanjukan dengan diskusi serta tanya jawab dan berbuah Nice Home Work, yaitu sistem pengumpulan tugas. Berikut pemaparannya:


ADAB MENUNTUT ILMU

1.       Tentukan satu jurusan ilmu yang akan ditekuni di universitas kehidupan ini!

Sejujurnya inilah pertanyaan tersulit karena menyangkut kedalaman perasaan saya (ciyeee..). Serius, banyak sekali hal yang ingin saya perbaiki. Dalam segi keduniawian, sosial dan lainnya. Bahkan dalam diri saya pribadi pun banyak yang harus saya perbaiki. Kalau bicara passion, saya ingin menekuni ilmu agama, manajemen waktu, parenting, psikologi, kesehatan dan lainnya. Namun dibandingkan ilmu-ilmu tersebut ilmu utama yang paling ingin saya tekuni untuk diperbaiki, dengan mantap jawaban saya adalah ilmu dalam manajemen emosi.



2.       Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut?

Saya sebelumnya (mudah-mudahan dalam proses belajar ini saya segera berubah) adalah orang yang panikan, baper (gampang terbawa suasana), dan cenderung meletup-letup mudah tersulut amarah. Sebagai seorang istri saya sering meluapkan kekesalan saya terhadap suami dengan mengomel panjang lebar, diam seribu bahasa dengan hati dongkol, maupun nangis sesenggukan, semua luapan emosi ini saya muntahkan bergantian secara spontan. Alhamdulillah suami (masih) sabar untuk menenangkan dan mengubah mood saya. Namun seringnya kekumatan saya ini muncul saat saya sedang tidak berada di jangkauan suami, misalkan ketika sedang di tempat berbeda, suami sibuk ataupun saat saya tidak bisa curhat jarak jauh via teleponnya. Hal ini sangat menguras air mata dan hati saya. Tidak ada pelampiasan. Namun masih bersyukurnya saya emosi ini tidak saya muntahkan dalam adegan fisik yang menimbulkan lebih banyak lagi kerugian bahkan korban jiwa hehehe.. Namun sangat menyayat hati. Saya jadi kehilangan mood baik saya, keihlangan kesempatan emas, berpengaruh negatif ke kesehatan, bahkan kehilangan masa depan. Ah, ga enak sebetulnya. Saya sadari betul permasalahan ini, saya harus berubah, namun dalam praktiknya sangat sussaaah.

Bersyukurnya lagi putri saya masih bayi, jadi masih ada waktu bagi saya untuk memperbaiki diri. Saya kuatir nanti saat ia menuikmati masa emasnya dengan exploring banyak hal baru, ada hal yang menyulut amarah saya dan saya luapkan padanya. Tentu saja (saat menulis ini saya sadar) itu sangat akan berpengaruh negatif untuk perkembangannya. Saya juga gak mau anak saya menjadi tipe manusia bersumbu pendek seperti saya. Karena anak. Mengenalkan adab itu memberikan contoh.
“Anak mungkin salah memahami, tapi anak tak pernah salah mengcopy,”
Begitu best quote dari Teh Wening IIP saat diskusi semalam. Karena anak adalah peniru ulung. 

Saya ingin meningkatkan kualitas diri dan memantaskan diri.

3.       Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan direncanakan dI bidang tersebut?

Learning by doing, sejauh ini saya mulai membenahi hati saya. Tidak melulu larut dalm suasana. Ketika amarah datang dan saya sadar segera saya tepis, ambil air wudhlu, lalu solat minta sama Sang Khaliq untuk hapus amarah saya, astaghfirullohal adziim.. yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘ala diinik. Dan ngaji untuk mengelola hati saya supaya lebih tenang. Selain itu, berdiskusi dengan orang-orang terdekat dengan meminta pendapat mereka pun biasanya bisa membuat hati saya lebih plong. Terutama pada suami yang biasanya memiliki pola pikir yang lebih logis dan berbeda. Lebih lanjut yang paling mendasar adalah introspeksi dan belajar memahami sebelum bereaksi. Serta lebih membuka wawasan banyak, lebih luas, lebih bijaksana lagi dengan membaca terus, lebih banyak bersosialisasi, lebih terbuka lagi.

4.       Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut?

Saya kira beberapa jawaban di poin nomer 3 adalah jawaban untuk poin nomer 4 juga ya? Tapi saya ulangi lagi. Saya (insya Alloh) akan lebih sabar, dan berpikiran positif, tidak melulu baper. Lebih open minded lagi untuk terbuka terhadap perubahan. Serta istiqomah dan konsisten ketika nantinya saya sudah berubah menjadi lebih baik aamiin.

Bismillahirrohmaanirrohiim.. semoga saya bisa mengalahkan ego dan berdamai dengan hati saya untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Apakah itu dengan jabatan sebagai ibu bijak untuk anak saya, istri shalihah untuk suami saya, anak berbakti untuk keempat orang tua saya.