Rabu, 31 Mei 2017

#NHW3 Membangun Peradaban dari Dalam Rumah

Pekan ke-3 di Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch-4 ini. Semakin menantang dengan pembahasan yang semakin dalam, berat dan melibatkan rasa yang semakin luas dan menguras perasaan. Karena semakin filosofis dan pribadi sekali. Ga bisa tanya sana sini untuk menjawab dan membahasnya selain melibatkan keluarga inti, suami dan anak. Dan saya? Insya Alloh semakin tertantang untuk mengupgrade diri hihi

Ada hal menarik yang jauh lebih menantang saat saya baca perintah NHW kali ini. Apa aja? Mangga dilihat.
.
👨‍👩‍👦‍👦 PAPA BEN

Jatuh cinta lagi kepada suami? Buatlah surat cinta!

Alhamdulillah, saya telah berkeluarga dan dikaruniai satu tim yang utuh dan solid. Syukur alhamdulillah hari ini usia pernikahan kami (saya dan suami) akan memasuki tahun ke dua. Nano-nano rasa telah (dan sedang) kami lalui. Ke-semua hal itu membuat saya semakin cinta sama dia (halahh mulai lebay). Eh serius, saya mengagumi setiap sisi kelembutan dibalik perawakan aben yang garang.

Kali ini saya 'ditantang' oleh tim Matrikulasi Institut Ibu Profesional untuk mengutarakan cinta pada suami melalui sepucuk surat cinta yang menjadikan saya memiliki 'alasan kuat' bahwa aben lah yang layak menjadi suami saya dan ayah bagi anak-anak saya.

Beberapa hari yang lalu (dimulai dari hari dimana NHW#3 ini terbit) saya mulai memutar dan memeras otak untuk menjelma menjadi pujangga. Tapi ga nemu gubahan bahasa sastra nan indah biar si ayang klepek-klepek. Halahh.. Walhasil saya 'muntahkan' seluruh isi kepala dengan segenap jiwa raga pake improvisasi sedikit pake bahasa saayana we lah. Bener-bener menguras hati bok.. (^,^)v

Hari Kamis kemaren tanggal di kalender merah karna hari libur nasional. Dan alhamdulillah Aben libuuurrr.. ga kayak minggu kemaren ga bisa libur pas hari kejepit karena masih berkutat di Riau. Kebetulan Aben saat ini lagi menyelesaikan maintenance project di PLTMG Duri Riau. Jadi kemaren tuh selepas ifthar dan solat tarawih, saya sengaja simpan surat cintrong tersebut beserta teman-temannya (terlampir di foto) di atas sofa depan TV, spot favoritnya, supaya gampang beliau raih. Harap-harap cemas bangeeet nunggu responnya.

Semenit, dua menit ditungguin masih dengan pose yang sama. Beberapa saat kemudian, dhuaarrr.. Pipinya bersemu dengan senyum renyah khas beliau yang familiar dan saaaangat saya suka. Lalu dia menghampiri saya, mencium kening sambil berbisik, "papa tau, tanpa mama ungkapin juga."

"Papa bales ya suratnya," lanjutnya, seraya ambil pulpen dan kertas. Dia ga butuh waktu lama selama saya untuk merangkai kata. Kemudian, surat cinta (balasan) dari suami udah saya pegang. Didekap erat. Deg-degan, saya maknai kata per kata nya, aaah indah. Rasanya kayak kembali ke zaman alay dulu waktu awal-awal jatuh cinta sama dia. Awal mengiyakan permintaannya untuk jadi pacarnya hahahha.. flashback masa lalu emang ga ada dua. Makanya saya suka banget cerita Dilan-nya Ayah Pidi Baiq yang pernah saya tulis ulang di halaman ini.. Mengingatkan zaman sekolah dulu.. ecieeee..

Kami pernah surat menyurat, waktu Aben pendidikan di militer waktu mau masuk kerja dulu, tanpa alat komunikasi sama sekali. Saya tulis semua agenda harian saya selama ga bersama dia yang saya tuangkan di berlembar-lembar kertas, beliau pun sama, bedanya cuma media nya, beliau tulis di buku yang dilipat-lipat di perutnya, takut ketahuan senior katanya. Saat kami bertemu, surat-surat tersebut kami tukar, dan baca di tempat terpisah dengan linangan air mata. Betapa kami saling membutuhkan dan rindu teramat hahaha..

Semaleman saya mesam-mesem sendiri. Alhamdulillah dikaruniai suami sesuai pesanan, sesuai permintaan, sesuai harapan, sesuai doa. Terima kasih, my only hope, penguasa hatiku, Alloh, telah menghadirkan makhluk indah seperti beliau.

Aben si suamiku, terpaut usia beberapa bulan saja diatas saya, namun sikapnya sangat dewasa, mengayomi (ngemong) si manja ini, dan romantis <3

Satu hal utama yang saya minta darinya adalah waktu. Sangat sulit untuk saat ini seatap setiap hari bersamanya. Saya masih terikat pekerjaan dan stay di kota kelahiran, sedangkan suamiku belum bisa jauh dari per-pembangkit-an. Jabatan dan job desc nya seolah menjadi ujung tombak perusahaannya, sebuah BUMN yang mengurusi listrik negara. Suamiku petarung ulung, pekerja keras tangguh, tegas dan berwibawa. Dalam hal-hal krusial mengenai dirinya pribadi dan orang banyak ia selalu melibatkan saya dalam mengambil keputusan.

Kalo membahas tentang suami, sama seperti mayoritas wanita pada umumnya: bangga! Ya, saya merasa menjadi perempuan paling beruntung yang ada di jagad ini, karena mengambil keputusan paling tepat yaitu saat menerimanya menjadi partner in life, in sharing everything. Saya merasa ini keputusan paling benar sekaligus yang saya sesalkan: kenapa ga dari duluuuu? Hahaha.. Dulu saya nerima Pak Beni ini karena bosan, ditembak berulang kali. Serius, mungkin ada ratusan kali, karena beliau ini orangnya keukeuhan, teguh pendirian, pantang menyerah. Melibas semua batu sandungan. Boleh tanya deh sama Aben mengenai awal kita jumpa (tahun 2004 saat kita berada dalam 1 kelas waktu ujian kenaikan kelas di SMP. Saya kelas 1D dan beliau kelas 2D). Saya sebel sama dia, jail abbeezzz. Eeeh.. ternyata kita ketemu lagi di STM. Sikapnya masih sama aja cuek dan pecicilan, dan termasuk musuh kesiswaan karena sering cuti sekolah. Hahahaha.. maaf papaaa ini bukan aib kaaaan? *kedib-kedib manja ^,^v

Jodoh mah jorok yah? Dulu sebel, eh malah jadi suami. Pake cinta banget lagi hahaha.. Gaada abisnya kalo ngebahas suami. Yang jelas dari dasar hati sampai pangkalnya, saya bener-bener cinta sama aben. Pengagum berat lah.

Kami menikah 2015 di tanggal yang dirayakan semua Muslim supaya memorable dan berkah. Dan saya menerima 'tembakan' ke ratusannya di Bulan Januari 2011, dan tanggal nya menjadi nomor rumah yang ia berikan kepada kami, saya dan Alin bidadari kami. Romantis sekali ia, segalanya dibuat memorable supaya saya tafakur dan makin bersyukur atas keluarga indah ini. Alhamdulillah yaa Robbi.

Saya yakin bahwa Alloh menciptakan manusia berpasang-pasangan dan saling melengkapi satu sama lain. Termasuk dalam hubungan suami dan istri. Saya yakin bahwa Alloh menetapkan jodoh seseorang sesuai dengan kebutuhannya. Sering kali saya dengar seseorang berkata "untung suami saya tidak seperti itu", atau "suami saya kok ga gitu ya?". Dalam hal ini saya percaya bahwa sebaik-baik pasangan yang dimiliki seseorang, belum tentu menjadi baik jika kita yang dipasangankan dengan orang tersebut. Ya ibarat kunci, masing-masing memiliki pasangan yang pas. Begitu pula dengan kami.


👧 ASHALINA QUEENARA JALASENA
Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing!

Bidadari sholehah kami lahir 26 Agustus 2016. Di usianya yang baru menginjak 9 bulan, masih terasa sulit untuk menentukan ia termasuk type anak dengan dominasi apa. Bagi kami, sepertinya Alin ini type bayi akselerasi, dimana kemampuannya melebihi kemampuan bayi pada umumnya di usia yang sama yang umumnya bisa dicapai di tingkat usia setelahnya. Alin sudah dapat berdiri sendiri dengan merambat dan bergeser beberapa langkah ke samping, memiliki banyak kosakata saat berceloteh (bubbling), koordinasi tangan dan mata cukup bagus, mulai aktif, mengeksplor lingkungan (terutama dengan memasukkan segala hal ke dalam mulut alias masih di fase oral). Lalu ia mulai bisa makan snack sendiri tanpa harus disuapi. Motorik kasar juga berkembang dengan baik dan terlihat dominan. Buku dan boneka termasuk benda-benda favoritnya terutama yang didominasi warna cerah. Ia pun mulai memahami keselarasan antara irama dan gerak, dari usia 6 bulan yang ia tunjukkan dengan joget yaitu menggerakan tangan dengan memutar telapak tangannya. Dari aspek sosialnya pun kami dibuat takjub karena ia termasuk bayi ramah dengan tak henti menebar senyum kepada siapa saja (kecuali saat ia mengantuk), dalam Bahasa Sunda dikenal dengan amis budi. Lebih lanjut, saat menyuapi snack ke dirinya sendiri, sebelum memasukkan ke dalam mulutnya, ia selalu menawari saya (atau siapapun yang ada di dekatnya) dengan mengasong-asongkan tangannya ke arah mulut kami.

Alin, hamba Alloh yang alasan terkuat saya untuk menjalani skenario Nya ini. Semoga mama bisa menjadi ibu yang selalu ade banggakan ya nak.


👧 POTENSI PRIBADI DAN PERANAN DALAM RUMAH TANGGA 
Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, memgapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.

Semenjak berkenalan dan mulai serius dengan Aben, saya terpaut jarak yang cukup jauh. Saya masih kerja di Bandung. Sedangkan Aben kerja di jantung kota Jakarta, namun selalu menyambangi lokasi proyek. Di setiap minggu pasti ada minimal 1-2 hari kerja di luar pulau. Seringnya sih seminggu full. Dan setelah menikah wajib diagendakan pulang seminggu sekali setiap wiken. Kalo ngga? Saya manyun hahaha. Sempat berpikiran untuk resign dan ikut kemana pun Aben kerja. Tapi pertimbangan kami masih belum cukup kuat, karena kerjanya beliau masih nomaden. Kalo saya ikut ke Jakarta, Aben nya jarang stay.

Saya mencoba menangkap maksud Alloh dengan kondisi rumah tangga kami berjauhan ini, supaya saya yang masih agak labil ini bisa lebih bijak dalam menapaki kehidupan rumah tangga. Lebih memahami suami, lebih mengerti anak. Untuk menjadi ibu terbaik dengan titel ibu profesional. Bismillah. Saya merangkap peran sebagai ayah bagi Alin di saat papa ga lagi bersama kami.

Kami masih bertahan dengan dua (eh tiga) dapur yang harus selalu ngebul setiap harinya dengan jarak yang terbentang. Terutama sekarang semenjak punya bayi. Awalnya saya tinggal di rumah bersama ibu saya yang menemani saya merawat si cantik buah hati kami. Namun tepat di awal tahun ini, 2 Januari 2017, ibu saya terkena musibah saat kami merayakan liburan tahun baru di salah satu hotel legenda di Bandung ini. Ibu terpeleset di kolam renang dan menyebabkan luka serius, osteophorosis, padahal usianya masih jauh di bawah setengah abad. Paniknya kami hingga membawa beliau ke ahli patah tulang yang masih saudara di Cianjur. 2 bulan berlalu dan ibu masih saja belum bisa jalan dengan sempurna. Akhirnya kami bawa ibu ke rumah sakit untuk ditangani secara medis, namun ternyata tempurung lututnya semakin bermasalah hingga bantalan sendi terlepas. Cukup serius hingga ibu harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit ini dengan fisioterapi.

Hal tersebut memutar alur kehidupan saya. Mengajukan resign di 3 bulan sebelum hari - H tidak lantas membuat surat saya di acc. Kondisi ibu yang membuat saya harus merawat bidadari nampaknya belum bisa meyakinkan perusahaan. Saya diminta mempertimbangkan adakah alternatif lain untuk solusi daripada saya harus meninggalkan pekerjaan ini dalam waktu dekat. Setelah kami merenung dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya (dengan izin suami dan keluarga besar) menerima tawaran bapak bos untuk melanjutkan profesi ini dengan catatan saya harus optimal dalam mengurus rumah dan tetap konsisten melakukan terbaik dalam mendidik si bidadari (checklistnya saya lampirkan di tugas #nhw3 disini). Bismillahirrohmanirrohim, semoga Alloh selalu ridho.
Saya bolak balik rumah ibu di bilangan Cimahi ke tempat kerja di Bypass Batununggal sekitar 40-45 km setiap harinya dengan menggunakan sepeda motor. Awalnya suami kurang sreg, namun lama-lama memaklumi. 

Saya mewajibkan diri saya untuk pumping (memompa ASI-P) 2x-3x sehari selama jam kerja di kantor. Idealisnya saya dengan harapan si bidadari bisa ASI Exclusive 6 bulan, lanjut ASI plus MPASI hingga Alin berusia 2 tahun, minimal. Mungkin ini salah satu sifat keukeuhan saya.
Saya sering dijadikan teman sharing oleh teman-teman saya terutama yang baru melahirkan dalam berbagi pengalaman tentang Manajemen ASI Perah dan seluk beluk parenting. Saya memotivasi mereka untuk mengupayakan dengan optimal jika tidak ada indikasi medis, ayo kita wajib menyusui bayi kita. Bagaimana caranya? Saya sering demokan bagaimana mudahnya memerah, menyimpan dan deserving ASI ke bayi kita. Walaupun kita adalah working mom.

Saya merasa potensi saya yang senang menulis (dengan hanya memuntahkan isi pikiran melalui kata-kata), membaca, berinteraksi dengan teman-teman bisa menjadi kekuatan saya untuk membuat perubahan baik di sekitar saya. Kemudian dengan potensi suami yang hampir mirip dengan saya mampu menambah kekuatan saya.


👧 TANTANGAN LINGKUNGAN DAN MANFAAT KEBERADAAN SAYA & KELUARGA
Lihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?
.

Keberadaan keluarga kecil kami di muka bumi ini, sebagai salah satu komponen penting dalam masyarakat. Bukankah tak akan ada masyarakat tanpa kumpulan dari keluarga-keluarga kecil? Sebagai salah satu komponen penting, maka tentu saja akan turut memberi pengaruh dalam lingkungan masyarakat.

Tantangan yang ditawarkan oleh lingkungan saya sudah saya paparkan di atas. Dan saya mencoba menangkap maksud Allah yang mengirimkan saya untuk hidup berkeluarga disini ya salah satunya menjadi agen yang membawa perubahan paling gak saya bisa menjadi breastfeeding supporter. Karena banyak juga tetangga di lingkungan rumah ibu yang menyangsikan saya bisa memberi ASI kepada putri saya.

Pun dengan ibu saya, beliau bisa menjadi duta bagi saudara-saudara dan tetangga kami yang masih berpikiran kolot dan belum tersentuh sosialisasi betapa hebatnya ASI sebagai hadiah terbaik untuk dede bayi. Ibu juga suka mendemokan betapa mudahnya cara mencairkan ASI saya dalam botol kaca. Sehingga semakin banyaknya ibu-ibu yang akhirnya menyadari imun bayi ASI jauh lebih kuat dibanding bayi dengan sufor.


Lebih lanjut, saya pulang ke rumah setiap akhir pekan saat suami menjemput ke rumah orang tua. Saya merasa kurang menyumbang kontribusi positif dan menebar manfaat terhadap lingkungan rumah karena jarang bersosialisasi kepada tetangga, malah sibuk mengurusi urusan domestik (suami, anak dan rumah). Saat saya keluar rumah hanya untuk menjemur baju atau menyetop tukang dagang yang lewat (misal tukang sayur, tukang tahu, dll), hanya bisa say hi saja, ga bisa berlama-lama bersosialisasi di luar rumah, karena masih banyak pekerjaan rumah yang menanti untuk diselesaikan. Namun saya yakin menguatkan di dalam itu seperti tahapan bunda sayang dan bunda cekatan yang harus bisa saya atur dengan baik terlebih dahulu, baru bisa berproduktif dan menebar manfaat ke luar.
.



Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/novi.ardiani/membangun-peradaban-dari-dalam-rumah_57d2b2b29593738e4aaadaa6
Setelah menjawab pertanyaan - pertanyaan tersebut di atas, sekarang belajarlah memahami apa sebenarnya "peran spesifik keluarga" anda di muka bumi ini.
.
Ga mudah sungguh ga mudah bagi saya untuk memahami peran spesifik keluarga, butuh perenungan mendalam, namun saya yakin bahwa peran itu dapat kami bangun melalui pendidikan anak, berkarya dan bekerja. Perlahan tapi pasti, saya (dan kami) sedang dalam proses itu dan akan menuju ke arah sana.
.
Selamat membaca hati dan menuliskannya dengan nurani. Sehingga kata demi kata di nice homework #3 kali ini akan punya ruh, dan menggerakkan hati yang membacanya.
.
Ciyaaa.. Selesai sudah #NHW3 ini. Ngos-ngosan maaaakk.. Setiap buka dashboard blog bingung mau nulis apa dan mulai dari mana hihi. Semoga secepatnya saya semakin memahami peran spesifik dan misi keluarga kami. Bismillahirrohmaanirrohiim.. salah satu upaya nya dengan mengikuti matrikulasi IIP ini. Se-ma-ngaaattt..


Salam (Calon) Ibu Profesional,

Annisa Fitriany Ramadhan

2 komentar:

  1. hey cha... mampir karena lewat di timeline fb... enjoy tulisanmu... menginspirasi sekali mamanya Alin.. ��

    BalasHapus
  2. Hey Diiin makasih yaa udah mampir ^^ Aaah jadi maluu belom bisa manage tulisan dengan baik >,<

    BalasHapus